Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/03/2020, 13:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti meyakini Covid-19 muncul karena biodiversitas atau keanekaragaman hayati rusak. 

Biodiversitas adalah keseluruhan gen, spesies dan ekosistem di suatu kawasan. Indonesia sangat kaya akan biodiversitas baik di daratan maupun di perairannya.

Hal ini disampaikan oleh Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat, Veteriner, dan Karantina Hewan, drh. Tri Satya Putri Naipospos, Mphil, PhD.

"Kalau ada penyakit zoonotik (penyakit yang menular dari hewan ke manusia) tersebar, ini berarti adanya penyebaran dari inang alaminya," kata Tata sapaan akrabnya dalam diskusi online Kampanye Global Earth Hour 2020, Jumat (27/3/2020).

Baca juga: Tiga Bayi Baru Lahir Teinfeksi Corona, Menular Lewat Plasenta?

Disebutkan oleh Tata, virus corona adalah salah satu contoh patogen dari spesies kelelawar yang melompat ke inang barunya yang lain, yaitu trenggiling, sebagai perantaranya.

"Meski belum diketahui pasti bagaimana Covid-19 ini bisa menginfeksi manusia tapi trenggiling dipercaya inang perantaranya," ujar dia.

Keadaan ini juga diperburuk oleh perdagangan satwa liar, kerusakan habitat, dan perubahan iklim, hingga akhirnya patogen ini dapat menyerang manusia.

Kerusakan biodiversitas jadi faktor pemicu Covid-19

Dikatakan Tata, sekitar satu atau dua dekade yang lalu, hutan tropis dan lingkungan alami yang utuh masih dipenuhi satwa liar eksotik yang bisa mengancam manusia.

Satwa liar eksotik menyembunyikan virus dan patogen lain yang menyebabkan penyakit baru seperti Ebola, HIV, dan demam berdarah (dengue). Inilah yang disebut ancaman.

Mengenai Covid-19, patogen atau virus yang berasal dari hewan kelelawar dapat menginfeksi manusia karena terjadi lompatan virus antar spesies.

Dijelaskan Tata, peristiwa seperti Covid-19 ini dapat terjadi apabila manusia berburu satwa liar atau merusak habitatnya, sehingga virus dan patogen lainnya melompat antar spesies.

Selain itu juga, peristiwa melompatnya virus zoonotik kerap dihubungkan dengan perubahan lingkungan dan perilaku manusia.

Di antaranya adalah gangguan terhadap hutan alami seperti berikut.

  • Penebangan kayu
  • Penambangan
  • Jalan yang dibangun melalui lokasi terpencil
  • Urbanisasi yang cepat
  • Pertumbuhan penduduk
  • Perdagangan satwa liar
  • Perburuan satwa liar

Beberapa hal inilah yang diyakini dapat membuat orang lebih dekat dengan spesies hewan, sesuatu yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya.

Sejumlah peneliti saat ini berpikir bahwa kerusakan biodiversitas yang dibuat oleh manusia, menciptakan kondisi di mana virus baru seperti Covid-19 muncul, dengan dampak kesehatan dan ekonomi yang sama besarnya baik di negara kaya maupun negara miskin.

Baca juga: Virus Corona Paling Menular di Minggu Pertama Gejala, Ini Penjelasannya

"Para peneliti meyakini Covid-19 dianggap dipicu dari kerusakan biodiversitas ini terjadi. Bukan satwa liar yang harus dimusnahkan, tapi manusialah yang harus menjaga keseimbangan alam," tegasnya.

Sebagai manusia yang memiliki akal dan pengetahuan, kata dia, sebaiknya kita berupaya untuk tidak merusak habitat alami satwa liar ini, karena potensi penyakit zoonotik lainnya bisa dan mungkin saja terjadi di masa yang akan datang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com