Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Pertama Kalinya, Tulang Manusia Direkayasa di Luar Angkasa

Kompas.com - 19/07/2020, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

 

Di atas ISS, proses pembuatannya membutuhkan pendinginan spheroid tulang rawan untuk melepaskannya dari kemasan hidrogel, sebelum dimasukkan ke dalam bioassembler untuk dirakit menjadi bentuk yang benar, seperti yang Anda lihat pada gambar ini.

Kosmonaut Oleg Kononenko telah melakukan percobaan.

"Orang-orang telah melakukan eksperimen biologis dan membiakkan sel-sel di ruang angkasa. Namun kami dapat benar-benar merakit sel-sel ini menjadi struktur yang lebih kompleks menggunakan alat biomanufaktur - itu yang pertama," kata ahli radiologi Utkan Demirci, dari Stanford University, kepada IEEE Spectrum.

Lebih jauh lagi, metode perakitan magnetik yang sama bahkan dapat digunakan untuk membangun sesuatu di ruang angkasa yang terdiri dari bahan biologis dan anorganik.
Kita bahkan bisa mengganti tulang ketika mengunjungi planet lain.

Ilmuwan mengatakan, ada banyak pekerjaan yang diperlukan untuk sampai ke tahap itu, tidak terkecuali mendapatkan peralatan yang siap digunakan di ruang angkasa.

Instrumen yang halus dan perjalanan ruang angkasa tidak benar-benar bercampur dengan baik, dan mesin harus mencapai tingkat ketahanan tertentu untuk bertahan dalam perjalanan luar angkasa.

"Bahkan dengan tantangan teknik, studi ini menunjuk ke metode yang dapat secara signifikan memajukan teknik jaringan," menurut para peneliti itu sendiri.

Baca juga: Wahana Antariksa NASA Temukan Tulang Manusia di Mars, Apakah Itu?

Dengan kemajuan yang dicapai dalam menumbuhkan daging dan buah di luar angkasa, perjalanan ke Mars terdengar tidak terlalu menakutkan.

"Orang dapat membayangkan tidak terlalu jauh di masa depan bahwa jika kita menjajah Mars atau melakukan perjalanan ruang angkasa jangka panjang, kita mungkin ingin melakukan eksperimen di mana kita membangun jaringan fungsional di ruang angkasa, dan mengujinya di lingkungan luar angkasa," Demirci mengatakan pada IEEE Spectrum.

Penelitian ini telah dipublikasikan di Science Advances.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com