Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pencegahan Kriminalitas Anak melalui Peran Vital Buku Bacaan

Oleh: Dewi Nastiti Lestariningsih

MENURUT data yang dirilis UNICEF pada tahun 2020 terdapat kurang lebih 80 juta anak Indonesia dan jumlah ini menduduki populasi terbesar keempat di dunia.

Sebagian anak tinggal di kota-kota besar dengan tingkat kemiskinan serta polusi yang tinggi. Sementara itu, sebagian anak lainnya tinggal di desa yang jauh dari akses pelayanan dasar pendidikan.

Hukum di Indonesia sudah mewajibkan alokasi 20 persen dari anggaran nasional untuk alokasi di sektor pendidikan. Akan tetapi, pada dua tahun sebelumnya hanya dialokasikan 10 persen dari total belanja pemerintah (UNICEF, 2020).

Artinya, janji dan komitmen pemerintah mencerminkan perhatian yang besar terhadap anak Indonesia, namun sayangnya masih belum diimbangi dengan langkah nyata hingga mewujudkan cita-citanya.

Sampai dengan saat ini, kita masih dikejutkan dengan berita tentang perilaku kriminal dari anak di bawah umur. Prilaku kriminal bisa disebabkan oleh berbagai hal yang ditengarai menjadi pemicunya.

Beberapa alasan anak-anak berbuat kriminal, di antaranya adalah: adanya keinginan untuk memiliki barang atau sesuatu; tidak ada pendidikan moral dalam keluarga; ingin menarik perhatian lingkungan pergaulan; serta terperangkap oleh jiwa yang pemberontak.

Perilaku-perilaku tersebut muncul bukan tanpa sebab, melainkan juga ditengarai adanya motif dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh anak sebelumnya.

Perkembangan anak saat ini juga dipengaruhi oleh berbagai media di sekelilingnya, terutama media yang memengaruhi pola pikir dan tingkah laku anak.

Salah satu media yang dinilai positif karena dapat memengaruhi anak untuk berkomunikasi dan berperilaku dengan baik adalah buku bacaan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Fokus pada tulisan ini adalah pengaruh bahan bacaan terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak.

Bahan bacaan yang digemari anak-anak sebagaiamana yang telah dilakukan riset oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah bahan bacaan yang ramah anak.

Kategori ramah anak di sini tidak menggurui dan sesuai dengan kondisi dan lingkungan anak.

Biasanya tema-tema yang tergolong ramah adalah tema yang berhubungan dengan kepahlawanan/hero (yang dijadikan pahlawan bagi anak), tema yang berbungan dengan kesukaan atau kegemaran, seperti mainan, hobi, dan dunia yang dekat dengan anak-anak.

Pada tahun 2022 terdapat sebuah tema bahan bacaan anak yang dapat menumbuhkan empati terhadap sekeliling, seperti muncul kecerdasan interpersonal dalam diri anak, yaitu kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain.

Tema bahan bacaan tersebut adalah tema yang berhubungan dengan disabilitas. Kemendikbud memiliki beberapa kebijakan dan pedoman untuk mendukung pendidikan inklusif.

Selain itu, ada beberapa inisiatif yang akan datang yang perlu dikembangkan, seperti penyusunan pedoman teknis bagi guru di sekolah inklusif dan Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Inklusif Nasional 2019-2024, yang lebih mendorong berkembangnya pendidikan inklusif, bukan sekolah khusus untuk semua anak dengan disabilitas di Indonesia.

Kegiatan yang mendukung Indonesia inklusif pernah diinisiasi sebuah organisasi nirlaba yang visi dan misinya menuju Indonesia inklusif.

Pesta Inklusif yang diselenggarakan Koneksi Indonesia Inklusif (KONEKIN) yang pada tahun 2022 telah berhasil menggugah mata masyarakat Indonesia untuk lebih dekat dengan teman-teman penyandang disabilitas melalui buku cerita yang ditulis dan diilustrasi oleh teman-teman disabilitas.

Salah satu buku yang dibacakan pada acara itu adalah buku yang berjudul “Kak Liam” yang ditulis oleh Saptorini.

Penulis, melalui bukunya hanya ingin mengatakan kalau memang ada keterbatasan pada disabilitas, akan tetapi nondisabilitas di cerita tersebut juga memiliki keterbatasan, maka penulis mengajak untuk mencari apa yang bisa dilakukan oleh keduanya.

Dari buku yang menjadi sampel untuk dibacakan pada acara KONEKIN, kita melihat bahwa keterbatasan tidak hanya dimiliki oleh seorang disabilitas saja dan kita juga mendapatkan solusi dari teman yang berpenyandang disabilitas.

Hal tersebut merupakan titik temu untuk melatih kecerdasan interpersonal. Dengan banyaknya media positif yang dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal dalam kurikulum sekolah, diharapkan dapat meminimalisasi aksi-aksi kriminal anak di bawah umur. Semoga!

Dewi Nastiti Lestariningsih
Periset Pusat Riset Bahasa Sastra Komunitas BRIN

https://www.kompas.com/sains/read/2023/08/04/080000123/pencegahan-kriminalitas-anak-melalui-peran-vital-buku-bacaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke