Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli Gunakan Jamur Jadi Tameng Radiasi Luar Angkasa, Berfungsikah?

Ini berbeda selama manusia berada di Bumi. magnetosfer planet yang kuat melindungi manusia dari bentuk radiasi paling mematikan.

Radiasi itu dihasilkan oleh semburan matahari dan sinar kosmik galaksi yang datang dari jauh dan mengalir melalui Tata Surya.

Begitu juga saat astronot berada di Stasiun Luar Angksa Internasional, sekitar 408 kilometer di atas Bumi. Meski mereka menerima tingkat radiasi yang tinggi namun cukup dekat dengan Bumi sehingga masih menerima beberapa pelindung. Mereka pun bisa tinggal di orbit hingga satu tahun.

Namun ketika suatu saat nanti para astronot ini hendak melakukan perjalanan lebih jauh, ke Bulan atau ke Mars, mereka pun harus memiliki perlindungan dari radiasi itu.

Dalam sebuah studi baru, para ahli memiliki pendekatan yang unik untuk melindungi astronot dari radiasi luar angkasa.

Mengutip Science Alert, Minggu (14/11/2021) selain opsi untuk membawa pelindung sendiri, ilmuwan pun berpikir untuk menumbuhkan pelindung radiasi di lingkungan astronot dengan memanfaatkan jamur.

Studi yang dipublikasikan dalam format pra-cetak di BioRxiv mengungkapkan, ada jenis jamur khusus yang tumbuh subur di lingkungan radiasi tinggi.

Jamur yang disebut Cladosporium sphaerospermum ini menurut pada ahli dapat membentuk perisai hidup di sekitar astronot di luar angkasa.

Jamur tak hanya menghalangi radiasi tetapi juga menggunakannya untuk tumbuh melalui proses yang disebut radiosintesis.

Proses ini terjadi dengan cara menarik energi dari radiasi, prinsipnya sama seperti kebanyakan tanaman lain yang menarik energi dari sinar matahari melalui fotosintesis.

Jika di Bumi, Cladosporium sphaerospermum sendiri hidup di tempat-tempat ekstrem seperti lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl di Ukraina.

Para ilmuwan sendiri sudah pernah melakukan eksperimen dengan menggunakan Cladosporium sphaerospermum.

Pada 2019, peneliti mengirimkan beberapa jamur ke ISS dan mengamati bagaimana jamur itu tumbuh selama 30 hari serta mengukur jumlah radiasi yang melewatinya dibandingkan dengan sampel kontrol tanpa jamur.

Eksperimen menunjukkan bahwa tingkat radiasi di bawah lapisan jamur setebal 1,7 milimeter sekitar 2,17 persen lebih rendah daripada sampel kontrol tanpa jamur.

Tak hanya itu, jamur juga tumbuh sekitar 21 persen lebih cepat daripada di Bumi, yang berarti bahwa kemampuan jamur untuk bertindak sebagai perisai pelindung bagi astronot bisa tumbuh lebih kuat jika misi berlangsung lebih lama.

Meski menjadi sebuah solusi alternatif, masih terlalu dini dan bersemangat untuk mengaplikasikan ide ini dalam perjalanan luar angkasa.

Pasalnya tim peneliti memperkirakan untuk menurunkan tingkat radiasi di Mars seperti kondisi di Bumi, habitat perlu ditutup dengan lapisan jamur radiosintesis setebal 2,3 meter.

Jadi sepertinya dalam waktu dekat, astronot akan mengandalkan lebih banyak solusi non biologis, seperti misalnya menggunakan perlindungan di tengah-tengah kargo wahana luar angkasa.

Misi Artemis 1 tanpa awal yang akan diluncurkan tahun depan juga sedang menguji rompi pelindung yang dirancang untuk meminimalkan dosis radiasi yang diterima oleh pemakainya.

Sejauh ini tak satu pun dari solusi ini yang ideal. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjaga para astronot di masa depan tetap aman.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/15/090000123/ahli-gunakan-jamur-jadi-tameng-radiasi-luar-angkasa-berfungsikah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke