Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Temukan Air, Nyamuk Berevolusi Sedot Darah Manusia

Kompas.com - 29/07/2020, 09:00 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak nyamuk menggigit binatang tetapi beberapa lebih memilih untuk menggigit manusia, seperti salah satunya adalah nyamuk Aedes aegypti.

Tak ada yang tahu persis mengapa nyamuk itu cenderung memilih manusia. Tetapi sebuah studi akhirnya mampu menjawab misteri tersebut.

Dilansir dari New Scientist, Selasa (28/7/2020) nyamuk ternyata berevolusi untuk menggigit manusia jika mereka tinggal di tempat dengan musim kemarau yang intens.

Baca juga: 3 Nyamuk Penyebar Mosquito-borne Disease: Aedes Aegypti, Anopheles, dan Culex

Alasannya, serangga membutuhkan air untuk berkembang biak dan saat mereka tak menemukan air, nyamuk-nyamuk tersebut mulai tertarik pada manusia karena menyimpan kandungan air dalam jumlah besar.

Hasil tersebut merupakan temuan berdasarkan studi mengenai nyamuk di Afrika.

Dalam studinya, peneliti mencari telur A. aegypti dari 27 lokasi di sub-Sahara Afrika dan membesarkannya di laboratorium.

Peneliti lantas menempatkan nyamuk di sebuah ruangan di mana mereka bisa menangkap bau manusia atau binatang kelinci percobaan atau burung puyuh.

Hal ini dilakukan untuk menilai pergerakan serta kecenderungan nyamuk dalam menggigit mangsa. Sejumlah besar preferensi pun ditemukan.

Nyamuk-nyamuk yang tinggal di daerah di mana musim kemarau panjang dan intens cenderung akan memilih manusia.

Namun ada faktor lain juga yang dipertimbangkan, yakni nyamuk di wilayah perkotaan memang lebih menyukai manusia.

Menurut Noah Rose, peneliti dari Princeton University di New Jersey, musim kemarau yang panjang adalah masalah bagi A. aegypti.

Itu lantaran nyamuk bergantung pada genangan air untuk membesarkan anak-anak mereka. Nyamuk yang hidup ribuan tahun lalu akhirnya mulai berevolusi untuk menggigit manusia.

Baca juga: Jangan Lupakan, Penularan Penyakit karena Nyamuk Masih Terus Terjadi

Penelitian ini pun menyebut bahwa populasi A.aegypti akan lebih menyukai manusia setidaknya hingga 2050 nanti. Apalagi seiring terjadinya perubahan wilayah urban seperti Afrika.

Perubahan iklim mungkin jika tidak akan membawa dampak pada kecenderungan A. aegypti untuk berkurang menggigit manusia.

Studi telah dipublikasikan di Current Biology.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com