Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Salamander Berbahaya?

KOMPAS.com - Salamander adalah amfibi yang hidup di alam liar, dan kerap dipelihara oleh manusia. Hewan ini mirip seperti kadal, namun di tubuhnya terdapat totol-totol berwarna terang.

Namun, apakah salamander berbahaya?

Salamander adalah hewan amfibi yang dipelihara karena fisiknya yang terlihat mempesona karena mereka memang jinak dan tidak agresif. Akan tetapi, amfibi ini beracun dan berbahaya bagi hewan di sekitarnya.

Kebanyakan orang sering menganggap “beracun” dan “berbahaya” pada hewan yang dikenal agresif seperti ular, beruang, komodo dan lainnya.

Namun, beberapa hewan bisa menjadi beracun dan berbahaya hanya dengan keberadaannya saja.

Salamander membuktikan bahwa hewan yang jinak sekalipun bisa menggigit dan membahayakan.

Seperti dilansir dari AZ Animals, Rabu (10/2/2022) semua hewan yang memiliki gigi, paruh, atau penjepit dapat menggigit manusia ataupun hewan lain ketika merasa terancam, begitu pula dengan salamander.

Dikatakan bahwa salamander dapat menggigit saat merasa dalam bahaya, tetapi mereka biasanya melakukan ini bukan untuk menyebabkan kefatalan, melainkan memperingatkan lawan untuk mundur.

Meskipun ada lebih dari 600 spesies salamander di Bumi, tidak satupun dari mereka mengandung racun dalam gigitannya sehingga boleh dibilang ia tidak berbahaya.

Gigitan salamander mungkin sedikit sakit, namun tidak terlalu parah, karena giginya tidak cukup tajam untuk meninggalkan luka dalam.

Bahkan, gigitan dari beberapa spesies salamander yang lebih kecil, bahkan tidak dapat menembus kulit manusia.

Salamander hewan pemalu

Salamander adalah hewan pemalu yang umumnya jinak, dan penakut, baik di alam liar maupun di penangkaran.

Setiap kali salamander ketakutan, mereka lebih suka bersembunyi dan lari dibandingkan menyerang atau melawan.

Hewan berkaki empat ini hanya menggigit untuk menangkap dan menahan mangsanya, serta membela diri sebagai upaya terakhir.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang gigitan salamander, sebab hanya akan meninggalkan goresan atau bekas gigitan kecil.

Gigitan mereka kemungkinan tidak akan menembus kulit, tetapi jika itu terjadi Anda perlu mencuci lukanya dengan air hangat dan sabun agar tidak terjadi infeksi bakteri.

Racun salamander tidak membahayakan manusia

Semua spesies salamander memiliki tingkat racun yang berbeda di kulit mereka. Kendati begitu, sebagian besar salamander beracun tidak akan membunuh manusia.

Salamander mendapatkan racunnya, karena kulitnya menyerap bakteri. Oleh karenanya, setelah memegang hewan amfibi ini, disarankan untuk segera mencuci tangan, sebab racun salamander ini dapat menyebabkan kondisi serius jika sampai tertelan.

Menelan racun dari salamander dapat membuat beberapa bagian tubuh mati rasa, mulai dari bibir, lidah, seluruh wajah, lalu turun ke lengan dan kaki. Mati rasa ini diikuti dengan pusing, kelemahan otot, hingga keluarnya air liur berlebihan.

Salamander beracun, tetapi tidak berbisa. Amfibi ini mungkin tidak membahayakan saat menggigit, tetapi kulit mereka beracun saat terpapar dengan tubuh.

Beberapa salamander dapat dijadikan sebagai hewan peliharaan. Adapun spesies salamander, seperti yang ada di toko hewan peliharaan kurang beracun dibandingkan spesies di alam liar.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/24/190200923/apakah-salamander-berbahaya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke