KOMPAS.com- Penjelajahan luar angkasa adalah impian umat manusia di Bumi. Sudah ada beberapa astronot muslim dunia yang menjalankan misi luar angkasa, namun tetap melaksanakan ibadahnya meski jauh dari Bumi.
Lantas, bagaimana menentukan arah kiblat shalat saat di luar angkasa?
Pembimbing dan Pendamping Forum Kajian Ilmu Falak (FKIF) Gombong dan Majelis Kajian Ilmu Falak (MKF) Kebumen, Jawa Tengah Marufin Sudibyo mengatakan pada dasarnya kehidupan umat Islam terpusat pada tiga hal.
Di antaranya kiblat dengan arahnya, sistem pembagian waktu untuk ibadah sehari-hari dan sistem penanggalan untuk menjalankan bulan-bulan kalender penting.
"Ketiga hal tersebut tetap krusial meskipun seorang Muslim sedang menjalani penerbangan antariksa," kata Marufin kepada Kompas.com, Senin (10/5/2021).
Baca juga: Begini Cara Astronot Muslim Salat dan Puasa di Luar Angkasa
Saat astronot Arab Saudi, Salman al-Saud mengangkasa di orbit rendah Bumi dalam misi luar angkasa STS 51-G bersama pesawat ulang-alik Discovery pada 17-24 Juni 1985, ia tetap menjalankan puasa Ramadhan dan merayakan Idul Fitri di langit.
Astronot muslim lainnya yang juga pernah melaksanakan ibadahnya di luar angkasa adalah Sheikh Muszaphar Shukor.
Astronot Malaysia ini adalah salah satu ilmuwan yang bergabung dengan para peneliti di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), mengangkasa bersama Soyuz TMA-11 pada 10-21 Oktober 2007.
Lantas, bagaimana para astronot muslim ini menentukan waktu shalat saat di luar angkasa?
Baca juga: Astronot Meninggal di Luar Angkasa, NASA Rencanakan Pemakaman Ekologis untuk Astronot
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.