Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Pasien Long Covid Kehilangan Penciuman dalam Waktu Lama?

KOMPAS.com - Awal Covid-19 merebak, kita tahu bahwa kehilangan penciuman menjadi salah satu gejala umum penyakit ini. Selama tiga tahun dunia menghadapi Covid-19, ternyata hilangnya penciuman juga dialami pasien long Covid dalam waktu yang cukup lama.

Kendati sudah sembuh, tetapi gejala-gejala Covid-19 masih dirasakan, seperti hidung tidak bisa mengenali bau.

Seperti dikutip dari Medical Xpress, Jumat (23/12/2022), sejumlah ilmuwan telah menemukan alasan utama mengapa hilangnya penciuman terjadi pada pasien long Covid.

Menurut mereka, alasannya adalah beberapa orang gagal memulihkan indera penciuman mereka setelah Covid-19 menyerang sistem kekebalan pada sel saraf penciuman.

Selain itu, tim yang dipimpin peneliti di Duke Health melaporkan alasan pasien long Covid mengalami hal itu juga disebabkan oleh penurunan jumlah sel saraf penciuman tersebut.

Temuan penyebab hilangnya penciuman pada pasien long Covid ini telah dipublikasikan di jurnal daring, Science Translational Medicine pada 21 Desember lalu.

Studi tersebut pun memberikan wawasan penting tentang masalah yang diidap jutaan orang yang belum sepenuhnya memulihkan indera penciuman setelah terinfeksi Covid-19.

Para peneliti juga mengatakan bahwa studi mereka juga menyoroti kemungkinan penyebab yang mendasari gejala long Covid, yang mungkin dipicu oleh mekanisme biologis serupa.

Kendati banyak orang yang dapat memulihkan indera penciuman setelah infeksi Covid-19 dalam satu hingga dua minggu, namun kehilangan penciuman pada sekelompok pasien yang mengalami long Covid juga perlu dipelajari lebih dalam.

"Salah satu gejala pertama yang biasanya dikaitkan dengan infeksi Covid-19 adalah hilangnya penciuman," kata penulis senior Bradley Goldstein, M.D., Ph.D., profesor di Duke Department of Head and Neck Surgery and Communication Sciencesand the Department of Neurobiology.

Studi ini dilakukan para peneliti Duke, Harvard dan University of California-San Diego, dengan cara menganalisis sampel epitel penciuman yang dikumpulkan dari 24 biopsi, termasuk pada sembilan pasien yang kehilangan penciuman dalam jangka panjang setelah terinfeksi Covid-19.

Pendekatan studi berbasis biopsi ini mengungkapkan infiltrasi luas dari sel T yang terlibat dalam respons inflamasi pada epitel olfaktorius, yakni jaringan di hidung tempat sel saraf penciuman berada.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa jumlah neuron sensorik penciuman berkurang, yang kemungkinan disebabkan oleh kerusakan jaringan halus akibat peradangan yang sedang berlangsung.

"Temuan ini mengejutkan. Ini hampir menyerupai semacam proses autoimun di hidung," kata Goldstein.

Dalam penelitian ini, ia juga mempelajari bagian mana yang rusak dan jenis sel apa yang terlibat adalah langkah penting untuk mulai merancang bentuk perawatan yang dapat dilakukan pada mereka yang mengalami kehilangan bau akibat infeksi Covid-19.

"Kami berharap bahwa memodulasi respons imun abnormal atau proses perbaikan di dalam hidung pasien ini dapat membantu setidaknya mengembalikan sebagian indera penciuman," kata Goldstein.

Temuan dari studi yang mereka lakukan ini diklaim dapat menginformasikan penelitian tambahan tentang gejala long Covid lainnya yang mungkin mengalami proses peradangan serupa.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/12/23/080200123/mengapa-pasien-long-covid-kehilangan-penciuman-dalam-waktu-lama-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke