Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Kita Punya Gigi Bungsu? Begini Penjelasannya

KOMPAS.com - Ketika memasuki usia antara 17 hingga 21 tahun, banyak orang yang mengalami pertumbuhan gigi geraham ketiga, yang lebih dikenal sebagai gigi bungsu.

Gigi bungsu merupakan salah satu misteri tubuh manusia yang menarik untuk dibahas.

Dalam bahasa Inggris, gigi bungsu disebut dengan wisdom teeth karena diyakini ada hubungannya dengan pepatah atau kepercayaan bahwa dengan bertambahnya usia, maka munculah kebijaksanaan.

Gigi bungsu sendiri termasuk ke dalam organ yang disebut tidak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga tak jarang gigi ini disarankan untuk dicabut.

Lantas, kenapa manusia memiliki gigi bungsu?

Seperti dilansir dari Very Well Health, Jumat (17/9/2021) sejak zaman dahulu, manusia bertahan hidup dengan memakan daging mentah, kacang-kacangan, akar, beri, hingga daun.

Di masa lalu, nenek moyang kita tidak memiliki alat seperti pisau untuk memotong, menyiapkan makanan bahkan memasak daging yang akan dikonsumsi.

Mengunyahnya secara langsung merupakan cara satu-satunya untuk makan. Namun, mereka membutuhkan rahang yang lebih lebar dan geraham yang kuat untuk mengunyah makanan yang keras tersebut.

Maka, memiliki tiga set geraham termasuk gigi bungsu, sangat penting bagi mereka untuk dapat makan makanan yang tersedia.

Rahang yang lebih besar ini dapat menampung gigi bungsu, serta memungkinkan gigi untuk tumbuh dengan normal di dalam mulut manusia.

Pertumbuhan gigi bungsu

Seperti dilansir dari Healthline, Senin (14/10/2019) dalam tahapan kehidupannya, manusia menumbuhkan dan menanggalkan set 20 gigi susu.

Kemudian tumbuh 32 gigi yang permanen. Gigi geraham pertama biasanya terlihat pada usia 6 tahun, gigi kedua sekitar usia 12 tahun, dan gigi geraham terakhir atau gigi bungsu umumnya tumbuh sebelum usia 21 tahun.

Para antropolog meyakini, bahwa manusia telah berevolusi sedemikian rupa, yang menyebabkan beberapa orang mungkin tidak pernah menumbuhkan gigi bungsu.

Studi yang dipublikasikan di Imaging Science in Dentistry tahun 2012 menemukan, sebanyak 53 persen orang memiliki setidaknya satu gigi bungsu. Laki-laki disebut lebih mungkin memiliki gigi ini dibandingkan perempuan.

Jumlah gigi bungsu adalah salah satu cara antropolog untuk menentukan usia kerangka.

Misalnya, kerangka "Turkana Boy" di Smithsonian National Museum of Natural History, diketahui berasal dari 1,6 juta tahun yang lalu.


Para peneliti percaya, Turkana Boy berusia delapan atau sembilan tahun, karena fakta bahwa geraham ketiganya belum tanggal saat ia meninggal.

Sementara pada manusia modern, adanya perkembangan teknologi makanan yang dikonsumsi menjadi lebih lembut terutama untuk anak-anak berdampak pada pertumbuhan gigi bungsu.

Proses memotong, merebus, mengukus, hingga memanggang makanan yang akan dimakan membuat seluruh makanan menjadi lebih mudah untuk dimakan.

Kenapa kita tidak membutuhkan gigi bungsu?

Beberapa ilmuwan percaya ketika otak manusia tumbuh lebih besar, maka rahang berubah ukuran menjadi lebih kecil untuk mengakomodasi ruang. Selain itu, pola makan dan kebutuhan gigi kita juga berubah drastis.

Beberapa kasus, pertumbuhan gigi bungsu akan terbentur atau tidak tumbuh sepenuhnya karena tidak ada ruang di mulut maupun terhalang oleh gigi lainnya.

Sayangnya, gigi bungsu dapat menyebabkan masalah kesehatan di mulut. Gigi bungsu yang belum tanggal melalui gusi disebut impaksi, yang berisiko menyebabkan dampak kesehatan jangka panjang.

Letak gigi bungsu jauh berada di belakang mulut manusia, sehingga perawatan yang tepat untuk menjaganya agar tetap sehat mungkin menjadi tantangan tersendiri.

Gigi bungsu tidak lagi diperlukan dan rahang kita tidak lagi memiliki ruang untuk menampungnya, itulah sebabnya gigi bungsu biasanya perlu dicabut.

Bahkan, jika gigi bungsu tidak menyebabkan masalah kesehatan, tetap dapat dicabut untuk mencegah risiko kesehatan di kemudian hari.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/23/180300723/kenapa-kita-punya-gigi-bungsu-begini-penjelasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke