Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi Terjebak Panas pada Tingkat Mengkhawatirkan, Studi Ini Jelaskan

Kompas.com - 22/06/2021, 08:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber The Verge

KOMPAS.com - Panas Bumi terus meningkat dan berada di tingkat mengkhawatirkan. Jumlah panas yang terjebak oleh daratan, lautan dan atmosfer Bumi menjadi berlipat ganda selama kurun waktu 14 tahun.

Sebuah studi baru, yang dilansir dari The Verge, Senin (21/6/2021), mengungkapkan bahwa peningkatan jumlah panas Bumi hingga berlipat ganda ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Guna mengetahui seberapa banyak panas yang terperangkap di planet yang kita tinggali ini, para peneliti melihat pengukuran dari satelit milik badan antariksa nasional Amerika Serikat, NASA.

Satelit NASA ini melacak berapa banyak energi Matahari yang memasukit atmosfer Bumi, serta berapa banyak energi atau panas yang dipantulkan kembali ke luar angkasa.

Para peneliti ini kemudian membandingkan antara jumlah panas yang diserap Bumi, dan jumlah yang dipantulkan kembali ke luar angkasa yang disebut dengan ketidakseimbangan energi.

Baca juga: Bumi Makin Panas, Suhu Naik 1,5 Derajat Celsius dalam Setahun

 

Dalam hal ini, para peneliti menemukan, dari tahun tahun 2005 hingga 2019, jumlah panas yang diserap planet Bumi ini meningkat dan terus berada dalam tingkat mengkhawatirkan.

Hasil studi tentang jumlah panas yang terjebak di Bumi ini telah dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters pekan lalu.

"Dua cara yang sangat independen dalam melihat perubahan ketidakseimbangan energi Bumi, benar-benar cocok. Keduanya menunjukkan tren yang sangat besar, yang memberi kita banyak keyakinan bahwa ini fenomena nyata," kata Norman Loeb, peneliti NASA dan penulis utama studi ini.

Loeb menyebut, "Tren (peningkatan panas Bumi) yang kami temukan ini cukup mengkhawatirkan," katanya.

Faktor penyebab panas Bumi meningkat

Dalam studi ini, para peneliti berpikir bahwa alasan Bumi menahan lebih banyak panas disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Baca juga: Misteri Miringnya Inti Bumi dan Berkurangnya Panas Planet di Bawah Indonesia

Ilustrasi perubahan iklim. World Meteorological Organization (WMO) mencatat 2020 adalah salah satu tahun terpanas dalam sejarah iklim Bumi.SHUTTERSTOCK/ParabolStudio Ilustrasi perubahan iklim. World Meteorological Organization (WMO) mencatat 2020 adalah salah satu tahun terpanas dalam sejarah iklim Bumi.

Di antara masalah perubahan iklim yang ada, semakin banyak gas rumah kaca yang dilepaskan, menyebabkan semakin banyak panas yang terjebak di Bumi.

Peneliti menegaskan bahwa ini menjadi lebih buruk saat memperhitungnya peningkatan panas menyebabkan lapisan es dan salju kian meleleh.

Padalah, lapisan es dan salju Bumi berperan penting dalam membantu planet yang kita tinggali ini memantulkan panas kembali ke luar angkasa.

Saat lapisan es atau salju menghilang, maka akan ada lebih banyak panas yang diserap oleh daratan dan lautan.

Selain faktor tersebut, perubahan alami pada pola iklim yang disebut Osilasi Dekadal Pasifik, juga turut berperan meningkatkan panas Bumi.

Antara tahun 2014 dan 2019, pola iklim ini berada dalam fase hangat, yang menyebabkan lebih sedikit awan yang terbentuk. Hal itu juga yang berarti membuat lebih banyak panas yang bisa diserap oleh lautan.

Baca juga: Bumi Makin Panas, Ini Prediksi PBB Suhu Global 5 Tahun Mendatang

 

Kombinasi perubahan iklim dengan pergeseran alami yang ada ini, kata Loeb, kemungkinan besar telah membuat perbedaan besar pada ketidakseimbangan energi Bumi.

"Dan selama periode ini keduanya menyebabkan pemanasan, yang mengarah pada perubahan yang cukup besar dalam ketidakseimbangan energi Bumi. Besarnya peningkatan ini belum pernah terjadi sebelumnya," jelas dia.

Perubahan panas Bumi yang terjadi selama kurun waktu 14 tahun ini, bukanlah waktu yang lama dibandingkan dengan sejarah panjang iklim Bumi.

Para peneliti masih terus mengumpulkan data untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang bagaimana ini cocok dengan gambaran lengkap terkait ketidakseimbangan energi yang sedang dialami planet ini.

"Harapan saya adalah tingkat (panas Bumi) bahwa kita melihat ketidakseimbangan energi ini mereda dalam beberapa dekade mendatang. Jika tidak, kita akan melihat perubahan iklim yang lebih mengkhawatirkan," kata dia.

Baca juga: Pembangkit Listrik Panas Bumi Picu Gempa Langka di Korea Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com