Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kemungkinan Lebaran Idul Fitri di Indonesia 2 Mei 2022, asalkan...

Peneliti di Pusat Sains Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menjelaskan, penentuannya secara umum menggunakan metode rukyat dan hisab.

“Secara umum dibagi menjadi dua, (yakni) rukyat/observasi dan hisab/perhitungan (estimasi),” kata Andi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/4/2022).

Andi menambahkan, sebenarnya lebih sederhana apabila penentuan Idul Fitri, murni menggunakan rukyat saja.

“Mengacu pada hadis: Berpuasalah jika kalian melihat hilal dan berbuka (berhari raya)-lah jika kalian melihat hilal, dan jika tertutup maka kadarkanlah (kira-kirakan/hitunglah) menjadi 30 hari,” tutur dia.

Sehingga, jika hilal berhasil diamati pada 29 penanggalan Hijriah petang hari, lanjut dia, malamnya sudah masuk malam tanggal 1.

Sedangkan apabila tidak berhasil diamati, malamnya masih masuk malam 30 dan besok malamnya baru masuk malam tanggal 1.

“Perlu diingat, pergantian hari dalam penanggalan Hijriah dimulai setelah matahari terbit,” tegas dia.

Ketampakan hilal

Andi menyampaikan, dalam astronomi terdapat kriteria ketampakan atau visibilitas hilal.

Kriteria ini disusun dari hasil tabulasi rukyat selama ini, yang kemudian dirumuskan pada ketinggian dan elongasi berapa hilal dapat terlihat.

“Jika mengacu pada kriteria MABIMS (menteri-menteri agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) yang baru, yaitu altitude 3° dan elongasi 6,4°,” jelas Andi.

Sementara kondisi hilal di indonesia dari segi ketinggian sebenarnya sudah memenuhi karena berada pada rentang 3,75° (di Merauke) hingga 5,55° di Sabang.

Kendati begitu, elongasi atau sudut pisah antara hilal dan matahari nyaris memenuhi karena berada pada rentang 4,88° (di Merauke) hingga 6,35° di Sabang.

“Nilai altitude dan elongasi ini dihitung saat matahari terbenam,” papar Andi.

Meski secara kriteria belum memenuhi, ada tiga kota di Indonesia yang sebenarnya sudah memenuhi kriteria MABIMS Baru (3-6,4°), yakni:


Mengapa hanya tiga kota tersebut?

Hal itu dikarenakan beberapa menit setelah matahari terbenam, nilai elongasi dan altitude di kota-kota tersebut telah memenuhi kriteria MABIMS baru, meskipun hanya berlangsung beberapa menit.

  • Sabang (Matahari terbenam pukul 18.45.41 WIB)

Elongasi tepat 6,4°: 18.53.56 WIB atau 8 menit 15 detik setelah matahari terbenam dan ketinggian tepat 3,0° pukul 18.57.11 WIB atau 11 menit 30 detik setelah matahari terbenam. Jadi, masih ada waktu selama 3 menit 15 detik untuk berburu hilal di Kota Sabang.

  • Banda Aceh (Matahari terbenam pukul 18.45.14 WIB)

Elongasi tepat 6,4° pukul 18.53.53 WIB atau 8 menit 39 detik setelah matahari terbenam dan etinggian tepat 3,0°: pukul 18.56.40 WIB atau 11 menit 26 detik setelah matahari terbenam. Sehingga, masih ada waktu selama 2 menit 47 detik untuk berburu hilal di Banda Aceh.

  • Jantho (Matahari terbenam: 18.43.44 WIB)

Elongasi tepat 6,4°: pukul 18.53.52 WIB atau 10 menit 8 detik setelah matahari terbenam dan ketinggian tepat 3,0°: pukul 18.55.05 WIB atau 11 menit 21 detik setelah matahari terbenam. Jadi, masih ada waktu selama 1 menit 13 detik untuk berburu hilal di Jantho.

Kenapa tidak ada yang keempat dan seterusnya?

Misalkan Sigli, dikarenakan di Sigli elongasi tepat 6,4° (pukul 18.53.58 WIB) dicapai setelah ketinggian tepat 3,0° (pukul 18.53.53 WIB). Artinya, Sigli tidak dapat menyaksikan hilal dengan altitude 3° dan elongasi 6,4° sebagaimana kota-kota di atas.

Secara kebetulan, ketiga kota ini berada di dalam kontur elongasi toposentrik 6,4° ketika "best time" (matahari terbenam + 4/9 x lama hilal di atas ufuk), sedangkan Sigli berada nyaris di kontur tersebut.

Kapan Idul Fitri 2022?

Andi menyampaikan, kemungkinan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri di Indonesia akan serempak pada 2 Mei 2022, asalkan terlihat hilal di Kota Sabang, Banda Aceh, dan Jantho.

Kendati begitu, Lebaran di Indonesia kemungkinan akan berbeda dari negara-negara tetangganya, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Ketiga negara ini kemungkinan besar akan berlebaran pada 3 Mei 2022 karena belum memenuhi kriteria MABIMS Baru.

Namun, dari ketiga negara ini, hanya Malaysia yang berpotensi akan berlebaran di hari yang sama seperti di Indonesia.

Kasusnya juga sama, ada dua wilayah di Malaysia yang hanya dapat mengamati hilal dengan altitude 3° dan elongasi 6,4°, yakni di Pulau Langkawi dan Perlis.

Jika hilal terlihat di dua wilayah ini maka di Malaysia kemungkinan juga akan berlebaran pada 2 Mei 2022.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/28/113000223/kemungkinan-lebaran-idul-fitri-di-indonesia-2-mei-2022-asalkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke