Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Pemindaian Ungkap, 55 Persen Pasien Corona Alami Masalah Jantung

Kompas.com - 13/07/2020, 19:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah studi pemindaian jantung terhadap 1.200 pasien virus corona di 69 negara menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan.

Lebih dari setengah pasien (55%) ditemukan mengalami beragam abnormalitas jantung yang bisa menganggu kemampuan organ untuk memompa darah, dengan sepertujuhnya menunjukkan tanda-tanda abnormalitas parah yang bisa menyebabkan gagal jantung.

Dipaparkan oleh para dokter di Edinburgh University dalam European Heart Journal, mayoritas pasien yang dipindai jantungnya tidak diketahui memiliki penyakit jantung sebelum terinfeksi Covid-19.

Namun, kini sepertiga pasien ditemukan mengalami kerusakan pada ventrikel atau dua ruang yang berada di bagian bawah jantung, tiga persen pernah mengalami serangan jantung dan tiga persen lainnya mengalami pembengkakan jaringan jantung.

Baca juga: Studi Ungkap Cara Virus Corona Langsung Infeksi Sel Jantung Pasien Covid-19

Dilansir dari The Guardian, Dr Anda Bularga, salah satu peneliti yang tergabung dalam studi ini berkata bahwa proporsi pasien dengan hasil pemindaian jantung yang abnormal sangat tinggi.

Hal ini membuat para ahli berpikir bahwa kondisi abnormalitas jantung yang diamati dalam studi mungkin disebabkan oleh infeksi virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Hasil temuan ini juga mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yang mengungkapkan kaitan Covid-19 dengan organ-organ selain paru-paru, seperti otak dan jantung.

Studi di China dan Italia, misalnya, menemukan bahwa 20 persen pasien Covid-19 mengalami kerusakan jantung.

Namun, bagaimana mekanisme pasti Covid-19 bisa menyebabkan kerusakan jantung masih menjadi misteri.

Baca juga: New Normal, Jangan Tunda Lagi Kontrol Jantung ke Rumah Sakit

Sejauh ini, teori yang paling kuat adalah karena virus corona menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan di paru-paru. Alhasil, jantung pun harus bekerja lebih keras untuk memompa darah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Tekanan yang berlebihan ini atau kurangnya oksigen karena paru-paru tidak bekerja secara optimal, lantas bisa menyebabkan kerusakan jaringan jantung.

Selain itu, ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa virus corona bisa menginfeksi otot jantung secara langsung dan memaksa organ ini bekerja lebih keras.

Meski demikian, tim dokter Edinburgh tidak mau terburu-buru membuat konklusi.

Baca juga: Ahli: Kelamaan WFH Bisa Picu Serangan Jantung, Kok Bisa?

Pasalnya, pasien-pasien yang dipindai memang telah dicurigai mengalami masalah jantung, sehingga tingginya proporsi abnormalitas yang ditemukan serta merta menunjukkan seberapa umum kerusakan jantung terjadi pada pasien Covid-19.

Akan tetapi, temuan ini juag menunjukkan betapa pentingnya pemeriksaan ekokardiogram dalam mengidentifikasikan penyakit jantung yang disebabkan oleh Covid-19.

Prof Marc Dweck, pemimpin studi ini mengatakan bahwa banyak dokter merasa ragu-ragu untuk memerintahkan pemeriksaan ekokardiogram karena prosedur tersebut mengharuskan kontak dekat dengan pasien.

"Hasil kerja kami menunjukkan bahwa pemindaian-pemindaian ini sangat penting: mereka meningkatkan perawatan bagi sepertiga pasien yang mengalaminya (penyakit jantung akibat Covid-19)," katanya.

Langkah selanjutnya, ujar Prof Dweck, adalah mencari tahu mekanisme pasti dari kerusakan ini, apakah bisa diperbaiki dan apa dampak jangka panjang Covid-19 terhadap jantung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com