Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Glaukoma Sebabkan Kebutaan, Kenali Penyebab hingga Gejalanya

Kompas.com - 17/03/2020, 08:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mata merupakan aset berharga untuk melihat betapa indahnya dan banyak sekali hal menarik yang ada di sekeliling kita.

Kebutaan yang membuat seseorang tidak dapat melihat hal indah di sekelilingnya pasti tidak diharapkan semua orang.

Namun seirng bertambahnya usia, banyak orang mengalami glaukoma. Kondisi ini bahkan menjadi penyebab kebutaan nomor dua di seluruh dunia.

Baca juga: Mengenal Glaukoma, Penyebab Kebutaan Nomor 2 di Seluruh Dunia

Apa itu glaukoma?

Disampaikan oleh Dokter Subspesialis Glaukoma, Prof DR dr Widya Artini Wiyogo SpM(K), glaukoma adalah penyakit mata di mana tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu tinggi.

"Sehingga dapat merusak serabut saraf mata yang membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak," kata Widya dalam acara bertajuk Deteksi Dini sebagai Langkah Jitu Melawan si Pencuri Penglihatan, di JEC Eye Hospital & Clinics, Sabtu (14/3/2020).

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan tertinggi ke dua setelah penyakit katarak.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI dalam laporan Situasi Glaukoma di Indonesia 2019, mengemukakan perkiraan jumlah penderita glaukoma secara global mencapai 76 juta pada 2020.

Bahkan diperkirakan ada kemungkinan terjadi peningkatan hingga 114 juta pasien glaukoma pada 2040 mendatang, jika tidak segera ditangani atau ditekan faktor penyakit itu.

"Berbeda dengan katarak, katarak itu sekali dioperasi bisa sehat atau penglihatankembali seperti baru, tapi kebutaan akibat glaukoma tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dicegah dengan mengontrol faktor risiko," ujar dia.

Serta, penyakit glaukoma adalah penyakit yang berjalan terus menerus atau kronis, dan berjalan progresif yaitu semakin memburuk dari hari ke hari.

Penyebab glaukoma

Tekanan bola mata dibentuk oleh cairan di dalam bola mata yang disebut akuos humor.

Gangguan sistem pembentukan dan pengeluaran cairan akuos humor ini dapat menyebabkan tekanan bola mata yang tinggi.

Kata Widya, tekanan bola mata yang tinggi itulah secara perlahan dan seringkali tanpa disadari mengganggu penglihatan, menurunkan ketajaman melihat, hingga pada kondisi terburuknya bisa menyebabkan kebutaan.

Faktor risiko glaukoma

"Menemukan risiko dari glaukoma sejak dini itu penting, agar mencegah glaukoma sebelum jadi (berakibat) fatal," tuturnya.

Berikut beberapa faktor risiko penderita glaukoma:

  • Memiliki riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
  • Berumur di atas 40 tahun
  • Memiliki tekanan bol mata tinggi
  • Penderita miopia (kacamata minus) dan hipermetropia (kacamata plus) yang tinggi
  • Pemakaian steroid lama dan terus menerus seperti terkandung dalam beberapa obat tetes mata, obat inhaler asma dan obat radang sendi
  • Pernah mengalami trauma pada mata
  • Memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi dan migrain

"Walaupun glaukoma itu bisa didapatkan pada bayi ke usia lanjut. Tapi lansia memegang peranan lebih besar," ujar dia.

Baca juga: Diabetes Melitus Sebabkan Diabetik Retinophati Hingga Kebutaan

Gejala glaukoma

Untuk gejala yang akan dialami penderita glaukoma berbeda-beda tergantung dengan jenis glaukoma yang diderita pasien.

Tetapi setidaknya Anda bisa curiga jika mengalami beberapa gejala berikut pada mata Anda:

  • Rasa nyeri di mata
  • Tajam penglihatan menurun
  • Tampak pelangi atau melihat lingkaran warna-warni bila melihat lampu
  • Sakit kepala
  • Mual terkadang disertai muntah
  • Peradangan bola mata
  • Katarak yang terlalu tebal
  • Bola mata yang lebih besar dari normal
  • Kornea mata terlihat tidak jernih
  • Sensitif dan keluar air mata bila melihat cahaya
  • Beberapa kondisi dari jenis glaukoma juga bisa tidak memiliki gejala

"Glaukoma sering dikatakan sebagai pintu kerusakan penglihatan. Seringkali kerusakan itu hanya pada satu mata. Jadi ketika diminta tutup mata satu maka satunya gak bisa melihat," kata Widya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com