Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zaman Purba, Kukang Tanah Raksasa Mati Akibat Kotorannya Sendiri

Kompas.com - 12/05/2020, 19:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada masa kini, kukang yang merupakan hewan primata dengan gerakan lambat. Hewan ini dikenal memiliki ukuran tubuh kecil, rata-rata antara 20-30 sentimeter dan tinggal di pohon. Tapi, tidak pada zaman kuno.

Dahulu ada kukang raksasa yang tingginya sekitar 3 meter, melebihi tinggi manusia purba saat itu. Hewan ini dikenal dengan nama kukang tanah raksasa (Eremotherium laurillardi), sayangnya mereka sudah punah ribuan tahun lalu.

Penelitian mengenai punahnya kukang tanah raksasa terus dilakukan. Sebagian menyebut kungkang ini punah karena perubahan iklim, ada juga yang mengatakan karena perburuan yang dilakukan manusia purba.

Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology 15 April lalu, menunjukkan terdapat sekelompok kukang tanah raksasa yang mati karena tercemar kotoran mereka sendiri. Fenomena itu terjadi pada zaman es.

Melansir Live Science, Selasa (12/5/2020), Para ilmuwan menemukan tulang-tulang dari hampir dua lusin kukang tanah raksasa di sebuah lubang yang terdapat pada situs fosil yang bernama Tanque Loma di barat daya Ekuador.

Baca juga: Berusia Setengah Abad, Kukang Asal Jerman dapat Predikat Hewan Tertua

Lapisan pada tulang tersebut menunjukkan para kukang raksasa itu hidup di penghujung era Pleistosen (2,6 juta hingga 11.700 tahun lalu).

Kondisi tulang kukang dan susunannya relatif sama satu sama lain, mengisyaratkan bahwa hewan-hewan itu mati pada waktu yang sama. Vegetasi yang ditemukan menunjukkan bahwa sekumpulan kukang ini tinggal di rawa yang penuh dengan kotoran mereka sendiri.

Para peneliti mengidentifikasi 575 tulang yang berasal dari 22 kukang tanah raksasa dewasa dan remaja yang berasal dari sekitar 18.000 hingga 23.000 tahun yang lalu.

Tulang-tulang tersimpan dalam satu lapisan tanpa banyak endapan yang memisahkannya, menunjukkan bahwa hewan-hewan itu mati pada waktu yang sama dan terendam segera sesudahnya.

Para ilmuwan juga menganalisis tanah di sekitar tulang dan materi tanaman di lokasi tersebut, mengidentifikasi lokasi tersebut sebagai rawa yang secara berkala mengering, memungkinkan tanaman tanah tumbuh subur.

Tulang-tulang dari hewan dengan gerak lambat itu ditemukan dikelilingi oleh tanaman yang tampaknya telah mereka makan dan mereka cerna.

Baca juga: Terungkap, Arti Motif Wajah pada Kukang Jawa

Hal ini menjelaskan bahwa para kukang raksasa tersebut berkubang bersama di dalam lubang air, seperti halnya yang dilakukan oleh herbivora masa kini yakni kuda nil dan rusa kutub. Tujuannya untuk melindungi diri dari panas dan serangga.

Sambil tinggal di dalam kubangan yang sama, kukang tanah raksasa pun memakan tumbuhan di sekitarnya dan mengotori tempat tinggal mereka dengan kotorannya sendiri. Membuat air dan tanaman disekitarnya terkontaminasi oleh bakteri patogen yang berasal dari kotoran mereka.

Pada akhirnya, hal tersebut berimbas pada kematian para kukang tanah raksasa secara bersamaan di lokasi yang sama.

Untuk diketahui, herbivora raksasa ini pertama kali muncul di Amerika Selatan sekitar 35 juta tahun yang lalu dan mati pada akhir masa Pleistosen, bersamaan dengan sebagian besar mamalia zaman es lainnya, seperti mastodon, serigala, dan singa gua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com