Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kasus Covid-19 di Dunia Kembali Melonjak, WHO Ungkap Penyebabnya

KOMPAS.com - Belakangan ini, sejumlah negara di dunia dilaporkan mengalami peningkatan kasus harian Covid-19.

Menanggapi hal tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan terdapat tiga penyebab utama dari lonjakan infeksi virus corona, termasuk di Asia dan Eropa.

WHO menyebut, salah satu penyebabnya adalah varian Omicron yang diketahui lebih cepat menular. Terlebih, di tengah munculnya subvarian BA.2 yang dijuluki sebagai varian Omicron siluman.

“Kita masih memiliki Omicron yang mentransmisikan pada tingkat yang sangat intens di seluruh dunia. Kita memiliki sub-garis keturunan Omicron BA.1 dan BA.2," ujar Pimpinan Teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove.

"(Subvarian) BA.2 lebih menular, dan ini adalah varian paling menular yang pernah kami lihat dari virus SARS-COV-2 hingga saat ini," lanjutnya.

Penyebab kasus Covid-19 global meningkat

1. Infeksi subvarian BA.2 yang cukup tinggi

Badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengungkapkan hasil lebih dari 400.000 urutan sampel yang telah dianalisis dalam 30 hari terakhir. Seperti dilansir dari Live Mint, Kamis (17/3/2022) berdasarkan data tersebut sebanyak 99,9 persen di antaranya adalah Omicron, sementara 75 persen dari sampel merupakan varian BA.2.

Kendati demikian, WHO belum melihat adanya keparahan penyakit yang disebabkan infeksi subvarian BA.2.

“Kami belum melihat peningkatan keparahan dengan BA.2. Namun, dengan sejumlah besar kasus, Anda akan melihat peningkatan rawat inap dan kami telah melihat ini di banyak negara," ujarnya.

2. Tersebarnya misinformasi terkait varian Omicron

Van Kerkhove menuturkan, bahwa banyaknya kesalahan informasi atau misinformasi seputar varian Omicron, menjadi penyebab mengapa Covid-19 dunia naik. Pasalnya, informasi itu membuat masyarakat kebingungan bahkan menganggap Omicron merupakan varian terakhir.

“Misinformasi bahwa Omicron ringan, misinformasi bahwa pandemi telah berakhir, misinformasi bahwa ini adalah varian terakhir yang harus kita tangani," tegasnya.


3. Dicabutnya pembatasan Covid-19

Kemudian, WHO juga menyoroti soal pencabutan pembatasan Covid-19 di berbagai negara.

Pihaknya menilai, hal ini justru memengaruhi peningkatan jumlah kasus infeksi vurus corona karena tidak adanya upaya untuk menekan penularan virus di tengah masyarakat.

“Pencabutan (aturan) penggunaan masker, jaga jarak, pembatasan yang membatasi pergerakan masyarakat, memberikan peluang bagi virus untuk menyebar," papar Van Kerkhove.

Upaya untuk menekan kasus infeksi Covid-19

Pada kesempatan tersebut, Van Kerkhove juga menyinggung tentang pentingnya vaksinasi sebagai upaya untuk mencegah kematian pasien.

Sebab, menurut laporan yang ada, mayoritas kasus kematian akibat Covid-19 dikarenakan pasien belum mendapatkan vaksinasi, terutama pada kelompok lansia dan pemilik penyakit penyerta atau komorbid.

Ia menjelaskan bahwa data menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 masih efektif untuk mencegah penyakit parah dan kematian, termasuk pada Omicron. Saat ini, kata dia, sistem pengawasan yang sangat kuat terkait perkembangan virus corona juga dibutuhkan.

“Terlepas dari semua tantangan yang dihadapi, kita masih perlu mempertahankan pengujian, perlu mempertahankan pengurutan yang kuat dan memastikan bahwa kita memiliki representasi geografis dari rangkaian yang dibagikan," ucapnya.

Di sisi lain, setiap negara di seluruh dunia tengah menghadapi situasi yang berbeda selama pandemi Covid-19 berlangsung.

Akan tetapi, dirinya menegaskan situasi pandemi ini belum berakhir. Artinya, kita harus tetap waspada terhadap penularan virus.

“Kita dapat menyesuaikan intervensi sesuai kebutuhan. Sekaranglah saatnya untuk meningkatkan sistem yang kami terapkan untuk Covid-19, bukan mencabutnya. Kita bisa melakukan ini. Kita harus," pungkas Van Kerkhove.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/20/163000423/kasus-covid-19-di-dunia-kembali-melonjak-who-ungkap-penyebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke