Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Bisa Mencium Bau, Gejala Covid-19 yang Lebih Khas Dibanding Batuk

Kompas.com - 02/10/2020, 11:29 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber BBC News

KOMPAS.com - Kehilangan indra penciuman merupakan indikator Covid-19 yang lebih terlihat jelas dibanding batuk atau demam.

Ini merupakan kesimpulan dari studi yang dilakukan Universitas College London (UCL).

UCL melakukan riset terhadap 590 orang yang kehilangan indra penciuman atau perasa di awal kemunculan Covid-19. Ahli menemukan, 80 persen responden atau sekitar 472 orang memiliki antibodi virus corona.

Dari orang-orang yang memiliki antibodi, 40 persennya atau sekitar 189 orang tidak memiliki gejala lain.

Namun, penelitian ini hanya melihat orang dengan gejala ringan.

Baca juga: Terungkap, Cara Virus Corona Bikin Penderita Covid-19 Tak Bisa Mencium Bau

Untuk diketahaui, bukti hilangnya indra penciuman dan perasa sebaga tanda Covid-19 pertama kali dilaporkan pada bulan April. Kondisi ini baru ditambahkan ke daftar gejala resmi pada pertengahan Mei.

Panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini menyatakan, siapa pun yang kehilangan indra penciuman atau perasa harus mengisolasi diri dan mengajukan tes Covid-19.

Penulis utama studi UCL, Prof. Rachel Batterham melihat, hingga saat ini banyak orang menganggap batuk dan demam adalah gejala utama Covid-19 yang harus diwaspadai.

Hal ini mungkin bermula saat kemunculan awal Covid-19, kebanyakan orang yang terinfeksi mengaku mengalami demam dan batuk.

Penelitian

Prof. Batterham dan tim merekrut responden pada 23 April hingga 14 Mei melalui pesan teks. Orang-orang ini empat minggu sebelumnya melaporkan tak bisa mencium bau dan mengecap rasa.

Semua peserta diuji antibodinya. Empat dari lima orang yang positif menunjukkan infeksi Covid-19 sebelumnya.

Dalam penelitian ini, semua partisipan memiliki gejala ringan termasuk hilangnya penciuman dan perasa. Namun, mereka mungkin tidak mewakili semua pasien Covid-19.

Namun, temuan Rachel Batterham dan timnya menekankan bahwa orang yang kehilangan indra penciuman dan perasa harus isolasi diri.

Ilustrasi tes Covid-19, deteksi Covid-19, pengujian virus corona.Shutterstock Ilustrasi tes Covid-19, deteksi Covid-19, pengujian virus corona.

"Jika menyadari tidak dapat mencium barang sehari-hari seperti parfum, pemutih, pasta gigi, atau kopi, sebaiknya isolasi diri," kata Prof. Batterham seperti dilansir BBC News, Jumat (2/10/2020).

Memang tidak semua pasien Covid-19 kehilangan indra penciuman.

Namun jika Anda benar-benar kehilangan indra penciuman, peneliti mengatakan, kemungkinana besar itu adalah tanda virus corona.

"Hal yang harus diwaspadai adalah hilangnya penciuman tanpa hidung tersumbat atau berair," jelas Prof. Batterham.

Kehilangan penciuman menjadi gejala Covid-19 karena virus corona SARS-CoV-2 menyerang sel-sel yang ditemukan di bagian belakang hidung, tenggorokan, dan lidak.

Kehilangan penciuman dan pengecap karena Covid-19 berbeda dengan saat Anda pilek, di mana saluran udara tersumbat dan hidung berair.

Peneliti King's College London yang menjalankan Covid Symptom Study sebelumnya memperkirakan 60 persen orang dengan virus corona kehilangan indra penciuman atau perasa.

Bahaya kehilangan indra penciuman dan pengecap

Meski kehilangan penciuman dianggap sebagai gejala ringan dan tidak perlu dirawat ke rumah sakit, Prof Batterham menunjukkan potensi bahaya kehilangan indra penciuman seperti tidak dapat mendeteksi asap, kebocoran gas, atau makanan gosong.

Ilustrasi hidung menjadi lokasi yang tepat sebagai jalur masuknya virus.Shutterstock Ilustrasi hidung menjadi lokasi yang tepat sebagai jalur masuknya virus.

Jika kondisi ini diderita dalam jangka waktu lama, hal tersebut juga dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup.

Ribuan orang melaporkan secara online tentang pengalaman mengkhawatirkan termasuk menyebabkan kebakaran dan tidak bisa mencium bau asap.

Baca juga: Banyak Pasien Covid-19 yang Sembuh Tetap Tak Bisa Mencium Bau

Beberapa telah memperhatikan terus-menerus mencium bau "sampah" tengik atau hanya mengecap rasa logam. Sementara yang lain mendapati diri mereka tidak dapat mencicipi makanan selama berbulan-bulan setelah bersih dari virus.

""Kelompok orang yang hanya kehilangan bau tanpa mengalami gejala lain juga dapat menimbulkan "risiko terbesar" bagi orang lain karena mereka mungkin merasa sehat secara umum dan terus menjalani kehidupan sehari-hari," kata Prof Batterham.

Meskipun keduanya sering berjalan bersama, kehilangan atau perubahan membaui lebih sering terjadi daripada kehilangan indra perasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com