Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER SAINS] Bahayakah Balita Diajari Makan Cabai? | Eropa Pusat Pandemi Baru

KOMPAS.com - Sebuah video yang menunjukkan seorang ibu menyuapi anaknya yang masih di bawah 2 tahun dengan makanan pedas viral di sosial media. Sebenarnya apa dampaknya balita diberi makan cabai?

Penjelasan dari ahli gizi ini menjadi salah satu berita populer Sains Kompas.com sepanjang Rabu (10/11/2021).

Selain itu, WHO menyebut saat ini Eropa menjadi pusat pandemi baru karena meningkatnya kasus di sana dan jumlah kematian yang juga bertambah.

Makanan terbaik saat sarapan yang bantu menurunkan berat badan hingga dampak perubahan iklim terhadap tanaman pangan yang mengkhawatirkan pun menjadi berita populer lainnya.

Berikut rangkuman berita populer Sains sepanjang Rabu (10/11/2021) hingga Kamis (11/10/2021).

Bahayakah balita diberi makan cabai?

Ahli gizi DR dr Tan Shot Yen, M.hum mengungkapkan, bahwa makanan pedas erat kaitannya dengan budaya dan selera setiap orang. Sebab, bagi beberapa orang, rasa pedas justru meningkatkan nafsu makan.

"Memang bagi beberapa orang, pedas menyebabkan nafsu makan meningkat. Bisa jadi pada balita juga, tapi melihat dampak jangka panjangnya, ada baiknya frekuensi dan tingkat kepedasan menjadi pertimbangan, terutama bagi anak di bawah umur," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (9/11/2021).

Sementara itu, menyoal usia berapa sebaiknya anak-anak diperbolehkan makan makanan pedas, Tan menyebut, bahwa usia berapa pun diperbolehkan dengan catatan tidak ada paksaan bagi anak untuk membiasakan makan pedas seperti cabai.

Pasalnya, memaksakan anak-anak untuk memakan cabai dapat memberikan trauma kepada mereka. Artinya, orangtua memang harus ekstra hati-hati dalam memberikan asupan makanan kepada balita.

Diakui Tan banyak pula orangtua yang bertanya, perlukah mereka mengajarkan anak-anak untuk makan pedas sejak dini.

Dokter Tan menuturkan, mengajarkan anak-anak yang masih balita untuk mulai makan makanan pedas dirasa tidak perlu dilakukan. Menurutnya, biarkan saja anak memilih apa yang disukai.

Selengkapnya baca di sini:

Viral Video Balita Diajari Makan Cabai, Bahayakah? Ini Kata Ahli Gizi

Eropa pusat pandemi baru

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, 500 ribu orang di Eropa dan Asia Tengah bisa meninggal dalam tiga bulan ke depan karena kasus Covid-19 kembali naik.

Direktur WHO untuk kawasan Eropa Hans Kluge mengatakan, Eropa saat ini menjadi pusat penyebaran kasus Covid-19 dengan meningkatnya kasus.

Jumlah pasien Covid-19 yang harus dirawat di rumah sakit dan angka kematian kembali naik.

"Jumlah kasus kembali hampir mencapai rekor sebelumnya dan kecepatan penularan kasus sangat mengkhawatirkan," kata Hans.

"Selama empat pekan terakhir, Eropa mengalami kenaikan lebih dari 55 persen kasus baru Covid-19."

"Sekarang ada lebih banyak kasus di Uni Eropa, 78 juta, lebih banyak dari kasus gabungan di Asia Tenggara, Timur Tengah, Pasifik Barat dan Afrika."

Selengkapnya baca di sini:

WHO Sebut Eropa Pusat Pandemi Baru, Apa Alasannya?

Sarapan apa untuk menurunkan berat badan?

Para peneliti dan ahli diet setuju bahwa memulai hari Anda dengan sarapan sehat yang mencakup sumber protein tunggal, dapat membantu Anda berhasil menurunkan berat badan.

Salah satu alasannya, untuk mencegah makan berlebihan saat waktu makan siang. Meski demikian, bukan berarti bisa makan apa saja saat sarapan.

Mengonsumsi makanan yang tidak sehat saat sarapan justru dapat menggagalkan usaha menurunkan berat badan.

Penelitian menunjukkan, bahwa sarapan yang ideal untuk menurunkan berat badan adalah telur.

Selengkapnya baca di sini:

Makanan Terbaik untuk Sarapan yang Bantu Menurunkan Berat Badan

Tanaman pangan terdampak perubahan iklim

Studi baru dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkap, pada akhir dekade ini tanaman pangan bakal terdampak perubahan iklim. Hal tersebut akan memengaruhi ketahanan pangan secara global.

Mengutip Space, Selasa (9/11/2021) salah satu tanaman yang bakal terdampak adalah jagung. Tanaman ini adalah salah satu tanaman paling penting di dunia.

Tanaman yang paling banyak diproduksi di dunia tersebut tak hanya menjadi bahan pangan manusia tetapi juga hewan ternak.

Namun berdasarkan studi baru ini, pada awal tahun 2030, hasil panen jagung akan turun hampir seperempatnya jika pemanasan global berlanjut pada kecepatan seperti saat ini.

Selengkapnya baca di sini:

Studi Baru Ungkap Tanaman Pangan Bakal Terdampak Perubahan Iklim

https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/11/070734623/populer-sains-bahayakah-balita-diajari-makan-cabai-eropa-pusat-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke