Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral IGD Penuh, Epidemiolog Sarankan Klinik Demam untuk Skrining Covid-19

Kompas.com - 07/01/2021, 18:37 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah video beredar di media sosial berisi percakapan antara perawat dengan keluarga pasien Covid-19 yang akan menjalani isolasi.

Dalam video tersebut, perawat menjelaskan bahwa ruang perawatan di rumah sakit mereka penuh, termasuk ruang instalasi gawat darurat (IGD).

Ia juga menegaskan tak bisa memberi kepastian kapan pasien akan mendapatkan bed di IGD ataupun di ruang isolasi. Sebab, ada pasien yang harus menunggu hingga dua hari di IGD sebelum mendapatkan tempat di ruang isolasi.

Kemudian, keluarga pasien diminta memutuskan apakah akan tetap mendaftar dengan risiko pasien tidak mendapat bed, tetapi duduk di kursi untuk menjalani prosedur perawatan atau keluarga membawa pulang pasien dan kembali pada faskes perujuk.

Baca juga: ICU Jakarta Menipis, Ahli Ingatkan Rumah Sakit di Indonesia Perlu Waspada

Menanggapi kasus ini, epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan, kondisi tersebut menunjukkan betapa seriusnya pandemi Covid-19 di Indonesia.

Menurutnya, penanganan Covid-19 di Indonesia sejak awal tidak maksimal. Sehingga, lonjakan kasus positif Covid-19 yang terus-menerus tak dapat terhindarkan.

“Ini berarti kita sudah sampai pada indikator akhir pandemi, di mana angka kematian tinggi dan angka keterisian ruang isolasi Covid-19 hingga ruang IGD terus meningkat. Ini terjadi karena intervensi di awal pandemi tidak maksimal,” ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (7/1/2021).

Dicky berkata, ini saatnya pemerintah merespons dan melakukan langkah tegas untuk mengatasi Covid-19.

“Artinya, aspek testing, tracing, isolasi, dan karantina, ini kan PR dari awal pandemi yang belum diperbaiki secara signifikan hingga sekarang, saat ini pemerintah harus benar-benar berkomitmen secara serius dan konsisten untuk memperbaikinya,” jelas Dicky.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik dan ICU Penuh, Apa Dampaknya Bagi Rumah Sakit?

Ilustrasi pasien virus corona, pasien Covid-19SHUTTERSTOCK/FunKey Factory Ilustrasi pasien virus corona, pasien Covid-19

Klinik demam untuk deteksi dini

Untuk mencegah luapan pasien Covid-19 di rumah sakit, penting bagi pemerintah untuk menerapkan prosedur deteksi dini, dimulai dari penemuan kasus, testing, dan skrining.

Epidemiolog yang ikut terlibat dalam penanganan kasus flu burung beberapa tahun lalu ini, juga menyarankan pemerintah menyediakan klinik demam di luar puskesmas dan rumah sakit. Pasalnya, demam adalah salah satu gejala utama Covid-19.

Klinik demam tersebut yang akan mendeteksi, apakah pasien bisa pulang ke rumah atau harus ke tempat isolasi yang dikelola oleh pemerintah untuk dipantau kondisinya. Jika seiring waktu muncul gejala yang membutuhkan perawatan lebih lanjut, pasien Covid-19 baru dibawa ke rumah sakit.

“Jadi dari awal algoritmanya harus jelas. Sehingga tidak membebani faskes dan pasien Covid-19 tidak akan menumpuk di rumah sakit,” ujarnya.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 Diprediksi Tinggi, Ini Strategi Hadapi Rumah Sakit Penuh

Dicky menambahkan, dengan prosedur skrining yang jelas, kasus-kasus Covid-19 yang berpotensi mengembangkan gejala parah juga bisa dideteksi dan diobati lebih awal.

Di samping itu, Dicky mengapresiasi langkah pemerintah yang akan kembali menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di wilayah Jawa-Bali.

Ia berharap dalam PSBB kali ini, pemerintah akan melakukan pemantauan dengan sangat ketat untuk menekan lonjakan kasus positif Covid-19.

Meski menurutnya, ‘bola salju’ pandemi Covid-19 sudah sangat besar, ia yakin akan ada dampak positif dari PSBB kali ini.

“Kalau dilihat kembali kan sebelumnya ada pilkada, libur panjang, dan sebagainya yang berkontribusi pada melonjaknya angka kasus Covid-19. Tapi dengan PSBB ini, semoga bisa membantu menekan lonjakan kasus,” pungkasnya.

Baca juga: 100 Dokter Paru Terinfeksi dan 5 Meninggal Akibat Covid-19, Ini 3 Faktor Risikonya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com