Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Alasan Harus Tetap Pakai Masker Meski Sudah Vaksin Covid-19

Kompas.com - 04/02/2021, 12:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Hingga Selasa (2/2/2021), sekitar 596.260 orang di Indonesia sudah disuntik vaksin Covid-19 dari Sinovac yang bernama CoronaVac. Kemudian 52.000 tenaga kesehatan sudah mendapat suntikan dosis kedua vaksin.

Saat kita semua nanti sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis 1 dan 2, apakah itu berarti kita bebas menjalani hidup seperti sebelum pandemi melanda?

Jika Anda berharap hal itu terjadi, maaf, hal itu belum bisa dilakukan.

Semua ahli, baik dari Indonesia maupun luar negeri, mengatakan bahwa kita harus tetap patuh pada protokol kesehatan demi mencegah penularan dan melindungi orang yang dicintai dari virus corona.

Dilansir CNN, Rabu (3/2/2021), salah satu pertanyaan yang sering diajukan masyarakat usai divaksin adalah bisakah berhenti memakai masker?

Baca juga: Bisakah Suntikan Vaksin Covid-19 Dosis 1 dan 2 dari Jenis Berbeda?

Jika Anda salah satu orang yang penasaran juga akan hal ini, jawabannya tidak.

Alih-alih melepaskan masker, para ahli justru menyarankan agar menganggap masker sebagai sahabat baru yang akan menemani kita untuk waktu sangat lama.

Ahli memberi 5 alasan kenapa kita harus memakai masker untuk waktu lama meski sudah divaksin.

1. Vaksin bukan perlindungan 100 persen.

Vaksin terbaik yang tersedia saat ini hanya menawarkan perlindungan hingga 95 persen, yakni vaksin Covid-19 Pfizer.

Sementara vaksin yang dipakai Indonesia, CoronaVac, efikasinya hanya 65,3 persen. Itu berarti masih ada 34,7 persen kemungkinan Anda dapat tertular virus corona kapan saja.

2. Kondisi kesehatan setiap orang berbeda

Beberapa orang dapat meningkatkan respons imun yang lebih kuat usai mendapat kedua dosis vaksin Covid-19 dibanding yang lain.

Ini salah satu alasan utama para ahli bersikeras agar setiap orang menerima suntikan kedua vaksin dalam jangka waktu yang sudah ditentukan.

"Dalam melihat data Fase 1, Fase 2, apa yang saya lihat dengan dosis tunggal adalah beberapa orang memiliki antibodi penawar virus tingkat tinggi, yang lainnya tidak menanggapi," kata pakar vaksin Dr. Peter Hotez, profesor dan dekan di National School of Tropical Medicine di Baylor College of Medicine Houston.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com