Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Edukasi Publik Evakuasi Gempa Bumi Secara Rutin, Bisakah Kita?

Jumat, 14 Januari 2022, selepas jam makan siang, ruangan saya terasa bergetar. Saya sedang menunaikan shalat dzuhur.

Getaran tambah kencang, saya putuskan tidak meneruskan shalat. Dua mahasiswa di ruangan saya juga panik. Mereka hendak bersegera menuju ke luar ruangan.

Tapi, saya panggil mereka dan langsung memberi instruksi. “Ayo, berlindung di bawah kubikel.”

Saya sendiri berlindung di bawah meja yang ada di ruangan. Kami merasakan getaran yang semakin kuat di bawah meja dan kubikel. Hanya diam menyelimuti ruangan.

Menunggu agak lama, getaran gedung semakin melemah. Saya ajak dua mahasiswa yang ada di ruangan membereskan tas kami dan keluar menuju halaman.

Kami beriringan menuruni lantai 2 menuju lantai 1. Sesampainya di halaman gedung, kami bertiga adalah orang yang terakhir keluar ruangan.

Rupanya saat mulai terasa getaran tadi, semua penghuni gedung sudah mulai berlarian ke luar gedung.

Melihat kepanikan di wajah orang-orang yang berkumpul di halaman, saya teringat dengan kepanikan yang sama di bulan Januari 2018. Gempa dengan kekuatan yang sama juga menghantam Jabodetabek dan sekitarnya.

***

Gempa bumi merupakan salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Indonesia bahkan dikenal dengan nama ring of fire.

Seluruh wilayah Indonesia, kecuali Pulau Kalimantan, merupakan wilayah yang rawan dengan kejadian gempa bumi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat selama rentang tahun 2016-2021 terjadi gempa bumi sebanyak 109 kali.

Bahkan, gempa bumi (bersama dengan tsunami) selama kurun waktu tersebut juga merupakan bencana alam yang menyebabkan korban jiwa paling banyak.

Prosedur menghadapi gempa di dalam gedung seharusnya adalah berlindung terlebih dahulu. Bisa di bawah kubikel atau meja.

Berlarian saat terjadi getaran gempa, akan membuat kita dalam kondisi yang bahaya. Menjadi saksi gempa Januari 2018 dan 2022 di kawasan Jabodetabek, membuatku bisa menyimpulkan, bahwa prosedur keselamatan saat gempa ini belum menjadi pengetahuan bawah sadar kita semua.

Pengetahuan bawah sadar ini harus diinstal sedemikian rupa, sehingga dia menjadi tindakan yang langsung tubuh kita lakukan saat kondisi genting terjadi.

Biasanya tindakan ini akan otomatis dilakukan, karena adanya proses latihan berulang-ulang.
Begitu juga dengan pengetahuan keselamatan dan evakuasi saat gempa terjadi.

Saya ingat sekali saat 6 tahun lamanya berdiam di negeri matahari terbit. Baik di kampus tempat menuntut ilmu atau di daycare tempat saya menitipkan si kecil, ada latihan evakuasi jika terjadi gempa bumi (earthquake drill) yang dilakukan secara reguler.

Saat akan ada latihan ini, semua orang yang berada di dalam gedung saat itu mesti mengikuti latihan prosedur evakuasi ini.

Bisa dipahami jika kemudian proses evakuasi ini sudah diikuti seseorang sejak dia masih balita sampai dia dewasa, maka saat gempa terjadi prosedur evakuasi ini tentu saja akan menjadi tindakan yang dilakukan oleh tubuhnya secara otomatis.

Inilah yang disebut pengetahuan alam bawah sadar, yang setidaknya akan mengurangi jumlah korban jiwa saat gempa terjadi.

Sayangnya di Indonesia hampir tidak pernah dilakukan secara reguler prosedur evakuasi saat gempa terjadi ini.

Setidaknya di lingkungan saya. Entah itu di kantor, di sekolah anak atau di lingkungan perumahan tempat tinggal. Dalam kurun waktu 2018-2022, saya belum pernah mengikuti sekalipun latihan prosedur evakuasi saat gempa terjadi.

Rasanya kita harus memulai memikirkan hal ini secara serius. Sistem yang dianut bisa saja dengan menggunakan model satuan tugas (satgas) Covid-19. Sekarang satgas Covid-19 ini ada hingga di lingkungan terkecil.

Setiap kompleks perkantoran baik swasta maupun pemerintah pasti mempunyai satgas Covid-19. Universitas hingga taman kanak-kanak (TK) juga mempunyai satgas Covid-19. Di setiap rukun tetangga (RT) bahkan juga mempunyai satgas Covid-19.

Selama ini satgas Covid-19 bekerja untuk memastikan penanganan penularan Covid-19 terkendali dan tidak menyebar.

Ke depannya, bisa saja ruang lingkup pekerjaan satgas ini diperluas, bukan hanya untuk penanganan Covid-19, tetapi juga untuk penanganan bencana yang sering terjadi, termasuk gempa bumi.

Artinya, satgas ini bertugas untuk menangani bencana alam dan bencana non alam.

Di beberapa daerah, fokus pekerjaan satgas bisa saja menyesuaikan dengan bencana seperti apa yang sering menghantam daerah tersebut.

Untuk wilayah-wilayah di Indonesia yang rawan gempa bumi, satgas ini juga mempunyai pekerjaan yang memastikan terselenggaranya latihan prosedur evakuasi gempa secara reguler.

Termasuk di dalamnya adalah memastikan keamanan bangunan, lengkapnya peralatan darurat saat gempa terjadi, serta petunjuk-petunjuk menuju jalur evakuasi bisa dibaca dengan jelas saat kondisi darurat terjadi.

Secara vertikal, satgas ini bisa juga menjadi kepanjangan tangan dari Badan Penanggulanan Bencana Nasional (BNPB).

Keberadaan satgas ini memungkinkan latihan prosedur evakuasi saat terjadi gempa bisa dilakukan secara mandiri oleh lingkungan perkantoran, perumahan dan sekolah secara reguler.

Pelatihan secara reguler ini penting, karena untuk menginstal pengetahuan alam bawah sadar kita terkait prosedur keselamatan saat gempa terjadi.

Jika keberadaan satgas ini sudah kita mulai, saya yakin kita akan menuai hasilnya di masa-masa yang akan datang.

Kita akan terbiasa dengan tenang menghadapi gempa. Anak-anak kita juga akan terbiasa dengan pengetahuan alam bawah sadarnya saat gempa terjadi, di manapun mereka berada.

Jika pengetahuan alam bawah sadar ini sudah menjadi milik semua orang di Indonesia, mulai dari balita hingga lansia, kepanikan saat gempa terjadi akan berkurang. Bukan tidak mungkin, juga akan mampu mengurangi korban jiwa.

Tinggal sekarang pertanyaannya, akankah kita memulai latihan evakuasi ini sekarang juga?

Febty Febriani, Ph.D

Peneliti Bidang Kebencanaan di Kelompok Penelitian Fisika Sistem Kompleks Pusat Riset Fisika Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan penerima Loreal-UNESCO For Women in Science (FWIS) National Fellowship 2021

https://www.kompas.com/sains/read/2022/02/13/180300023/edukasi-publik-evakuasi-gempa-bumi-secara-rutin-bisakah-kita-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke