Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Bisa Cuci Baju, Astronot Akhirnya Bisa Bersihkan Pakaian Dalam di Luar Angkasa

Kompas.com - 15/05/2021, 12:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Berbagi pakaian dalam dengan orang lain, apalagi yang belum dicuci, sangat tidak nyaman. Namun ini berbeda dengan para astronot.

Bagi para astronot yang sedang menjalankan misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), mereka harus saling berbagi. Tidak hanya pakaian antariksa, tetapi juga pakaian dalam panjang, yang dikenal sebagai Pakaian Pendingin dan Ventilasi Cair (LCVG).

"LCVG tidak bisa dicuci di ISS. Namun kini, teknisi European Space Agency (ESA) mengambil langkah untuk meningkatkan sifat antimikroba dalam bahan LCVG untuk menjaga pakaian bersama ini tetap bersih dan segar lebih lama," kata perwakilan ESA mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Dilansir Live Science, Jumat (15/5/2021), dalam proyek dua tahun bernama Biocidal Advanced Coating Technology for Reducing Microbial Activity (Bacterma), para peneliti ESA bekerja sama dengan Vienna Textile Lab, sebuah perusahaan bioteknologi swasta di Austria yang memproduksi pewarna kain dari bakteri.

Baca juga: Apa Rasanya Kembali ke Bumi dari Luar Angkasa? Ini Kata Astronot

Menurut pernyataan tersebut, senyawa yang dihasilkan oleh bakteri ini juga dapat membuat serat tekstil lebih tahan terhadap jenis mikroba tertentu.

Astronot di ISS menjaga tangan dan tubuh mereka tetap bersih dengan larutan pembersih tanpa bilas dan sampo kering.

"Mencuci pakaian, termasuk pakaian dalam, akan membutuhkan terlalu banyak air dan tidak mungkin," menurut NASA.

Selain itu, tidak ada cukup ruang di ISS untuk menyimpan pakaian ganti baru yang digunakan astronot dalam menjalankan misi.

Meski kotor, astronot tidak boleh merasa mual, dan mungkin mereka mengenakan celana dalam lebih dari sekali.

Astronot Amerika Don Pettit menulis bahwa dia mengganti celana dalamnya hanya sekali, setiap tiga atau empat hari ketika dia berada di ISS.

Dan ketika astronot Jepang Koichi Wakata menguji penutup pakaian dalam yang tahan bakteri di luar angkasa pada tahun 2009, dia mengenakan sepasang celana dalam selama sekitar satu bulan.

"Wakata melaporkan tidak ada efek berbau menyengat setelah mengenakan kain selama itu," tulis laporan Times.

Pakaian dalam astronot yang disebut Liquid Cooling and Ventilation Garment, digunakan astronot di luar angkasa. Pakaian dalam ini bisa digunakan dalam waktu lama, tidak dicuci, bau, dan kotor. Kini, ilmuwan ESA menemukan cara membersihkannya.NASA Pakaian dalam astronot yang disebut Liquid Cooling and Ventilation Garment, digunakan astronot di luar angkasa. Pakaian dalam ini bisa digunakan dalam waktu lama, tidak dicuci, bau, dan kotor. Kini, ilmuwan ESA menemukan cara membersihkannya.

"Ketika pakaian sudah terlalu kotor atau bau karena dipakai astronot dalam waktu yang lama, pakaian akan dikirim ke Bumi sebagai sampah atau dikemas ke dalam kapsul, yang kemudian dikeluarkan ke luar angkasa dan terbakar di atmosfer Bumi," kata NASA.

LCVG hanya dipakai selama berjalan di luar angkasa, tetapi astronot bekerja lebih keras dari biasanya saat mengenakan pakaian ini.

LCVG sangat pas bentuknya, menutupi tungkai dan batang tubuh, dan membuat astronot tetap dingin selama aktivitas fisik ekstrem bekerja di ruang hampa udara (popok dewasa dikenakan di bawahnya, seandainya astronot perlu buang air sendiri selama berjam-jam di ruang angkasa).

Ventilasi gas menarik udara lembab dari ekstremitas, sementara tabung fleksibel yang dijahit ke dalam pakaian mengalirkan air pendingin ke seluruh tubuh dan membantu menghilangkan panas berlebih dan menjaga suhu inti tubuh yang nyaman, menurut National Air and Space Museum.

Ilmuwan ESA sudah menyelidiki bahan kandidat untuk meningkatkan lapisan pakaian antariksa luar.

"Jadi inisiatif baru ini adalah pelengkap yang berguna, melihat molekul kecil pembunuh bakteri yang mungkin berguna untuk semua jenis tekstil penerbangan luar angkasa - termasuk interior pakaian antariksa," insinyur bahan ESA Malgorzata Holynska mengatakan dalam pernyataan itu.

Baca juga: Astronot Muslim di Luar Angkasa, Bagaimana Tentukan Kiblat Shalat?

"Mungkin terdengar berlawanan dengan intuisi untuk menyingkirkan mikroba menggunakan produk mikroba," kata Seda Özdemir-Fritz, ilmuwan proyek Bakteri di Forum Luar Angkasa Austria, dalam pernyataan itu.

"Tapi semua jenis organisme menggunakan metabolit sekunder untuk melindungi diri dari kondisi lingkungan yang ekstrim. Proyek ini akan mengujinya sebagai lapisan akhir tekstil antimikroba yang inovatif."

Holynska menambahkan, para ilmuwan akan menguji kinerja sifat antimikroba pada tekstil baru dengan memaparkannya pada keringat, debu bulan, dan radiasi, untuk mensimulasikan kondisi yang dapat mempercepat penuaan dan kerusakan kain di luar angkasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com