Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

9 Manfaat Bambu di Indonesia, Dari untuk Upacara Adat hingga Konstruksi Bangunan

KOMPAS.com - Bambu seringkali dianggap sebagai tanaman yang hanya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan bangunan atau di makan umbinya, tetapi ternyata bambu bisa dimanfaatkan lebih dari itu. Bambu di Indonesia pun masih dimanfaatkan untuk berbagai hal.

Indonesia termasuk negara dengan keragaman produk bambu yang tinggi. Dari 1.439 jenis bambu di dunia, 162 jenis pohon bambu ada di Indonesia. 

Manajer program Pertanian Yayasan Kehati, Puji Sumedi Hanggarawai mengatakan, kehidupan masyarakat Indonesia tidak lepas dari fungsi tanaman bambu, bahkan dari sejak lahir sampai meninggal.

Namun, menurut Puji, masih sedikit masyarakat Indonesia termasuk generasi muda yang memiliki pengetahuan tentang bambu, baik dari jenis, manfaat bambu, keunggulan dan perannya dalam menjaga peradaban dan kehidupan manusia.

"Maka dari itu, diperlukan keterlibatan semua pihak untuk mengedukasi, sekaligus melestarikan tanaman bambu Indonesia,” kata Puji dalam diskusi daring bertajuk BW in Training: Mengenal Bambu, Mengenal Indonesia, Kamis (26/11/2021).

Berikut beberapa manfaat bambu di Indonesia, yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat tradisional, bahkan masih banyak yang digunakan sampai saat ini. 

1. Manfaat bambu untuk upacara adat

Pada pemakaman, jenazah biasanya dibawa dengan keranda yang dibuat segera dengan bambu, dan batang-batang bambu juga digunakan untuk menutup jenazah di liang lahat sebelum ditimbun tanah. 

Di masyarakat Hindu Bali, upacara pembakaran jenazah (palebon atau ngaben) membutuhkan banyak bambu untuk mengusung jenazah dalam konstruksi yang tinggi dan besar. 

Masyarakat Toraja, seperti di Rantepao, menempatkan jenazah di liang batu di sebuah tebing yang tinggi membutuhkan banyak bambu untuk mengangkatnya. Bahkan pada kalangan elit, rumah-rumah bambu harus dibuat untuk keperluan upacara pemakaman yang megah. 

Sesaji pada masyarakat Hindu atau penganut agama lokal masih banyak yang menggunakan bambu. 

Di Bali, penjor yang di tempatkan di banyak tempat memeriahkan hari-hari penting keagamaan. Batang bambu yang menjulang dan melengkung dengan hiasan janur menjadi unsur yang penting dalam ritual keagamaan ini. Sesaji umumnya juga diletakkan dalam wadah dari anyaman bambu.

2. Manfaat bambu untuk senjata

Buluh bambu, khususnya bagian luar dengan serat yang padat dan keras bisa diruncingkan dan menjadi tajam. Manfaat ujung bambu yang tajam ini menjadikan bambu bisa menjadi senjata yang efektif, dan mudah dibuat. 

Di masyarakat tradisional, bambu bisa menjadi senjata berburu untuk melumpuhkan buruan dengan cara ditusuk. Kulitnya yang disayat tipis bisa menjadi pisau yang tajam untuk mengiris. 

Di desa-desa, untuk membersihkan belut, misalnya, lebih efektif menggunakan welad (kulit bambu) untuk membuka perut dan membersihkan isinya.

Selain itu, buluh bambu ini bagus digunakan untuk membuat gendewa (panah) yang memperkuat daya lontar terhadap anak panah, bahkan masih bisa melengkung sekalipun bambu telah kering. Namun, sifat ini hanya pada beberapa jenis bambu dan tidak dimiliki oleh umumnya kayu, atau rotan.

3. Manfaat bambu untuk energi

Pemanfaatan bambu untuk energi, sejauh ini yang umum adalah dijadikan kayu bakar atau dibuat arang. Buluh bambu, bagian pangkal, buluh tengah, dan bagian atas, bahkan bagian rimpang bisa dimanfaatkan untuk dijadikan arang (bamboo charcoal). 

Arang ini bisa dimanfaatkan sebagai bagan bakar seperti halnya pada arang yang lain, secara langsung atau melalui proses dibuat dalam bentuk briket. 

Bambu merupakan salah satu sumber yang bisa dikembangkan untuk menghasilkan bahan bakar (biofuel) dan potensial untuk menggantikan bahan bakar fosil.

4. Bambu sebagai alat transportasi

Untuk transportasi, bambu paling umum dibuat menjadi rakit. Rakit bambu dalam ukuran yang pendek, sekitar tiga meter dengan sekitar delapan batang bambu biasa digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan dengan jala tebar. 

Bentuknya yang datar dan cukup stabil membuat nelayan leluasa berdiri di atas rakit dan gerakannya bebas untuk melemparkan jala. 

Rakit ini membantu nelayan untuk menjangkau perairan di sungai atau danau yang tenang yang diduga terdapat banyak ikan.

Rakit yang panjang, biasanya menggunakan bambu secara utuh dirangkai secara berjajar, sehingga ujungnya mencuat ke atas, biasanya digunakan untuk mengangkut barang, atau untuk penyeberangan. 

Rakit jenis ini bahkan bisa digunakan untuk mengangkut barang yang cukup besar dan banyak, termasuk sepeda motor.

Tidak hanya itu, dalam transportasi air, bambu biasanya digunakan juga sebagai cadik atau kitir sampan yang diikat pada sebatang kayu yang melintang, sehingga posisi bambu sejajar dengan perahu. 

Cadik ini untuk membantu keseimbangan sampan dan tidak terobang-ambing gelombang yang membuatnya bisa terbalik. Selain itu, bambu juga bisa dibuat menjadi gerobak.

5. Bambu dan produk seni

Alat musik yang menggunakan bambu biasanya merupakan alat musik tiup dalam bentuk seruling dengan berbagai kekhasannya, seperti di Peru (Peruvian Flute), Jepang (Shakuhachi flute), China (Sheng), dan juga di Indonesia. 

Di masyarakat nusantara, alat musik dari bambu berkembang lebih jauh dan sangat khas, karena tidak terbatas pada alat musik tiup. 

Di Indonesia bagian timur, misalnya, alat musik tiup dari bambu sudah berkembang sehingga menyerupai terompet dengan berbagai ukuran sehingga bisa dimainkan sebagai orkestra. Kompetisi orchestra musik bambu di Gorontalo dan Sulawesi Utara merupakan kegiatan yang sering diselenggarakan. 

Lebih dari itu, di nusantara berkembang juga alat musik perkusi dari bambu. Di masyarakat Sunda dikenal angklung. Di berbagai daerah di Jawa dan Sunda serta Bali, juga digunakan bambu untuk ridik atau calung dengan cara memukul untuk membunyikannya. 

Bahkan, di daerah Banyumas dan sekitarnya dalam satu perangkat gamelan tradisional untuk mengiringi tarian salah satunya lengger, di mana gongnya terbuat dari bambu besar yang dibunyikan dengan cara ditiup.

Selain itu, pada seperangkat gamelan, selain seruling yang diguanakan dalam sebuah orkestra, bambu merupakan material pendukung yang tidak tergantikan, khususnya untuk membuat ruang resonansi pada gender dan demung, sehingga suaranya lebih nyaring.

6. Bambu untuk perlengkapan rumah tangga

Untuk peralatan rumah tangga, bambu umumnya dibuat anyaman. Batang bambu memungkinkan dibuat pipih sampai kurang dari 1 milimeter sampai beberapa milimeter, namun masih lentur untuk dianyam. Karakter inilah yang memungkinkan bambu menjadi berbagai peralatan rumah tangga yang dibuat oleh masyarakat. 

Menurut Pendiri Yayasan Bambu Indonesia, Jatnika Naggamiharja terdapat lebih dari 1.500 produk berbasis anyaman seperti kerajinan bambu di Indonesia. 

Pada masyarakat agraris di nusantara, khususnya di Jawa dan Bali, bambu merupakan material yang sangat dibutuhkan dalam proses panen dan pasca panen. 

Petani memanen hasil kebun menggunakan tenggok atau keranjang bambu untuk menampung hasil panen, kemudian menjemur dan menyimpan dengan anyaman bambu yang lebih besar. 

Untuk mengelola hasil panen seperti membuat kerupuk, lanthing, dan rengginang menggunakan alat jemur berbahan bambu, termasuk digunakan petani untuk menjemur tembakau. 

7. Bambu untuk konstruksi bangunan

Pohon bambu dapat digunakan sebagai bahan kontruksi bangunan, baik sebagai komponen utama, maupun pendukung. Sebagai bahan kontruksi utama, bambu dapat digunakan sebagai tiang jembatan atau rumah. 

Bahkan, sebuah rumah dapat dibuat dengan sepenuhnya menggunakan bambu, di mana tiang, atap, dinding, sampai perabotan yang mengisi di dalamnya menggunakan bambu. 

Banyak rumah adat tradisional di Indonesia dari Pulau Sumatera sampai Pulau Papua yang berbahan bambu, baik sebagai kontruksi utama maupun pendukung, seperti Rumah Rakit (Sumsel), Rumah Adat Baduy (Banten), Rumah Adat Bali,  Rumah Adat Honai (Papua), dan lain-lain.

8. Bambu sebagai alat potong tali pusar dan sunat

Pada masa lalu di masyarakat Jawa dan Sunda, bambu digunakan untuk memotong tali pusar. Sebatang bambu disayat kulitnya untuk mendapatkan potongan tipis yang tajam. Di Jawa, pisau tajam dari kulit bambu ini disebut Welad. 

Pada masa lalu, terdapat dukun sunat yang menggunakan welad. Bahkan, ada catatan bahwa tepung berwarna kuning kecoklatan yang terdapat di dalam rongga bambu digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka sunat. Tepung tersebut ditaburkan di atas luka. 

Namun, hingga saat ini belum ada catatan tentang senyawa aktif apa yang ada dalam tepung buluh bambu yang berperan dalam penyembuhan luka.

Kemudian, ketika si bayi beranjak besar, bisa berdiri dan belajar berjalan, orang tuanya akan membuatkan alat yang membantunya belajar berjalan sendiri. Dua batang bambu akan disatukan membentuk huruf “L” terbalik. 

Di tanah akan ditancapkan sebatang bambu atau kayu yang lebih kecil, sehingga bisa masuk ke lubang bambu yang pertama. Si anak akan memegang batang bambu horizontal dan mulai melangkahkan kaki berputar. Inilah alat untuk bayi belajar berjalan yang praktis dan mudah dibuat.

9. Bambu untuk konservasi

Tanaman bambu mempunyai potensi untuk konservasi. Hal ini menjadi penting bukan hanya karena banyak jenis bambu di Indonesia yang merupakan tanaman endemik, sehingga perlu dipertahankan, tetapi juga karena peranannya dalam pelestarian alam. 

Rimpang bambu yang saling terjalin dalam satu rumpun menjadi pencegah tanah longsor, dan penyimpan air yang baik. Contoh yang memanfaatkan fungsi ini adalah kelompok tani padi organik di Kali Jambe, Lumajang. 

Mereka memanfaatkan tanaman bambu untuk konservasi air, sehingga lahan pertanian mereka mendapatkan air yang cukup dan bersih. Konservasi ini juga dilakukan dengan umumnya bantaran sungai di Jawa ditanami pohon bambu. 

https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/26/180600723/9-manfaat-bambu-di-indonesia-dari-untuk-upacara-adat-hingga-konstruksi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke