Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Indonesia Peringkat ke-5 Negara dengan Penderita Diabetes Terbesar di Dunia

Angka ini meningkat hampir dua kali lipat hanya dalam waktu dua tahun, dibandingkan tahun 2019 sebesar 10,7 juta.

Jumlah serangan diabetes di Indonesia mencapai 18 juta pada tahun 2020.

Pada saat itu, prevalensi kasus tersebut meningkat 6,2 persen dibandingkan tahun 2019.

Dilaporkan bahwa sejak tahun 2014, diabetes adalah tiga tertinggi penyakit penyebab kematian di Indonesia.

Hal ini dianggap cukup mengkhawatirkan, karena diabetes merupakan 'ibu' dari berbagai penyakit serius yang bisa meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas pasien.

dr Syahidatul Wafa, Sp.PD, Staff Divisi Endrokin, Metabolik, dan Diabetes Departemen Penyakit Dalam RSCM- FKUI menyebutkan, diabetes adalah ibu atau biang dari segala penyakit.

“Jadi memang benar, fakta kalau diabetes adalah ibu dari segala penyakit,” kata dr Wafa dalam media briefing virtual #BeatDiabetes Online Festival 2022 Tropicana Slim, Kamis (7/4/2022).

Dijelaskan dr Wafa, diabetes disebut sebagai ibu dari segala penyakit karena penyakit ini memang bisa memicu atau menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius terjadi di tubuh penderitanya, baik yang bisa disembuhkan maupun penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat diabetes adalah stroke, gagal ginjal, pembuluh darah pecah ke otak, penyakit kardiovaskular, masalah di gigi dan mulut, serta masih banyak lagi.

Brand Manager Tropicana Slim, Noviana Halim menyampaikan, risiko komplikasi kesehatan ini dapat ditekan, jika kadar gula darah dikontrol dengan baik.

Itulah mengapa, penting sekali menjaga kestabilan gula darah pada diabetesi dengan menjaga berat badan, pola makan sehat dan rutin berolahraga.

“Oleh karena itu, Tropicana Slim juga mengajak masyarakat Indonesia bersama-sama untuk terus mencegah dan melawan penyakit diabetes melalui kampanye #Beat Diabetes2022,” ajaknya.


Faktor risiko tingginya penderita diabetes Indonesia

Dr Wafa mengatakan, tingginya penderita diabetes di Indonesia ini sangat mungkin karena adanya riwayat keturunan dan pola gaya hidup.

Sebab, memiliki riwayat keturunan diabetes sangat erat berkaitan dengan risiko diabetes yang lebih tinggi.

“Risiko keturunan diabetes yang kedua orangtuanya memiliki diabetes adalah 6.1 kali lebih tinggi,” ujarnya.

Tidak hanya itu, obesitas juga menjadi salah satu faktor risiko diabetes.

Data dari penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Diabetologia di tahun 2020 menyebutkan, bahwa walaupun memiliki faktor risiko diabetes secara genetik yang rendah dan gaya hidup yang baik, mereka yang mengalami obesitas diketahui memiliki risiko diabetes yang lebih tinggi sebesar 8 kali lipat, dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal.

Sementara, obesitas terjadi disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan makan makanan tinggi gula dan lemak, dan jarang berolahraga fisik.

Umumnya penderita obesitas mengalami penumpukan lemak akibat kadar kolesterol yang tinggi. Mereka cenderung memiliki kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak daripada yang dibakar melalui olahraga dan kegiatan normal sehari-hari.

Hal ini ditambahkan oleh Founder Sobat Diabet, dr Rudy Kurniawan Sp.PD. Dip.TH dalam kesempatan yang sama.

“Pola hidup sehat menjadi kunci utama dalam mencegah dan menurunkan risiko diabetes,” ujarnya.

Penelitian pada The American Journal of Clinical Nutrition (2020) menemukan, bahwa menjalankan pola hidup sehat dapat berkaitan dengan penurunan tingkat kejadian diabetes hingga 60 persen.

Adapun yang termasuk sebagai pola hidup sehat pada penelitian ini adalah memiliki berat badan dan lingkar pinggang normal, tidak merokok, memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi, menjalankan pola makan sehat yakni dengan mengonsumsi sayur, buah dan bijian frekuensi tinggi, serta rendah konsumsi daging.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/10/090300623/indonesia-peringkat-ke-5-negara-dengan-penderita-diabetes-terbesar-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke