Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Konsumsi Garam Bisa Sebabkan Hipertensi? Ini Kata Dokter

KOMPAS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan, misalnya komplikasi penyakit jantung, ginjal, hingga stroke.

Pola makan yang tidak sehat termasuk mengonsumsi banyak garam, sering kali dikaitkan sebagai faktor risiko hipertensi.

Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi sekaligus Advisory Board Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia Prof. dr. Rully M.A. Roesli, Sp.PD-KGH, PhD, menyampaikan terlalu banyak makan garam bisa menyebabkan hipertensi.

"Karena (makanan) yang asin-asin dan gurih, garamnya pasti tinggi. Padahal, garam yang diperkenankan oleh WHO hanya 5 gram per hari atau satu sendok teh satu hari. Maka itu, dari sekarang kurangi garam," papar Rully dalam webinar memperingati Hari Hipertensi Sedunia 2022, Selasa (17/5/2022).

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, sebanyak 29,7 persen orang Indonesia mengonsumsi makanan tinggi garam lebih dari 1 kali per hari.

Padahal, makanan yang mengandung banyak garam berisiko tinggi menyebabkan tekanan darah tinggi.

Garam sebenarnya sangat dibutuhkan oleh tubuh, namun kelebihan garam justru bisa berdampak berbahaya pada kesehatan.

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Selasa (27/3/2018) kurang garam dapat menyebabkan natrium dalam sel rendah, lalu fungsi untuk menahan cairan dalam sel terganggu. Dampaknya tubuh bisa mengalami dehidrasi, maupun kehilangan nafsu makan.

Sebaliknya, konsumsi garam berlebih akan meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan mengganggu keseimbangan cairan.

Masuknya cairan ke dalam sel dapat mengecilkan diameter pembuluh darah arteri, sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat yang berakibat meningkatnya tekanan darah.

"Kalau jajan ingat jangan ditambahi terlalu banyak garam, kalau enggak sebelum umur 50-60 tahun sudah hipertensi nanti," imbuhnya.


Tips mengurangi asupan garam sehari-hari

Dokter Rully menyampaikan, penting bagi masyarakat untuk memperhatikan label makanan sebelum membeli produk makanan serta hindari produk dengan kandungan garam, atau sodium yang tinggi seperti makanan kaleng, daging olahan, dan mie instan.

"Kadang garam itu untuk penyedap rasa. Lebih baik memakai penyedap rasa misalnya mericanya banyakin, jadi garamnya dikurangin. Makanya kalau membeli sesuatu lihat berapa NaCl-nya. Jadi kalau makan mie lihat garamnya berapa, mie itu garamnya tinggi makanya enak," kata Rully.

Hal senada juga disampaikan Pengurus Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, Dr. dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S, mengenai perlunya membaca label makanan kemasan sebelum membelinya.

"Mengurangi garamnya bukan jadi membuat makanan hambar karena garam tetap diperlukan, tetapi yang kita upayakan garam yang berlebihan," tutur Amanda.

"Yang tidak disadari adalah jajan, yang tidak pernah diperhitungkan kadar garamnya. Makanan seperti itu yang perlu diperhatikan," sambungnya.

Tak hanya itu, memasak makanan sendiri juga merupakan salah satu alternatif untuk mendukung pola makan sehat termasuk pengendalian asupan garam.

Namun, hal ini tentunya bergantung pada jumlah dan jenis bahan yang digunakan, terutama penggunaan saus dan kecap.

Penambahan saus dan kecap saat memasak perlu diperhatikan, karena kandungan garam yang relatif tinggi di dalamnya.

Adapun data Wiley Online Library menunjukkan, sumber utama konsumsi garam di negara-negara Asia ialah penambahan bahan saat memasak dan makan, yang salah satunya berasal dari kecap asin.

"Biasanya nakar garamnya sekian gram memang sulit, biasanya kami anjurkan mengurangi makanan seperti keripik, chiki, tanpa sadar kandungan garamnya tinggi," paparnya.

Kemudian, bagi penderita hipertensi, sebaiknya tidak disediakan garam tambahan di meja, dan disarankan menggunakan produk yang rendah natrium.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/05/19/100500923/benarkah-konsumsi-garam-bisa-sebabkan-hipertensi-ini-kata-dokter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke