Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenakalan Bocah Kleptomania Pencandu Narkoba, Bisakah Sembuh dari Kecanduan?

Kompas.com - 24/11/2020, 07:04 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Fakta miris bocah yang diduga mengidap kleptomania di Nunukan ternyata tak sekadar memiliki perilaku buruk, tetapi juga kecanduan narkoba.

Kecanduan narkotika yang dialaminya ternyata menurut data Pekerja Sosial yakni ayah bocah tersebut sering mencampurkan narkoba jenis sabu ke dalam susu anaknya sejak usia 2 bulan.

Ayah anak berusia 8 tahun itu kini dipenjara karena terjerat kasus narkoba, sedangkan ibunya tidak bisa menjaga anaknya karena harus bekerja sebagai buruh ikat rumput laut.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (23/11/2020), sang ayah sering memberikan sabu ke dalam susu anaknya agar tak rewel.

Baca juga: Bocah Kleptomania Kecanduan Narkoba, Apa Dampaknya pada Otak Anak?

 

 

Faktor inilah yang disinyalir Dinas Sosial menjadi salah satu penyebab kenakalan bocah 8 tahun itu di luar nalar.

Menurut dr Hari Nugroho MSc selaku Peneliti dan Pakar Adiksi dari Mental Health Addiction and Neuroscience Jakarta, kecanduan narkoba sejak usia sangat muda sangat berpengaruh terhadap perkembangan otak anak.

Bagian otak yang akan sangat terpengaruh, kata dr Hari, yakni otak cortex pre frontal.

Sebab, bagian otak ini berfungsi dalam kemampuan berpikir, membuat rencana, problem solving, membuat keputusan, dan kontrol diri atas impulsivitas yang terjadi.

"Otak ini juga berperan dalam proses kondisi-kondisi stressful. Selain itu, narkoba juga bisa memengaruhi bagian otak yang disebut basal ganglia yang berperan dalam membentuk motivasi, habit, dan rutinitas," jelas dr Hari kepada Kompas.com.

Ilustrasi anak kecanduan narkoba.SHUTTERSTOCK/chairoij Ilustrasi anak kecanduan narkoba.

Lantas, apakah kondisi kencaduan narkoba yang dialami bocah B tersebut dapat disembuhkan?

Lebih lanjut dr hari mengatakan bahwa dengan kondisi bocah B seperti itu, maka terapi yang diberikan harus betul-betul komperhensif.

"Buat si anak harus diterapi oleh psikiater. Kemungkinan harus mendapat obat-obatan psikiatri untuk mengatasi kompulsivitas dan impulsivitasnya," ungkap dr Hari.

Selanjutnya, terapi yang harus dijalani adalah terapi perilaku. Terapi ini juga harus dilakukan oleh psikiatri anak dan psikolog klinis, serta didampingi pekerja sosial untuk mengatasi gangguan secara sosialnya.

Baca juga: Apakah Mereka yang Mengonsumsi Narkoba Selalu Terlihat Lebih Kurus?

 

Dr Hari menegaskan, kondisi yang dialami bocah B sangat mungkin untuk disembuhkan dan terkendali sepanjang tidak hanya faktor si anak yang diterapi.

"Namun, juga faktor-faktor psikososial di sekitarnya harus diterapi. Jika tidak komprehensif, maka kemungkinan kambuh akan lebih besar," jelas dr hari.

Rencananya, bocah B yang mengidap kleptomania dan kecanduan narkotika itu mulai menjalani rehabilitasi narkoba pada awal tahun depan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com