Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Perlukah Tes Antibodi Usai Vaksin? | Syarat Vaksin Covid-19 untuk Anak

Kompas.com - 01/07/2021, 07:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Belakangan muncul tren melakukan tes antibodi di laboratorium setelah mendapat vaksin penuh Covid-19.

Pembahasan tentang tren ini pun menjadi salah satu berita populer Sains Kompas.com edisi Rabu, 30 Juni 2021.

Selain tren periksa antibodi, berita populer lainnya adalah syarat yang harus dipenuhi agar anak bisa divaksin Covid-19.

Vaksinasi Covid-19 ini perlu dilakukan untuk melindungi diri dari infeksi. Setidaknya jika terpapar virus, dampak untuk tubuh tidak seberat mereka yang tidak divaksin.

Selain itu ahli mengatakan bahwa vaksin aman, manfaat vaksin jauh lebih besar dibanding efek sampingnya.

Berita terkini lain yang menghebohkan ilmuwan adalah danau berukuran masif yang ada di Antartika dikabarkan menghilang.

Baca juga: [POPULER SAINS] IDAI Setujui Vaksin Sinovac untuk Anak | Bumi Serap Panas 2 Kali Lebih Banyak dari 2005

Berikut rangkuman berita populer Sains:

1. Perlukan tes antibodi usai vaksin?

Belakangan muncul tren tes antibodi di laboratorium usai vaksin untuk melihat apakah kekebalan sudah terbentuk. Apakah hal ini diperlukan?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Hendra Gunawan SpPD mengatakan, pengukuran antibodi di laboratorium memang salah satu cara untuk mengetahui apakah kekebalan terhadap vaksin sudah terbentuk atau belum.

"Tetapi interpretasinya tidak bisa sembarangan," jelas dokter Hendra kepada Kompas.com, Selasa (29/6/2021).

Dokter yang praktik di Primaya Evasari Hospital Jakarta ini menjelaskan, tes antibodi menunjukkan hasil positif tidak hanya karena vaksin. Namun orang yang pernah terinfeksi Covid-19 juga memiliki antibodi positif.

"Sehingga tingkat antibodi seseorang pasca vaksinasi tidak bisa diinterpretasikan secara harfiah," ungkapnya.

Dia juga mengatakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menegaskan bahwa teknik pengukuran antibodi terhadap virus corona SARS-CoV-2 hingga saat ini belum divalidasi penggunaannya untuk memperkirakan seberapa kebal seseorang terhadap infeksi SARS-CoV-2.

"Hal ini karena masih ada peluang negatif palsu, terutama jika menggunakan pemeriksaan antibodi tertentu yang tidak mendeteksi antibodi terhadap komponen spesifik protein target," katanya.

Baca selengkapnya di sini:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com