KOMPAS.com - Gangguan fungsi ginjal dinilai menjadi permasalahan global dan termasuk penyakit yang berbahaya bagi pasien. Salah satu penyakit ginjal yang mendapatkan sorotan lebih adalah penyakit ginjal kronik.
Di Indonesia prevalensi penyakit ginjal kronik terus meningkat, dari 2.300 orang pada tahun 2013 menjadi 3.800 orang, dan menjadi satu juta orang pada tahun 2018.
Prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,5 persen serta 60 persen penderita gagal ginjal tersebut harus menjalani terapi dialisis, atau yang lebih dikenal sebagai terapi cuci darah.
Baca juga: Penyakit Ginjal Kronis Intai Perempuan Hamil dengan Preeklamsia
Dijelaskan oleh Dokter Penyakit Dalam Prof Dr dr Suhardjono SpPD-KGH KGer, penyakit ginjal kronik adalah penurunan fungsi atau struktur ginjal yang lebih dari tiga bulan.
"Ini adalah masalah global. Orang yang punya penyakit ginjal, mengalami penurunan fungsi ginjalnya, jadi jelek, sehingga menjadi risiko kematian," kata Suhardjono dalam acara bertajuk Lakukan Deteksi Dini Mencegah Gagal Ginjal dari Kalbe, di RS St Carolus Jakarta, Sabtu (7/3/2020).
Penyakit ginjal kronik menjadi penyakit yang bisa ada di tubuh seseorang, bahkan tanpa kelihatan ada gejala yang signifikan.
Meskipun gejala yang ada tidak begitu signifikan ternyata umumnya sudah terjadi kerusakan organ ginjal yang memengaruhi fungsi organ tersebut. Akibatnya, pasien harus melakukan dialisis atau cuci darah.
Untuk diketahui, pada tahun 2016, penyakit ginjal kronis merupakan penyakit katastropik kedua terbesar setelah penyakit jantung yang menghabiskan biaya kesehatan sebesar 2,6 triliun rupiah.
"Penyakit ginjal kronik tidak dapat sembuh. Tapi bisa dicegah dan dikendalikan untuk memperlambat kerusakan hingga dialisis," ujar dia.
Organ ginjal yang telah rusak, umumnya tidak bisa disembuhkan hingga pulih.
Baca juga: Ahli Temukan 35 Gen yang Sebabkan Penyakit Ginjal Kronis
Kendati demikian, berobat sedini mungkin dapat memperbaiki angka harapan hidup pasien dan juga menjadikan pasien dapat beraktivitas dengan lebih baik.
Banyak hal yang bisa dilakukan sebagai bentuk pencegahan kerusakan pada fungsi ginjal Anda, di antaranya sebagai berikut:
"Sesekali menikmati makanan yang enak (tapi berisiko) tak apa, tapi jangan keseringan. Deteksi dini (penyakit ginjal) sangat berarti jangan sampai sudah telat (terlanjur sakit) baru berobat," ujar dia.
Baca juga: Penyakit Ginjal Sedot Dana BPJS Lebih dari Rp 2 Triliun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.