Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SpaceX Cetak Rekor Dunia Luncurkan Satelit ke Luar Angkasa Terbanyak

Kompas.com - 25/01/2021, 19:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com- SpaceX besutan Elon Musk cetak rekor dunia untuk pengiriman satelit terbanyak. Sebanyak 143 satelit meluncur ke luar angkasa dengan roket SpaceX Falcon.

Satu roket itu membawa ratusan satelit dengan beragam bentuk dan ukuran, meluncur dari stasiun peluncuran di Florida.

Dikutip dari BBC, Senin (25/1/2021), jumlah satelit yang dibawa SpaceX tersebut telah mematahkan rekor sebelumnya, yakni 104 satelit yang dibawa oleh wahana antariksa India pada tahun 2017 lalu.

Ini adalah bukti dari perubahan struktural utama yang terjadi dalam aktivitas luar angkasa yang dapat memungkinkan lebih banyak orang untuk terlibat.

Bahkan, terobosan yang dilakukan SpaceX menawarkan peluang komersial yang akan terus terbuka dengan pengangkutan paket-paket itu ke orbit hanya dengan 1 juta dollar AS.

Baca juga: Polusi Cahaya Satelit SpaceX Merusak Gambar Komet Neowise

 

SpaceX telah memiliki 10 satelit di Falcon. Ditambah beberapa satelit terbaru pada mega-konstelasi telekomunikasi Starlink, yang akan mengirimkan koneksi internet broadband ke seluruh dunia.

Sementara, perusahaan Planet San Fransisco juga memiliki satelit terbanyak sepanjang penerbangan yakni sebanyak 48 satelit.

Ada begitu banyak satelit dengan berbagai bentuk dan ukuran yang diangkut roket Falcon. Bahkan, tak sedikit satelit yang memiliki ukuran yang cukup kecil, salah satunya SuperDoves yang berukuran sebesar kotak sepatu.

Baca juga: Satelit Seukuran Kotak Sereal akan Diluncurkan Australia Selatan ke Luar Angkasa

 

Swarm Technologies meluncurkan satelit yang disebut sebagai SpaceBees, yang berukuran hanya sekitar 10x2,5 cm.

Peluncuran satelit ini digunakan sebagai node telekomunikasi untuk menghubungkan perangkat yang terpasang ke semua jenis objek di tanah, mulai dari hewan yang bermigrasi hingga kontainer pengiriman.

Beberapa barang yang lebih besar yang diangkut roket Falcon yakni berukuran sebesar koper. Di antaranya adalah beberapa satelit radar.

Satelit radar telah menjadi salah satu penerima manfaat utama dari revolusi komponen. Secara tradisional, satelit radar adalah benda besar dan multi ton yang harga untuk meluncurkannya bisa mencapai ratusan juta dollar.

Baca juga: Misi Bersejarah NASA, SpaceX Sukses Luncurkan 4 Astronot Ke Orbit

Ilustrasi satelit di orbit Bumi. Satelit komunikasi pertama menjadi penemuan terpenting bagi peradaban manusia.SHUTTERSTOCK/Stanislaw Tokarski Ilustrasi satelit di orbit Bumi. Satelit komunikasi pertama menjadi penemuan terpenting bagi peradaban manusia.

Pada dasarnya, hanya militer atau badan antariksa besar yang mampu mengoperasikannya.

Satelit-satelit lain yang diangkut ke orbit Bumi antara lain Iceye dari Finlandia, Capella dan Umbra dari Amerika Serikat, dan iQPS dari Jepang, yang ke semuanya akan melakukan perjalanan ke orbit pada hari Minggu.

Satelit yang dikembangkan perusahaan rintisan ini akan membuat konstelasi di langit yang akan mengembalikan citra Bumi secara berulang dengan cepat.

Radar memiliki keunggulan dibandingkan kamera optik standar karena mampu menembus awan, dan merasakan permukaan bumi, baik siang maupun malam hari.

SpaceX Falcon membawa 143 satelit ke jalur setinggi 500 km yang membentang dari kutub ke kutub. Kendati demikian, ada banyak tantangan dari misi berbagi tumpangan besar.

Baca juga: Prestasi Bersejarah, SpaceX Sukses Pulangkan 2 Astronot NASA ke Bumi

 

Sebab, sejumlah misi satelit umumnya menginginkan orbit yang lebih tinggi atau lebih rendah di langit, atau dengan kemiringan yang berbeda ke ekuator.

Hal ini dapat dicapai dengan memasang satelit pada 'kapal tunda' yang setelah lepas dari bagian atas roket, mengubah parameter akhir untuk muatan selama beberapa minggu. Ada dua kapal tunda yang dibawa Sunday's Falcon.

Kendati demikian, untuk beberapa misi peluncuran satelit, mungkin perlu pemesanan lebih dulu untuk mendapatkan kepuasan layanan.

Hal ini memberi peluang lain untuk potensi pengembangan roket yang lebih kecil untuk dapat menjalankan penerbangan khusus.

Baca juga: Mengapa Satelit Tidak Jatuh ke Bumi?

Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa kapsul SpaceX Crew Dragon dengan astronot Bob Behnken dan Doug Hurley, lepas landas dari Kennedy Space Center di Florida, AS, Jumat (30/5/2020) atau Sabtu (31/5/2020) waktu Indonesia. NASA meluncurkan dua astronotnya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada hari ini, yang merupakan peluncuran pertama astronot ke orbit oleh pihak swasta dan pesawat luar angkasa berawak pertama NASA dari AS dalam 9 tahun terakhir.AFP/GREGG NEWTON Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa kapsul SpaceX Crew Dragon dengan astronot Bob Behnken dan Doug Hurley, lepas landas dari Kennedy Space Center di Florida, AS, Jumat (30/5/2020) atau Sabtu (31/5/2020) waktu Indonesia. NASA meluncurkan dua astronotnya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada hari ini, yang merupakan peluncuran pertama astronot ke orbit oleh pihak swasta dan pesawat luar angkasa berawak pertama NASA dari AS dalam 9 tahun terakhir.

Roket yang lebih kecul ini mungkin tidak akan mampu bersaing dalam hal biaya dibandingkan roket besar, seperti Space X Falcon 9 yang dapat memuat lebih banyak muatan untuk diluncurkan ke orbit Bumi.

Namun demikian, roket kecil bisa menjadi pilihan bagi perusahaan yang memiliki kebutuhan lebih spesifik atau mendesak.

Dan Hart, CEO Virgin Orbit, menyebut bahwa perusahaan rintisan bisa menjadi lebih cerdas. Perusahaan ini telah mengembangkan roket kecil yang dapat diluncurkan dari bawah sayap Boeing 747.

"Satelit kecil ini dulunya adalah tempat yang menarik, ini adalah cara termurah untuk masuk ke luar angkasa," jelas Hart.

Baca juga: Mengenal SpaceX, Perusahaan Swasta Pertama yang Luncurkan Astronot ke Luar Angkasa

 

"Itu berubah dengan cepat. Ini sekarang adalah bisnis dengan misi kritis yang berisiko kehilangan pendapatan jika mereka harus menunggu orang lain atau pergi ke orbit yang tidak sesuai," kata Hart.

Kendati demikian, dengan roll call satelit yang semakin cepat dan mudah untuk memasuki orbit Bumi, turut juga mendatangkan masalah lain terkait manajemen lalu lintas di luar angkasa.

Meski saat ini tabrakan antar satelit jarang terjadi, tetapi sekitar 10 persen kemungkinan satelit bisa saja mengalami perubahan momentum yang tiba-tiba.

Sektor luar angkasa perlu menemukan cara yang lebih cerdas untuk melacak objek di orbit dan mengendalikannya supaya dapat menghindar di saat yang tepat.

Baca juga: SpaceX Luncurkan 10 Satelit Komunikasi Iridium

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com