Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hadapi Transformasi Kesehatan, Ketua ARSSI Ungkap Pentingnya Digitalisasi

KOMPAS.com - Selama pandemi Covid-19 berbagai perubahan sangat cepat terjadi, terutama dalam bidang kesehatan. Pemerintah sendiri saat ini tengah menggencarkan enam pilar transformasi sistem kesehatan, yang salah satunya adalah digitalisasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg Susi Setiawaty, MARS, menyebut rumah sakit perlu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada.

Menurutnya, berbagai rumah sakit termasuk rumah sakit swasta perlu belajar beradaptasi dengan sistem digital. Oleh karena itu, ARSSI kembali menggelar seminar nasional VIII dan Health Care Expo VI mengusung tema “Tumbuh dan Berkembang Bersama Transformasi Sistem Kesehatan.”

Dokter Susi menyampaikan, acara tahunan ARSSI ini digelar untuk kedelapan kalinya dan akan berlangsung dari 3 hingga 5 Agustus 2022 di Jakarta.

Tujuan digelarnya acara tersebut ialah menambah wawasan dan pengetahuan bagi pemilik, maupun manajemen rumah sakit swasta dalam menghadapi perubahan kebijakan pemerintah mengenai transformasi sistem kesehatan.

Sebab, ia menilai ada tuntutan mutu pelayanan yang harus dipenuhi setiap rumah sakit. Perkembangan digitalisasi sistem pelayanan rumah sakit ini, kata dia, perlu dipenuhi agar rumah sakit bisa bertahan, tumbuh, dan berkembang dengan baik.

“Digitalisasi (dalam menghadapi transformasi kesehatan) sangat-sangat penting karena bisa menghubungkan rumah sakit dengan pasien, pasien dengan rumah sakit, telekonferensi, dan telemedisin," ujar Susi saat ditemui di Jakarta, Rabu (3/8/2022).

"Digitalisasi sendiri penting bagi rumah sakit karena harus mempersiapkan sistem informasi yang bisa bridging dengan sistem kesehatan lain,” lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga menyinggung soal program integrasi data rekam medis pasien, ke dalam satu platform Indonesia Health Services (IHS) bernama SatuSehat milik Kementerian Kesehatan.

“Beberapa waktu lalu Kementerian Kesehatan sudah meluncurkan Satusehat jadi diharapkan ke depan bisa mempermudah bagi pasien-pasien untuk berobat ke mana pun," imbuhnya.

Seperti yang dikatakan Susi, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin telah meluncurkan platform SatuSehat. Budi menjelaskan, platform ini merupakan perwujudan pilar keenam transformasi kesehatan.

“Jadi memang kita rujukan roadmap transformasi teknologi informasi kesehatan itu di bulan Desember 2021. Itu ada beberapa program di dalamnya," terang Budi usai peluncuran SatuSehat yang digelar di Jakarta, Selasa (26/7/2022).

"Tapi secara garis besar ada program yang mengintegrasikan data, jadi seperti ini (SatuSehat) adalah salah satu contohnya,” sambung dia.

SatuSehat terintegrasi dengan apotek hingga rumah sakit di berbagai daerah serta PeduliLindungi.

Menkes pun memiliki target untuk menyatukan 32 rumah sakit daerah, puskesmas, laboratorium, dan apotek untuk terintegrasi di akhir tahun 2023.

“So far yang saya dengar, di pilot project ini mudah. Ini kan relatif rumah sakit yang teknologinya bagus. Rumah sakit itu variasinya besar sekali, jadi mungkin nanti kita akan cari rumah sakit yang tidak memiliki sistem informasi yang baik, kita kasih alternatif yang lebih sederhana," ujarnya.

Dikatakan Menkes Budi, dengan adanya IHS pertukaran data kesehatan nasional akan lebih efisien dan efektif.

Melalui platform ini, masyarakat tidak perlu lagi membawa berkas rekam medis fisik bila harus berpindah rumah sakit. Semua resume rekam medis pasien telah terekam secara digital di platform SatuSehat.

“Melalui integrasi ini kita ingin standarkan datanya supaya bisa interchange," jelasnya.

Di sisi lain, Susi berkata bahwa SatuSehat tidak dibahas secara khusus dalam seminar nasional yang diselenggarakan ARSSI kali ini.

Pasalnya, rumah sakit swasta sejauh ini belum dilibatkan dalam uji coba platform SatuSehat.

“Kami tentunya mengharapkan rumah sakit swasta sistem informasi di rumah sakitnya ke depan dan sekarang di-improve supaya lebih baik,” ucapnya.

Adapun SatuSehat baru diuji coba di rumah sakit vertikal. Maka, dari itu dia menilai semua rumah sakit yang terlibat dapat mempersiapkan menuju integrasi data pasien yang dicanangkan Kemenkes melalui SatuSehat.

“Tapi saya rasa juga akan menuju ke sana, jadi harus mempersiapkan semuanya. Apalagi yang menjadi provider BPJS sekitar 80 persen rumah sakit swasta. Tentunya harus siap, mau rumah sakit mau perusahaan digitalisasi ini kan penting,” papar Susi.

Kendala digitalisasi rumah sakit hadapi transformasi kesehatan

Ketika ditanya kendala digitalisasi di rumah sakit swasta, Susi menjawab yang pertama adalah tentang strategi rumah sakit. Kedua, bagaimana rumah sakit mempersiapkan jika beralih digitalisasi.

"Tentunya rumah sakit tidak bisa berbuat sendiri kan, pasti harus cari vendor-vendor yang berpengalaman. Vendor itu banyak, tapi alur dan proses di masing-masing rumah sakit berbeda terutama dari segi laporan-laporan," tutur dia.

Susi menambahkan, sistem rumah sakit saat ini memang sudah ada namun kemampuan integrasi dengan pihak luar masih menjadi pertanyaan.

“Membuat sistem IT di rumah sakit itu tidak segampang itu jadi visi kita, strategi kita, ini kan perubahan, bagaimana menyalurkan frame work bisnis internal kita, bahasa kita ke dalam bahasa IT, pasti membutuhkan waktu yang cukup banyak," ungkap Susi.

Meski begitu, ia mencatat bahwa rumah sakit swasta terbuka dan siap untuk melakukan berbagai perubahan yang terkait dengan digitalisasi sistem pelayanan kesehatan.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/04/184200423/hadapi-transformasi-kesehatan-ketua-arssi-ungkap-pentingnya-digitalisasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke