KOMPAS.com- Pernahkah terpikirkan, jika setiap spesies ular memiliki keganasan bisa atau racun yang berbeda-beda?
Ternyata peneliti menemukan bahwa ada faktor yang memengaruhi hal tersebut.
Seperti dikutip dari Phys, Selasa (20/4/2020) penelitian baru ilmuwan Universitas Clemson, Amerika Serikat, mengungkap jika variasi racun ular dipengaruhi oleh pola makan serta luasnya keragaman pola makan hewan tersebut.
"Jika ular memakan 20 spesies mamalia yang berbeda, racun tak akan terlalu rumit. Tetapi jika ular memakan kelabang, katak, burung, dan mamalia, ular akan memiliki bisa yang sangat kompleks karena tiap komponen racun berfungsi untuk memengaruhi beragam hewan berbeda yang di makan ular," jelas Christopher Parkinson, profesor di Departemen Ilmu Biologi Fakultas Sains.
Baca juga: Bisa Ular Kobra Semburan Racunnya Tidak untuk Membunuh, Studi Jelaskan
Selama ini, keganasan gigitan ular berbisa merupakan penyakit tropis yang terabaikan. Tidak banyak korban meninggal akibat bisa atau racun dari gigitan ular.
Contohnya saja di Amerika Serikat, hanya sekitar delapan orang meninggal per tahun akibat gigitan ular.
Tetapi gigitan ular itu menyebabkan cedera yang bertahan lama seperti kerusakan saraf dan jaringan. Sehingga penelitian mengenai bisa ular membawa manfaat yang luar biasa besar bagi ilmu pengetahuan.
Dalam studi ini, Mattew Holding, penulis utama studi bekerja sama dengan berbagai pihak kemudian mempelajari keganasan bisa ular, serta diet dari 46 spesies ular berbisa beludak Amerika Utara, termasuk semua yang hidup di Amerika Serikat.
Baca juga: Dari Mematikan hingga Tak Berbahaya, Kenapa Bisa Ular Berbeda-beda?