Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu DNA Neanderthal yang Dapat Mempengaruhi Depresi?

KOMPAS.com - Depresi kini menjadi salah satu masalah kesehatan mental yang paling umum di seluruh dunia.

Dari tahun 1990 hingga 2013 jumlah orang yang mengalami depresi meningkat secara signifikan, hampir 50 persen.

Menurut WHO, jumlah ini melonjak dari 416 juta menjadi 615 juta orang.

Faktanya, hampir satu dari sepuluh orang di dunia terpengaruh oleh kondisi ini.

Selain itu, depresi berkontribusi pada sekitar 30 persen dari total beban penyakit non-menular secara global.

Salah satu faktor yang mempengaruhi risiko seseorang mengalami depresi adalah DNA Neanderthal. 

Apa itu DNA Neanderthal?

DNA Neanderthal adalah warisan genetik dari nenek moyang manusia purba.

Dilansir dari Smithsonia National Museum, Kamis (21/12/2023), berkat perkawinan silang antar kelompok, manusia yang hidup saat ini membawa hingga 4 persen DNA Neanderthal.

Ada kemungkinan setiap individu memiliki 4 persen DNA Neanderthal.

Perbedaan tersebut disebabkan karena 4 persen genom yang sangat bervariasi diwarisi dari sumber Neanderthal, bukan 4 persen dari keseluruhan genom.

Jika kita melihat genom manusia modern secara keseluruhan, setidaknya 98-99 persen adalah sama diwarisi dari nenek moyang kita yang sama dengan Neanderthal.

Neanderthal secara genetik berbeda dari manusia modern, namun lebih dekat kekerabatannya dengan kita dibandingkan simpanse.

Menurut penelitian baru, warisan genetik Neanderthal dapat berpengaruh terhadap risiko mengalami depresi dan serangan jantung.

Bagaimana gen ini masih berdampak pada kita setelah puluhan ribu tahun?

Dilansir dari IFL Science, Kamis (21/12/2023), penelitian terbaru telah mengkonfirmasi bahwa DNA Neanderthal di dalam manusia modern mempengaruhi aspek kekebalan, kulit, serta fenotip neurologis dan psikiatris.

Corinne Simonti dari Vanderbilt University, bersama timnya menggunakan database eMERGE untuk menghubungkan catatan medis dan data genom dari hampir 28.500 orang dewasa keturunan Eropa dengan DNA Neanderthal.

Mereka menemukan bahwa DNA Neanderthal berpengaruh pada kondisi kulit seperti keratosis aktinik yang disebabkan oleh sinar UV serta pada diferensiasi keratinosit yang melindungi kulit.

Hal ini mengindikasikan bahwa gen-gen Neanderthal mungkin memberi keuntungan adaptasi pada nenek moyang kita tetapi bisa menimbulkan masalah di lingkungan modern.

Selain itu, varian genetik Neanderthal dikaitkan dengan hiperkoagulasi yang meningkatkan risiko stroke.

Temuan mengejutkan lainnya yang diterbitkan dalam jurnal Science adalah keterkaitan DNA Neanderthal dengan depresi dan kondisi kejiwaan lain.

“Ada hubungan antara paparan sinar matahari dan risiko depresi,” kata Simonti.

Penelitian ini membuka jalan untuk lebih memahami dampak jangka panjang DNA Neanderthal pada berbagai aspek kesehatan manusia modern.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/12/25/183200723/apa-itu-dna-neanderthal-yang-dapat-mempengaruhi-depresi-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke