Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alami Kondisi Langka, Tes Swab Covid-19 Membuat Cairan Otak Wanita Ini Bocor

Kompas.com - 02/10/2020, 18:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Dilaporkan dalam jurnal medis, seorang perempuan memiliki kondisi langka yang tidak terdiagnosis dan menderita bocor cairan otak akibat tes swab Covid-19 yang dilakukannya.

Tes swab atau tes usap adalah metode yang dilakukan untuk mengambil sampel cairan pada hidung atau tenggorokan untuk mengetahui seseorang memiliki virus atau tidak.

Namun, tes ini justru membuat seorang wanita di Amerika Serikat mengalami kebocoran cairan otak dan menempatkannya pada risiko infeksi yang mengancam jiwa.

Penulis senior makalah yang dipublikasikan di JAMA Otolaryngology, Jarrett Walsh memperingatkan agar tenaga medis profesional harus berhati-hati dalam mengikuti protokol pengujian dengan cermat, seperti dilansir dari Science Alert, Jumat (2/10/2020).

Baca juga: Deteksi Kilat Corona, Swab Antigen Lebih Akurat Dibanding Rapid Test

 

Dokter bedah kepala dan leher ini mengatakan orang yang pernah menjalani operasi sinus atau dasar tengkorak yang ekstensif harus mempertimbangkan melakukan tes usap, dan mempertimbangkan tes oral jika tersedia.

"Ini menggarisbawahi bahwa perlunya pelatihan yang memadai bagi mereka yang melakukan tes dan perlunya kewaspadaan setelah tes dilakukan," imbuh spesialis THT Dennis Kraus dari Lenox Hill Hospital di New York yang tidak terlibat dalam makalah studi ini.

Walsh, dokter di University of Iowa Hospital mengatakan wanita tersebut telah menjalani tes swab hidung sebelum operasi hernia elektif, dan kemudian melihat cairan bening keluar dari satu sisi hidungnya.

Setelah itu, wanita tersebut mengalami sakit kepala, muntah, leher kaku dan kerentanan pada cahaya.

Baca juga: Inggris Mulai Uji Tes Air Liur No Swab untuk Temukan OTG Corona

 

"Sebelumnya, dia pernah melakukan swab untuk prosedur lain, di sisi yang sama, tidak ada masalah sama sekali. Dia merasa mungkin swab kedua tidak menggunaan teknik yang baik, dan terlalu masuk (ke dalam hidung) terlalu dalam," jelas Walsh.

Fakta lain mengungkapkan bahwa wanita tersebut pernah dirawat bertahun-tahun karena hipertensi intrakranial, yakni tekanan terlalu tinggi dari cairan serebrospinal yang melindungi otak.

Penanganan yang dilakukan dokter saat itu menggunakan pintasan untuk mengalirkan sebagian cairan dan kondisi itu dapat diatasi.

Ilustrasi tes swab Covid-19 untuk mendeteksi infeksi virus corona.Shutterstock Ilustrasi tes swab Covid-19 untuk mendeteksi infeksi virus corona.

Namun, itu kemudian menyebabkan pasien mengembangkan kondisi lain yang disebut encephalocele, atau cacat di dasar tengkorak yang membuat lapisan otak menonjol ke hidung, di mana itu rentan pecah.

Kondisi ini awalnya tidak diketahui sampai dokter kembali meninjau hasil CT scan lama. Dokter barunya kemudian melakukan operasi untuk memperbaiki cacat tersebut pada Juli dan kini wanita tersebut telah pulih sepenuhnya.

Walsh mengatakan dia meyakini gejala yang dikembangkan wanita tersebut adalah hasil dari iritasi pada selaput otak.

Baca juga: UI Bikin Bilik Swab Test, Kurangi Risiko Tenaga Medis Terpapar Corona

 

Apabila masalah itu tidak ditangani, maka pasien tersebut dapat mengembangkan infeksi otak yang berpotensi mengancam nyawa dari bakteri yang menyebar melalui hidung. Atau, udara bisa masuk ke tengkorak dan memberi tekanan berlebih pada otak.

Oleh sebab itu, sebagian besar protokol pengujian, termasuk tes swab, meminta dokter untuk mengikuti jalur dasar hidung, yang terletak di atas langit-langit mulut, daripada mengarahkan alat tes usap ke atas.

Walsh menyarankan jika itu harus diarahkan ke atas, maka harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Lebih lanjut Walsh mengatakan meski kemungkinan kejadian ini sangat langka, tetapi itu adalah pengingat perlunya pelatihan pengujian berkualitas tinggi, mengingat ratusan juta tes swab Covid-19 lagi akan dilakukan sebelum pandemi global ini selesai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com