Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sakit Seumur Hidup, Bagaimana Cara Mengendalikan Diabetes Melitus?

Kompas.com - 19/07/2020, 20:04 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com - Diabetes melitus adalah gangguan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia, atau peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya produksi insulin dan resistensi insulin.

“Resistensi insulin adalah kondisi ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula darah dengan baik karena adanya gangguan aksi kerja insulin atau terganggunya respon sel tubuh terhadap insulin,” tutur dr Khomimah, Sp.PD-KEMD, FINASIM selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam Primaya Hospital Bekasi Barat.

Melalui keterangan tertulis pada Minggu (19/7/2020), Khomimah menyebutkan bahwa diabetes melitus kerap terjadi pada seseorang yang memiliki berat badan berlebih dan jarang berolahraga.

Jenis-jenis diabetes melitus

Khomimah menjelaskan diabetes melitus terdiri dari beberapa tipe.

“Ada diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes dalam kehamilan atau gestasional, dan diabetes tipe lainnya,” tambah ia.

Penyebab diabetes tipe 1 adalah gangguan autoimun yang menyebabkan sistem imun tubuh merusak sel-sel yang memproduksi hormon insulin di dalam pankreas sehingga produksi insulin sangat kurang.

Diabetes tipe 1 juga kadang tidak diketahui penyebabnya.

Baca juga: Diabetes Melitus, Kenali Faktor Risiko sampai Gejalanya

Jenis diabetes tipe 1 memiliki penyebab bervariasi terkait masalah resistensi insulin, atau gangguan aksi kerja insulin. Kondisi ini terjadi apabila seseorang memiliki kadar insulin yang cukup atau melah lebih tinggi dari nilai rata-rata orang normal.

“Namun tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan optimal, sehingga jumlah glukosa yang menetap di dalam darah menjadi berlebih. Diabetes tipe 2 juga terjadi akibat gangguan dari sekresi (produksi) insulin akibat faktor-faktor risiko yang telah dijelaskan sebelumnya,” papar Khomimah.

Jenis diabetes kehamilan (gestasional) terjadi akibat resistensi insulin atau aksi kerja insulin meningkat saat kehamilan.

“Peningkatan tersebut terjadi akibat perubahan hormonal dalam tubuh atau berat badan meningkat sehingga tubuh menjadi lebih gemuk. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua orang hamil mengalami diabetes gestasional. Diabetes jenis ini muncul tergantung dari sejauh mana tubuh mampu beradaptasi dengan kadar insulin,” tambahnya.

Baca juga: Omas Meninggal Dunia, Simak Bahaya Diabetes dan Risiko Komplikasinya

Sementara itu, diabetes tipe lain bisa terjadi akibat berbagai hal lainnya seperti penggunaan obat-obatan seperti obat golongan steroid atau obat yang mengandung hormon. Obat tersebut akan meningkatkan resistensi insulin sehingga meningkatkan aksi kerja insulin.

Obat tersebut akan meningkatkan produksi gula melalui mekanisme hormonal. Jenis diabetes tipe lain juga terjadi akibat infeksi seperti TBC atau terdapat tumor di pankreas sehingga dapat menyebabkan rendahnya produksi insulin.

“Perlu diingat bahwa pankreas memiliki fungsi untuk memproduksi insulin. Jika terdapat gangguan pada pankreas, maka mesin yang memproduksi insulin tersebut kinerjanya akan berkurang yang berakibat pada kurangnya jumlah insulin,” papar Khomimah.

Ilustrasi tes darah, diabetesShutterstock/Proxima Studio Ilustrasi tes darah, diabetes

Cara mengatasi diabetes melitus

Khomimah mengatakan penderita diabetes melitus akan mengidap penyakit tersebut seumur hidup. Sehingga, hal yang dapat dilakukan adalah mengendalikan penyakit tersebut untuk jangka panjang.

Pada dasarnya, tujuan pengobatan pada pasien diabetes melitus secara medis yaitu:

1. Memberikan rasa bugar dan nyaman pada pasien
2. Mencapai target glukosa darah mendekati atau mencapai normal
3. Berusaha menurunkan atau mencegah komplikasi diabetes.

“Prinsipnya, penyakit diabetes melitus itu penyakit degeneratif bukan infeksi sehingga hanya bisa dikendalikan agar kadar glukosa darahnya mencapai target normal atau mendekati nilai normal,” papar Khomimah.

Baca juga: Studi: Konsumsi Olahan Susu Turunkan Risiko Hipertensi dan Diabetes

Berapa nilai normal tersebut? Glukosa darah sebelum makan kurang dari 130 mg per dL, glukosa darah 2 jam sesudah makan atau glukosa darah sewaktu kurang dari 180 mg per dL, dan HbA1C kurang dari 7 persen.

“Selain itu, pasien pengidap diabetes melitus juga harus mengendalikan hipertensi, kolesterol, menurunkan berat badan, dan menghentikan kebiasaan merokok,” ujar Khomimah.

Pada dasarnya ada 5 pilar tatalaksana untuk mengendalikan diabetes melitus:

1. Pengidap diabetes melitus harus meningkatkan pengetahuan tentang diabetes dari sumber yang terpercaya seperti dari dari ikatan dokter Indonesia atau seminar awam yang dilakukan oleh berbagai rumah sakit.

2. Mengatur pola makan. Pasien diabetes melitus harus: (1) mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan, (2) hindari jenis makanan minuman yang mengandung glukosa tinggi, 3) pengaturan jadwal makan yang relatif stabil, dan 4) porsi makan yang merata 24 jam. Pasien disarankan untuk berkonsultasi ke dokter atau ahli gizi.

Baca juga: Batasi Gula, Garam, dan Lemak untuk Cegah Diabetes Saat Pandemi Corona

3. Olahraga atau latihan fisik atau meningkatkan kegiatan fisik. Olahraga yang disarankan adalah olahraga yang bersifat aerobik seperti jalan cepat, sepeda (termasuk sepeda statis), berenang, lari, dan sebagainya setiaphari atau minimal selang sehari dengan lama kegiatan sekitar 30 menit.

4. Jika harus mengonsumsi obat diabetes, obat-obatan tersebut harus dikonsumsi secara teratur. Konsumsi obat harus dengan berkonsultasi dengan dokter.

5. Melakukan evaluasi terhadap tatalaksana poin 1-4 yang sudah dilakukan dan melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk melihat hasil dari tatalaksana yang telah dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com