Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama Kalinya, RSUI Berhasil Implan Koklea pada Anak Usia 3 Tahun

Kompas.com - 14/08/2020, 18:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya, Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) berhasil melakukan implan koklea (coclear implant) atau alat bantu kepada pasien yang mengalami tuli sejak lahir.

Tindakan operasi implantasi koklea ini dilakukan tim kerja multidisiplin ilmu medis dan non medis RSUI dalam waktu sekitar 1,5 jam, kepada pasien laki-laki berusia 3 tahun.

Apa itu implan koklea?

Sebagai informasi, operasi implantasi alat bantu dengar berupa koklea atau rumah siput merupakan tindakan menanam elektroda untuk organ pendengaran yang berisi saraf-saraf pendengaran yang terletak di telinga dalam.

Elektrode tersebut yang akan menggantikan fungsi koklea sebagai organ pendengaran.

Operasi ini diperuntukkan bagi penderita gangguan pendengaran sangat berat yang tidak dapat tertolong dengan pemakaian alat bantu dengar biasa.

Kerusakan pendengaran yang terjadi pada organ telingan luar seperti daun telinga dan telinga tengah yaitu gendang telinga masih dapat ditolong dengan alat bantu dengan ataupun operasi.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia: Kenapa Kita Punya Kotoran Telinga?

Sedangkan, jika kerusakan yang dialami adalah organ telinga dalam (koklea) yang sangat berat, maka hanya dapat ditolong dengan implantasi koklea.

Gangguan pendengaran, jika tidak diatasi, akan sangat mengganggu produktivitas dan membuat penderitanya terisolasi dari lingkungan karena berpotensi membuat penderita kehilangan kemampuan mendengar dan berbicara.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun rata-rata 1-3 dari 1.000 kelahiran bayi mengalami gangguan pendengaran.

Mekanisme tindakan operasi implan koklea

Dokter spesialis THT RSUI, Dr dr Fikri Mirza Putranto Sp THT-KL(K) menjelaskan bahwa implantasi koklea di RSUI dilakukan melalui beberapa tahapan.

Tahap pertama adalah melakukan seleksi calon pasien dengan memilah kategori pasien layak dioperasi atau tidak.

Pada tahap ini, akan dilakukan pemeriksaakn menyeluruh meliputi aspek medis, psikologis dan sosial pasien.

Baca juga: World Hearing Day 2019, 3 Gangguan Telinga yang Paling Sering Dialami

Setelah dinyatakan layak operasi, maka tahap kedua yang dilakukan adalah operasi berupa komponen dalam telinga sebagai alat penerima atau receiver dan elektroda.

Komponen dalam telinga ini bekerja menghantarkan sinyal listrik ke ujung-ujung saraf pendengaran yang terdapat di telinga dalam.

Sinya listrik tersebut berasal dari stimulus suara yang akan diubah oleh komponen luar, yang akan disesuaikan secara berkala dimulai pada dua minggu pasca operasi.

Tahap ketiga, yang menjadi tahapan terakhir ini aadalah dilakukannya perawatan paska operasi (habilitasi) berupa latihan mendengan dan berbicara.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia, Kenapa Kotoran Telinga Bentuknya Berbeda-beda?

Fikri berkata, risiko penanaman alat implan koklea dapat dicegah dengan didukung oleh kerjasama tim dan dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

"Alhamdulillah saat ini RSUI telah memiliki tim dan sarana prasaran yang sangat memadai untuk melakukan tindakan ini dengan aman. Dalam 2 minggu setelah operasi, alat tersebut akan dinyalakan untuk latihan pendengaran pada si anak," jelas Fikri.

Paska implantasi koklea

Fikri menjelaskan bahwaa setelah dilakukan operasi implan koklea, pasien yang mengalami ketulian sejak lahir tersebut akan secara bertahap mencapai kemampuan mendengar normal.

Sehingga pasien anak tersebut bisa belajar berkomunikasi selayaknya anak normal pendengarannya sejak lahir.

"Umumnya operasi ini dapat dilakukan pada semua usia, tetapi pelaksanaan operasi pada usia 2-3 tahun akan memberikan hasil yang llebih optimal," tuturnya.

Baca juga: Kecoak Bersarang di Telinga Perempuan AS, Apa Pelajaran untuk Kita?

Direktur Utama RSUI, dr Astuti Giantini SpPK MPH menambahkan, keberhasilan pelaksanaan operasi implantasi koklea ini menjadi salah satu langkah untuk memfasilitasi kebutuhan para penderita gangguan pendengaran agar mendapat tindakan pengobatan yang tepat dan aman.

"Kami berharap layanan ini dapat membantu kualitas hidup penderita gangguan pendengaran sejak lahir menjadi lebih baik," ujar Astuti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com