Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Waspadai DBD pada Anak, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

KOMPAS.com - Ketika musim hujan seperti sekarang, banyak orangtua khawatir apabila anaknya mengalami gejala demam selama tiga hari, atau lebih.

Pasalnya, musim hujan memang diketahui merupakan masa bagi nyamuk Aedes aegypti, yang menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD) berkembang biak. Oleh karenanya, para orangtua pasti cemas jika sang buah hati mungkin terkena DBD.

Dijelaskan dokter spesialis anak RSIA Lombok Dua Dua, Surabaya dr Sunny Mariana, Sp.A,M.Ked.Klin, dalam dunia medis istilah demam berdarah dengue disebut dengan infeksi virus dengue.

Menurut dia, penyakit DBD disebabkan virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti, yang memiliki ciri khas berwarna hitam belang putih, dan kerap ditemukan pada genangan air.

Di musim penghujan seperti saat ini juga sangat mungkin bagi nyamuk Aedes aegypti hidup di genangan air, lalu berkembang biak di area tersebut.

Gejala DBD pada anak

Dokter Sunny mengatakan bahwa di tahap demam awal, gejala DBD pada anak cukup sulit dibedakan dengan infeksi lain, maupun dengan penyebab demam yang lainnya.

"Apabila demam berlangsung terus hingga tiga hari, kemudian didapatkan pola demam pelana kuda di mana (anak mengalami) demam, kemudian tidak demam, demam lagi. Kita bisa mencurigai (gejala itu) suatu demam berdarah," papar Sunny saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/2/2022).

Kendati demikian, beberapa gejala demam berdarah dengue pada anak menurut dr Sunny juga bisa dikenali, antara lain:

  • Anak mengalami panas akut dan suhu tubuhnya langsung tinggi
  • Anak menjadi malas beraktivitas atau bermain
  • Bisa diserta dengan nyeri kepala
  • Anak tampak lesu
  • Pada beberapa tahapan infeksi muncul bintik kemerahan di kulit
  • Nyeri perut
  • Anak menjadi lemas jika sudah masuk ke dalam tahapan syok

Jika anak mengalami gejala DBD tersebut, Anda perlu membawanya ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan darah lengkap.

"Di situ (pemeriksaan darah lengkap) akan dilihat bagaimana kadar hemoglobin atau sel darah merah, kadar leukosit (sel darah putih) biasanya turun, dan kadar trombosit juga turun pada kondisi seperti itu," lanjutnya.

Dia menuturkan, bahwa terapi utama DBD ialah pemberian cairan yang cukup pada anak, karena pada kasus ini yang dikhawatirkan adalah kebocoran plasma, sehingga anak berisiko jatuh dalam kondisi syok.

Anak yang terkena DBD pun diperbolehkan mengonsumsi makanan dan minuman yang bernutrisi sesuai dengan kebutuhannya.

"Apabila dirawat di rumah boleh makan apa saja, minum apa saja dengan cairan yang sesuai dengan kebutuhan anak," imbuhnya.

Adapun gejala DBD yang harus diwaspadai di antaranya:

  • Anak muntah terus-menerus, lebih dari tiga kali dalam episode 12 jam
  • Anak tidak mau makan atau minum
  • Ada nyeri tekan di bagian perut yang dapat menganggu aktivitas
  • Anak gelisah dan tampak mengantuk, irritable
  • Terjadi pendarahan, mimisan, gusi berdarah
  • Tinja berwarna gelap

Dokter Sunny menyampaikan, apabila anak menunjukkan tanda-tanda ini, orangtua bisa segera membawanya ke rumah sakit.

Cara mencegah DBD

Telah diketahui bahwa nyamuk Aedes aegypti sangat senang hidup di genangan air maupun tumpukan barang.

Oleh karena itu, untuk mencegah terinfeksi virus dengue atau demam berdarah, kata Sunny, harus memerhatikan tiga hal yaitu host, agent, serta environment.

1. Aspek host meliputi daya tubuh anak yang sangat perlu untuk ditingkatkan, terlebih di tengah kondisi cuaca saat ini.

2. Aspek selanjutnya adalah agent, yaitu dengan mencegah perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti.

3. Sedangkan pada aspek environment, untuk mencegah DBD Anda harus menjaga lingkungan di rumah dengan 3 M (menguras genangan air, menutup genangan air, dan mengubur benda yang berisiko menjadi sumber genangan air).

https://www.kompas.com/sains/read/2022/02/11/160300023/waspadai-dbd-pada-anak-ketahui-penyebab-gejala-dan-cara-mencegahnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke