Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar dari Serial Layangan Putus, Kenapa Orang yang Sudah Menikah Berselingkuh?

Serial ini diangkat dari kisah nyata yang pernah ramai di media sosial lewat tulisan akun Mommi Asf.

Tak lama setelah ramai ketika itu, postingan tersebut kemudian dihapus oleh penggugah, namun kemudian dimuat dalam sebuah buku dan dikemas menjadi tayangan serial web series.

Dalam kisah aslinya itu, menceritakan ibu empat anak yang ditinggalkan suami demi perempuan lain, atau sekarang kita kenal dengan istilah pelakor-perebut laki orang.

Sementara dalam serial web series yang ditayangkan di WebTV diceritakan, Kinan (Putri Marino) merupakan ibu dari satu orang anak bernama Rayya (Graciella Abigail) memiliki suami bernama Aris (Reza Rahardian). 

Diceritakan, kehidupan rumah tangga mereka pada awalnya baik-baik saja. Bahkan, banyak orang-orang terdekat, kerabat atau teman dari pasangan suami-istri itu yang merasa iri dengan keharmonisan rumah tangga mereka.

Tetapi, akhirnya sang suami yaitu Aris ketahuan berselingkuh dengan perempuan lain bernama Lydia Danira yang diperankan oleh Anya Geraldine.

Belajar dari cerita tersebut, mengapa pasangan yang sudah menikah banyak yang selingkuh, meski telah memiliki anak dan rumah tangga yang harmonis?

Dilansir Very Well Mind (4/10/2019), sebuah riset mengungkap ada lebih dari 40 persen pasangan pernah berselingkuh saat terikat perkawinan.

Ada banyak alasan yang membuat pasangan menikah selingkuh. Mulai dari gangguan kepribadian, trauma masa kecil, pengaruh media sosial, dan kontrol diri yang buruk. 

Sementara itu, alasan paling umum kenapa pasangan menikah selingkuh ialah frustasi dalam pernikahan. 

Frustasi dalam pernikahan bisa muncul karena cemburu perhatian pasangan lebih banyak tercurah ke anak, tidak mampu mengomunikasikan perasaan kepada pasangan, atau mengalami trauma masa kecil seperti ditelantarkan dan memiliki orangtua yang juga selingkuh. 

Faktor-faktor di atas dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk mempertahankan komitmen dalam berumah tangga.

Motivasi selingkuh berdasar seks 

Riset menemukan, pria lebih sering selingkuh dibanding wanita. 

Ekspresi cinta pria adalah lewat perlakuan fisik dibanding romantisme kata-kata verbal. 

Oleh sebab itulah, hubungan seksual dianggap sebagai bagian penting dalam membangun koneksi dan keintiman saat berumah tangga. 

Menurut ahli, jika pria tidak mendapat kepuasan secara seksual, misalnya pasangan sering menolak berhubungan badan, pria menerjemahkan penolakan itu sebagai perasaan tidak dicintai.

Hal ini bertolak belakang dengan alasan kebanyakan wanita selingkuh. 

Jika kebanyakan pria selingkuh untuk memenuhi kebutuhan seks, maka wanita selingkuh karena ingin mengisi kekosongan emosional. 

Menurut ahli, wanita ingin dihargai dan diinginkan. Ketika wanita merasa tidak dihargai dan diabaikan, mereka akan mencari keintiman emosional di luar pernikahan, yakni lewat selingkuh. 

Selain itu, perselingkuhan sering kali dijadikan masa transisi bagi wanita sebagai cara mengakhiri hubungan. 

Riset lain yang terbit di International Journal of Sexual Health edisi 2012 mengungkap, pria dan wanita yang sering terlibat dalam urusan perselingkuhan mengaku hal itu dilakukan untuk meningkatkan kehidupan seks mereka. Pasalnya, mereka merasa rumah tangganya tidak dapat memenuhi hal tersebut. 

Demikian pula, kebosanan dalam hubungan pernikahan dapat memicu pria dan wanita untuk selingkuh.

Penyebab dan faktor risiko selingkuh 

Ada banyak alasan yang memicu pria atau wanita selingkuh. Namun, adanya faktor risiko tertentu dapat meningkatkan kemungkinan selingkuh. 

Faktor individu yang bisa meningkatkan kemungkinan perselingkuhan adalah: 

1. Kecanduan 

Kecanduan obat terlarang, alkohol, atau perjudian, merupakan faktor risiko yang sangat mungkin meningkatkan perselingkuhan. 

Alkohol khususnya, dapat mengurangi kesadaran sehingga seseorang sangat mungkin main mata dengan lawan jenis ketika sedang mabuk.

2. Berpengalaman selingkuh 

Sekali selingkuh, pasti akan selingkuh lagi. Kalimat ini sudah lama menjadi mitos dan pada tahun 2017 sebuah riset untuk pertama kalinya membenarkan hal tersebut. 

Dalam penelitian tersebut, mereka yang pernah selingkuh setidaknya tiga kali sangat mungkin selingkuh lagi.

3. Gangguan kepribadian dan masalah psikologis

Gangguan kepribadian dan masalah psikologis yang memicu selingkuh antara lain, seseorang memiliki sifat narsis atau gangguan kepribadian antisosial.

Dengan sifat narsisme yang tinggi, perselingkuhan didorong oleh ego dan rasa memiliki hak.

Selain mementingkan diri sendiri, orang dengan gangguan ini cenderung tak memiliki empati, sehingga tidak memikirkan dampak dari tindakan mereka pada pasangan.

Masalah psikologis yang dapat memicu perselingkuhan antara pria dan wanita, berbeda.

Riset tahun 2018 menemukan, wanita dengan neurotisme dan pria dengan narsisme lebih cenderung selingkuh.

4. Trauma masa kecil

Seseorang yang memiliki trauma masa kecil seperti kekerasan fisik, seksual, dan emosional lebih mungkin berselingkuh jika dia tidak dapat menangani trauma dan memiliki masalah yang belum diselesaikan.

Riset tahun 2015 juga menemukan, anak yang memiliki orangtua pernah berselingkuh lebih dari dua kali juga berpotensi melakukan hal yang sama di masa depan.

5. Kecanduan seks

Kecanduan seks pada pasangan dapat meningkatkan kemungkinan bahwa mereka sulit terpuaskan dan memicu keinginan mencari kepuasan di luar pernikahan.

6. Masalah di rumah

Masalah dalam hubungan pernikahan juga bisa menjadi faktor risiko untuk berselingkuh.

Beberapa di antaranya adalah:

- Kurang komunikasi

- Pemutusan emosional dan / atau fisik

- Kompatibilitas rendah (orang yang menikah karena alasan yang salah): Kompatibilitas rendah dapat menimbulkan rasa "penyesalan menikah".

- Kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan emosional

- Tekanan ekonomi

- Kurangnya rasa hormat

https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/10/133000323/belajar-dari-serial-layangan-putus-kenapa-orang-yang-sudah-menikah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke