Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sampel Dugaan Hepatitis Akut Misterius Akan Diperiksa dengan WGS, Ini Kata Kemenkes

KOMPAS.com - Seluruh sampel atau spesimen yang diduga merupakan hepatisis akut misterius pada anak, akan dianalisis menggunakan whole genome sequencing (WGS).

Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof Sulianti Saroso dr. Mohammad Syahril, menyampaikan WGS dilakukan untuk menganalisa patogen penyakit.

Sehingga, nantinya akan terlihat varian virus dari hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya tersebut.

Selain itu, pengembangan pelaporan sistem menggunakan NAR hepatitis akut yang direkam secara langsung pun tengah dilakukan.

Kemudian, Kemenkes pun meningkatkan pemeriksaan dengan menunjuk Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atau Litbangkes (sekarang Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan/BKPK), untuk menerima seluruh rujukan sampel pasien yang diduga hepatitis akut.

Di labotarium kesehatan nasional ini telah dipersiapkan ketersediaan reagen atau kit, untuk deteksi penyebab, baik metagenomik dengan WGS maupun PCR melalui respiratory, dan gastrointerstinal.

"Pemeriksaan sampel untuk melihat apakah ada di saluran pencernaan yang menyebabkan hepatitis akut tadi termasuk panel respiratory. Dilaporkan juga telah menyiapkan SDM untuk pemeriksaan sampel, dan analisa pemeriksaannya," ujar Syahril dalam konferensi pers, Rabu (18/5/2022).

Sementara itu, sampel yang diberikan ke BKPK antara lain sampel darah, swab nasofaring atau tenggorokan, swab rektal, dan feses untuk dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Adapaun waktu pemeriksaan sampel tersebut ialah antara enam sampai 24 jam.

Dijelaskannya, rumah sakit bisa melakukan pemeriksaan virus hepatitis A sampai dengan D. Namun, untuk pemeriksaan WGS maupun PCR harus dirujuk ke laboratorium kesehatan nasional.

Kemenkes juga terus melakukan surveillance atau pengawasan terhadap perkembangan penyakit, guna mengantisipasi penyebaran hepatitis akut berat di Indonesia.

Sebagai informasi, hingga 17 Mei 2022 ada 27 dugaan kasus hepatitis akut berat pada anak di Indonesia. Dari total kasus tersebut, setelah dilakukan pemeriksaan 13 di antaranya termasuk kategori discarded atau tidak berkaitan.

Kasus itu akhirnya dikeluarkan dari daftar dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Kategori dugaan kasus hepatitis akut berat tersebut di antaranya:

  • Probable (1): DKI Jakarta
  • Pending classification (13): DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Timur
  • Discarded (13): DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur

Sebanyak enam pasien meninggal dunia yang diduga karena hepatitis akut berat di antaranya usia dua bulan, 8 bulan, 9 bulan, 1 tahun, 8 tahun, dan 14 bulan.


Sementara, empat pasien lainnya masih dirawat dan empat lainnya dipulangkan ke rumah, karena berdasarkan hasil pemeriksaan klinis maupun laboratorium dinyatakan sudah pulih.

"Mudah-mudahan dalam minggu ini ada hasil dari tindak lanjut pasien yang masuk pending classification, termasuk juga pemeriksaan untuk SARS-CoV-2 karena ada swab tenggorokan," ungkap Syahril

"Saat ini kita masih pandemi, maka ini pun diperiksa karena di beberapa negara dilakukan pemeriksaan untuk dilihat apakah ada kasus yang disebabkan itu atau memang ada kombinasi saluran cerna sama pernapasan," sambungya.

Pasien yang diduga hepatitis akut misterius dirujuk ke RS terdekat

"Tidak seluruh pasien (hepatitis akut misterius) harus dirujuk ke rumah sakit yang jauh, kalau ada rumah sakit yang terdekat maka kewaspadaan ini harus dilakukan oleh seluruh rumah sakit tersebut," papar Syahril.

Maka dari itu, tenaga kesehatan termasuk rumah sakit juga diminta untuk meningatkan kewasapadaan terhadap penyakit ini.

Dia meminta agar masyarakat tidak panik secara berlebihan, mengingat sistem pelayanan kesehatan di Indonesia dinilai sudah siap.

"Pengalaman kita di Covid juga jangan sampai kita panik dengan berlebihan. Tim kesehatan akan lebih siap, karena kita punya pengalaman kemarin di layanan Covid-19," imbuhnya.

Sejauh ini, lanjut Syahril sudah ada beberapa puskesmas di kota besar terutama DKI Jakarta yang dapat melakukan pemeriksaan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) dan SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase), yang merupakan enzim di lever.

Sejumlah puskesmas juga sudah bisa melakukan pemeriksaan heparitis A, B, dan C. Begitu pula pada rumah sakit di setiap kabupaten.

Sedangkan, untuk pemeriksaan hepatitis E dapat dilakukan di PMI karena ada kaitannya dengan transfusi darah.

Juru Bicara Kemenkes itu pun menyampaikan, bahwa pembiayaan kasus dugaan hepatitis akut misterius pada anak akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Pembiayaan juga akan disesuaikan dengan kepesertaan pasien dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

https://www.kompas.com/sains/read/2022/05/18/183424623/sampel-dugaan-hepatitis-akut-misterius-akan-diperiksa-dengan-wgs-ini-kata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke