Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/04/2021, 18:07 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Untuk kali pertama dalam sejarah, para peneliti berhasil menemukan perwarna biru makanan di alam yang dapat diproduksi secara masal.

Dilansir dari Science Alert, Jumat (9/4/2021); peneliti biofisika Pamela Denish dari UC Davis mengatakan, warna biru sebenarnya cukup langka di alam - kebanyakan sebenarnya berwarna merah atau ungu.

Warna biru yang langka

Bila Anda lantas bertanya-tanya, warna biru pada makanan yang saat ini kita temukan kebanyakan menggunakan pewarna buatan yakni FD&C Blue No. 1 alias "brilliant blue" dan FD&C Blue No. 2 alias "indigotine".

Kedua pewarna ini dianggap aman secara umum oleh badan pengawas makanan di seluruh dunia. Namun, masih banyak yang mengkhawatirkan potensi dampak kesehatannya dan kelangsungan produksinya.

Baca juga: Biru Warna Paling Terang yang Ada di Alam, Benarkah?

Itulah mengapa komunitas ilmuwan di seluruh dunia berlomba-lomba mencari pewarna biru alami yang tidak kalah cemerlang dari pewarna buatan, serta dapat digunakan pada makanan.

Dalam hasil studi yang dipublikasikan di Science Advances, Denish menuturkan, biru sangat kritis dan penting untuk memproduksi warna lainnya di palet.

"Mendapatkan wanra biru sian atau cyan dari sumber alami yang bisa digunakan sebagai pengganti FD&C Blue No. 1 sehingga bisa menciptakan palet warna yang lebih luas telah menjadi tantangan panjang di industri makanan," ujarnya.

Memanen biru dari kubis merah

Ilustrasi kubis merahShutterstock Ilustrasi kubis merah

Setelah melalui penelitian yang berlangsung hingga satu dekade, Denish dan kolega akhirnya berhasil mengisolasikan pewarna biru alami dari kubis merah.

Secara tepatnya adalah zat kimia Peak 2 (P2) pada anthocyanin. Untuk diketahui, anthocyanin membuat kubis merah menjadi berwarna merah.

Sayangnya, P2 ini hanya ada dalam jumlah kecil yakni kurang dari lima persen total komposisi anthocyanin pada kubis merah.

Baca juga: Warna Apa yang Anda Lihat di Sepatu Ini, Abu-abu atau Pink?

Namun, hasil penelitian lanjutan terhadap struktur kimia kubis merah mengungkapkan bahwa anthocyanins yang tidak mengandung P2 bisa dipengaruhi menjadi berwarna biru jika terpapar enzim tertentu.

Tim peneliti pun membongkar database genom publik dan menemukan enzim yang bisa mengubah P6, P7, dan P8 pada anthocyanin kubis merah menjadi biru seperti P2.

Ketika enzim ini dimodifikasi, para peneliti berhasil memicu pembentukan anthocyanin warna biru sian yang berefisiensi tinggi dan bisa digunakan sebagai sumber pigmen biru dan hijau alami yang stabil.

Tentunya temuan ini masih harus melalui berbagai pengujian keamanan sebelum bisa dikonsumsi oleh masyarakat. Akan tetapi, penemuan pewarna makanan alami menyimpan banyak potensi yang menjanjikan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com