Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Penyebab, Gejala, hingga Cara Mengatasi Depresi Pasca-kelahiran

Kompas.com - 09/03/2021, 18:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada masa kehamilan, perempuan dua kali lebih rentan terkena depresi dibandingkang dengan laki-laki.

Bahkan, setelah melahirkan, perempuan juga masih berisiko mengalami depresi pasca-kelahiran atau disebut dengan depresi post partum (post-partum depression).

Depresi post-partum biasanya terjadi beberapa hari setelah melahirkan dan jangka waktunya berbeda-beda setiap orangnya.

Baca juga: Untuk Para Ibu, Bernyanyilah Saat Depresi Pasca Melahirkan Melanda

Penelitian menunjukkan bahwa 1 dari 7 perempuan, mengalami depresi atau kecemasan (anxietas) selama kehamilan atau pasca melahirkan, kelelahan, gangguan nafsu makan atau tidur, perubahan suasana hati, kecemasan, perasaan kewalahan mengurus bayi dan disfungsi seksual.

Disampaikan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Klinik Health360 Indonesia, dr Daniella Satyasari SpKJ sekitar 13 persen perempuan mengalami depresi pasca melahirkan.

"Baby blues syndrome, depresi dan cemas post-partum merupakan hal yang paling sering terjadi pada para ibu paska melahirkan," kata dr Daniella dalam diskusi daring bertajuk InternationalWomen's Day 2021 : Pentingkah Melakukan Perawatan Terpadu Pasca Melahirkan?, Selasa (9/3/2021).

Dalam pemaparannya, dr Daniella menyebutkan bahwa berdasarkan data, ibu yang baru melahirkan sekitar 70-80 persen mengalami baby blues syndrome.

Sekitar 10-13 persen, mengalami depresi pasca kelahiran. Sedangkan, 10 persen lainnya mengalami gangguan cemas pasca melahirkan.

Ia menyampaikan, meskipun kejadian depresi pada ibu paska melahirkan lebih sedikit dibandingkan dengan baby blues syndrome, bukan berarti tidak mungkin jika ibu yang baru saja melahirkan bisa langsung mengalami depresi.

"Bisa juga sih setelah melahirkan langsung depresi. Jadi gejalanya lebih berat dari baby blues syndrome," ujarnya.

Gejala depresi post-partum

Berikut ini beberapa gejala depresi pasca kelahiran (depresi post-partum) yang perlu diketahui.

- Menangis terus menerus

- Rasa marah yang tidak kunjung selesai

- Gelisah yang berlebihan

- Kelelahan 

- Perubahan suasana hati yang ekstrim

- Kesulitan tidur dan hilang rasa nafsu makan

- Menjauhi orang-orang sekitar

- Merasa jauh dari anak

- Ketakutan berlebihan

- Merasa bersalah

- Merasa tidak berguna

- Merasa tidak bisa mengurus anak

- Pemikiran ingin bunuh diri

- Tidak memiliki harapan hidup serta pesimis

- Meragukan kemampuan diri dalam mengurus anak dan memiliki ketakutan berlebihan dalam membesarkan anak

"Nah, itu mungkin gejala-gejela (ibu paska melahirkan) mengalami depresi," tuturnya.

Baca juga: Ternyata Ayah Juga Bisa Alami Depresi Pasca-kelahiran

Ilustrasi depresi pasca melahirkanShutterstock.com Ilustrasi depresi pasca melahirkan

Faktor risiko depresi post-partum

Selain mengetahui gejala-gejala depresi pasca kelahiran, untuk dapat mengatasinya juga perlu dipahami apa saja faktor risiko terjadinya depresi post-partum ini. Di antaranya sebagai berikut:

- Pengalaman hidup yang mengakibatkan stress

- Kurangnya dukungan keluarga atau orang sekitar

- Memiliki sejarah depresi

- Memiliki keturunan depresi

- Sulit hamil

- Pernah menjadi ibu yang melahirkan anak kembar

- Ibu muda

- Melahirkan secara prematur

- Ada komplikasi saat hamil dan melahirkan

"Memang sangat tinggi juga risikonya (depresi post-partum) kalau si ibu sebelum melahirkan, atau sebelum hamil atau ketika hamil memang pernah ada gangguan psikologis, termasuk depresi ini," kata dia.

Oleh karena itu, biasanya ibu yang memiliki riwayat depresi sebelum melahirkan, selain berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan, juga harus berkonsultasi dengan dokter kesehatan jiwa yang menanganinya.

Hal itu perlu dilakukan, untuk mendapatkan terapi pencegahan terjadinya depresi post-partum atau depresi paska melahirkan ini.

Baca juga: 4 Fakta Baby Blues yang Juga Dialami Raisa

Cara mengatasinya

Sebelum mengatasi kondisi depresi pasca kelahiran, dr Daniella menegaskan perlu sekali memahami terlebih dahulu apa saja jenis gangguan, gejala-gejalanya, penyebabnya, serta apa treatment yang harus dilakukan.

"Perubahan homon tidak dapat dicegah, tetapi awareness keluarga serta kerabat sekitar dapat menjadi kunci dalam mengatasi gangguan mental pada ibu yang baru melahirkan," tegasnya.

Sehingga, dukungan emosi dan fisik dari suami, keluarga serta kerabat sekitar dapat membantu pencegahan gangguan mental, termasuk pencegahan memburuknya kondisi mental ibu.

Tidak hanya itu, dukungan emosi dan fisik dari orang-orang di sekitar ibu yang baru melahirkan juga dapat membantu untuk saling beradaptasi dalam menghadapi situasi baru,  situasi di mana ia harus merawat bayi yang ia lahirkan.

"Hal sesederhana membantu mengurus bayi secara bergantian, memahami bila istri sedang kelelahan atau dalam keadaan emosi, juga dapat membantu para ibu terhindar dari gangguan mental post-partum," ucap dia.

Baca juga: Yang Harus Dilakukan Suami Saat Istri Mengalami Depresi Pasca-kelahiran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com