KOMPAS.com - Mata merupakan aset berharga untuk melihat betapa indahnya dan banyak sekali hal menarik yang ada di sekeliling kita.
Kebutaan yang membuat seseorang tidak dapat melihat hal indah di sekelilingnya pasti tidak diharapkan semua orang.
Namun seirng bertambahnya usia, banyak orang mengalami glaukoma. Kondisi ini bahkan menjadi penyebab kebutaan nomor dua di seluruh dunia.
Baca juga: Mengenal Glaukoma, Penyebab Kebutaan Nomor 2 di Seluruh Dunia
Disampaikan oleh Dokter Subspesialis Glaukoma, Prof DR dr Widya Artini Wiyogo SpM(K), glaukoma adalah penyakit mata di mana tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu tinggi.
"Sehingga dapat merusak serabut saraf mata yang membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak," kata Widya dalam acara bertajuk Deteksi Dini sebagai Langkah Jitu Melawan si Pencuri Penglihatan, di JEC Eye Hospital & Clinics, Sabtu (14/3/2020).
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan tertinggi ke dua setelah penyakit katarak.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI dalam laporan Situasi Glaukoma di Indonesia 2019, mengemukakan perkiraan jumlah penderita glaukoma secara global mencapai 76 juta pada 2020.
Bahkan diperkirakan ada kemungkinan terjadi peningkatan hingga 114 juta pasien glaukoma pada 2040 mendatang, jika tidak segera ditangani atau ditekan faktor penyakit itu.
"Berbeda dengan katarak, katarak itu sekali dioperasi bisa sehat atau penglihatankembali seperti baru, tapi kebutaan akibat glaukoma tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dicegah dengan mengontrol faktor risiko," ujar dia.
Serta, penyakit glaukoma adalah penyakit yang berjalan terus menerus atau kronis, dan berjalan progresif yaitu semakin memburuk dari hari ke hari.
Tekanan bola mata dibentuk oleh cairan di dalam bola mata yang disebut akuos humor.
Gangguan sistem pembentukan dan pengeluaran cairan akuos humor ini dapat menyebabkan tekanan bola mata yang tinggi.
Kata Widya, tekanan bola mata yang tinggi itulah secara perlahan dan seringkali tanpa disadari mengganggu penglihatan, menurunkan ketajaman melihat, hingga pada kondisi terburuknya bisa menyebabkan kebutaan.
"Menemukan risiko dari glaukoma sejak dini itu penting, agar mencegah glaukoma sebelum jadi (berakibat) fatal," tuturnya.
Berikut beberapa faktor risiko penderita glaukoma:
"Walaupun glaukoma itu bisa didapatkan pada bayi ke usia lanjut. Tapi lansia memegang peranan lebih besar," ujar dia.
Baca juga: Diabetes Melitus Sebabkan Diabetik Retinophati Hingga Kebutaan
Untuk gejala yang akan dialami penderita glaukoma berbeda-beda tergantung dengan jenis glaukoma yang diderita pasien.
Tetapi setidaknya Anda bisa curiga jika mengalami beberapa gejala berikut pada mata Anda:
"Glaukoma sering dikatakan sebagai pintu kerusakan penglihatan. Seringkali kerusakan itu hanya pada satu mata. Jadi ketika diminta tutup mata satu maka satunya gak bisa melihat," kata Widya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.