Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panic Buying karena Corona Berkaitan dengan Fungsi Otak, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Kompas.com - 19/03/2020, 13:03 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Tak sedikit masyarakat yang melakukan panic buying terkait mewabahnya virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Tak hanya di Indonesia, warga luar negeri pun melakukan panic buying salah satunya dengan memborong tisu toilet.

Kepanikan, termasuk panic buying, tidak terjadi begitu saja. Ada alasan ilmiah di balik hasrat memborong barang-barang dan makanan di supermarket.

Baca juga: Penjelasan Psikologi di Balik Panic Buying Akibat Virus Corona

Hal itu dijelaskan oleh Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si.

“Panik itu adalah perpanjangan dari cemas. Sementara cemas itu perpanjangan dari takut,” tutur Nina, panggilan akrabnya, kepada Kompas.com, Rabu (18/3/2020).

Takut adalah keinginan untuk menghindari sesuatu yang ada saat ini. Jika ketakutan tersebut berdasarkan ketidakpastian di masa depan, jadilah cemas.

“Bedanya cemas dengan takut, cemas adalah ketakutan akan sesuatu di masa depan dan belum pasti. Ketika seseorang punya kecemasan, pada titik tertentu, area prefrontal cortex pada otak tidak bisa bekerja,” tutur Nina.

Baca juga: WHO: Tunjukkan Solidaritas dengan Cuci Tangan dan Tidak Panic Buying

Prefrontal cortex adalah bagian pada otak yang memproses hal-hal yang rasional. Ketika area ini tidak bekerja karena kecemasan akan ketidakpastian, bagian yang bekerja adalah limbic system (sistem limbik).

“Dalam kondisi tertentu, rasa cemas akan berubah menjadi panik lewat sistem limbik. Kalau sudah begini, rasa takut dan cemas tidak bisa dikontrol,” jelasnya.

Pengunjung ramai-ramai membeli tisu toilet di sebuah toko di London, Inggris, Sabtu (14/3/2020). Di tengah kepanikan wabah virus corona, selain kebutuhan pokok, tisu toilet menjadi salah satu barang yang paling diburu di banyak negara.AFP/JUSTIN TALLIS Pengunjung ramai-ramai membeli tisu toilet di sebuah toko di London, Inggris, Sabtu (14/3/2020). Di tengah kepanikan wabah virus corona, selain kebutuhan pokok, tisu toilet menjadi salah satu barang yang paling diburu di banyak negara.

Dalam kasus panic buying, yang terjadi adalah kita melakukan sesuatu bukan karena hal itu benar atau salah, namun dilakukan karena kita rasa bisa menyelamatkan hidup kita.

“Dan beda-beda tergantung orangnya. Di luar negeri, mereka memborong tisu gulung. Bagi orang-orang yang takut kelaparan akan menyetok bahan-bahan makanan secara berlebihan,” tambah ia.

Cegah panik dengan bernapas

Saat panik, area prefrontal cortex pada otak tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, secara ilmiah hal yang harus dilakukan adalah memfungsikan kembali area tersebut.

“Dengan cara bernapas. Saat mulai panik kita harus berhenti dulu, bernapas dalam-dalam, biasanya 10 atau 20 hitungan. Biasanya usai bernapas, kita mulai menyadari sesuatu,” jelas Nina.

Baca juga: Virus Corona di Indonesia Bikin Masyarakat Panik, Ini Sebabnya

Mengapa bernapas? Dengan bernapas, aliran darah menjadi lebih lancar. Oksigen bisa naik ke otak sehingga prefrontal cortex bisa berfungsi kembali.

“Jadi sebelum panic buying atau timbul kepanikan lainnya, bernapas dulu beberapa saat. Kita akan bisa berpikir lebih jernih setelahnya,” tutup Nina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com