Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Penyakit yang Berpotensi Meningkat Saat Musim Hujan

KOMPAS.com - Memasuki musim hujan, ada berbagai potensi penyakit yang lebih mungkin menyerang tubuh. Untuk itu, penting mengetahui penyakit khas musim hujan dan gejalanya.

Artikel kali ini akan membahas berbagai penyakit yang muncul saat musim hujan tiba menurut para dokter.

Penyakit musim hujan

dr Dien Kalbu Ady selaku Direktur RSU PKU Muhammadiyah Prambanan mengatakan, pada periode musim pancaroba dan musim penghujan ada beberapa penyakit yang lebih banyak terjadi atau lebih sering muncul.

Ditambah lagi, jika seseorang terpapar penyakit yang identik dengan musim hujan dan terinfeksi Covid-19, kondisi pasien bisa semakin menurun.

Sebab itu, perlu ada kewaspadaan ekstra terkait penyakit khas musim hujan ini.

Berikut daftar penyakit khas musim hujan yang perlu diwaspadai.

1. DBD

Dien menyebut, demam berdarah dengue atau DBD merupakan salah satu penyakit yang paling mengkhawatirkan saat musim pancaroba atau musim penghujan seperti sekarang ini.

"Karena DBD ini hubungannya dengan curah hujan yang tinggi," ungkap Dien kepada Kompas.com, Selasa (26/10/2021).

Ketika ada semakin banyak genangan air karena curah hujan yang tinggi, hal tersebut akan meningkatkan DBD.

DBD merupakan penyakit mudah menular yang berasal dari virus dengue akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Saat nyamuk menggigit seseorang yang terinfeksi virus dengue, virus tersebut masuk ke dalam nyamuk. Kemudian nyamuk yang membawa virus akan menggigit orang lain, virus memasuki aliran darah orang tersebut dan menyebabkan infeksi.

Setelah sembuh dari demam berdarah, penyintas akan memiliki kekebalan jangka panjang terjadap jenis virus dengue.

Mengutip dari Healthline, gejala demam berdarah biasanya akan terlihat sekitar empat sampai tujuh hari setelah awal infeksi. Dalam beberapa kasus, gejala yang muncul cenderung ringan dan mirip gejala mirip flu atau infeksi lain. Oleh karena itu, terkadang banyak orang terkecoh.

Beberapa gejala umum demam berdarah adalah sebagai berikut.

  • tiba-tiba, demam tinggi (hingga 106 derajat Fahrenheit atau lebih dari 40 derajat)
  • sakit kepala parah kelenjar getah bening yang membengkak
  • nyeri sendi dan otot yang parah
  • ruam kulit (muncul antara dua dan lima hari setelah demam awal)
  • mual ringan sampai berat muntah ringan sampai berat
  • pendarahan ringan dari hidung atau gusi memar ringan di kulit
  • kejang
  • demam

Dien mengingatkan, saat seseorang terinfeksi DBD dan Covid-19 sekaligus, hal ini akan memperburuk kondisinya.

Pasalnya, pasien Covid-19 bergejala sedang hingga berat secara umum angka trombositnya akan turun.

Sementara itu, gejala utama DBD yang dilihat dalam hasil laboratorium adalah penurunan trombosit.

"Jadi ini nanti akan memperberat kondisi. Apa lagi kalau anak-anak yang belum divaksin. Sehingga saya kira perlu kewaspadaan ekstra terkait penyakit khas musim hujan, musim pancaroba, sekaligus situasi pandemi ini," paparnya.

2. Flu atau common cold

Penyakit saluran pernapasan, terutama pernapasan bagian atas seperti flu atau common cold, batuk, dan demam juga identik dengan penyakit musim pancaroba dan musim hujan tiba.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Primaya Hospital Bhakti Wara, dr Mauludi Rahmantya Tranggana, Sp.PD menerangkan hal ini terjadi karena perubahan cuaca yang menyebkan perubahan humaditas dan suhu di sekitar tubuh.

"Perubahan tersebut menyebabkan pembuluh darah tubuh mengecil untuk menahan panas tubuh karena pembuluh darah mengecil secara sistemik, akibatnya sirkulasi tubuh menjadi terhambat," kata Mauludi kepada Kompas.com, Selasa (26/10/2021).

"Ketika sirkulasi tubuh terhambat, maka virus atau bakteri jadi lebih mudah berkembang biak. Dari situ terjadilah infeksi/inflamasi dalam bentuk flu atau demam atau batuk dan pilek."

3. Diare

Selain DBD dan flu, kasus diare juga cenderung meningkat selama periode musim pancaroba hingga musim hujan.

"Diare lebih sering dialami anak-anak," kata Dien.

Dien menjelaskan, diare bisa disebabkan oleh banyak hal. Salah satu penyebab yang paling sering memicu diare adalah makanan dan tangan yang kotor.

"Ketika hujan, tanah kan cenderung becek dan sumber air pun biasanya lebih kotor," kata Dien.

"Orang dewasa kena diare biasanya karena jajan sembarangan. Sementara kalau anak-anak, biasanya karena sering bermain di tanah yang becek dan lupa mencuci tangan," imbuh dia.

Diare adalah gangguan pencernaan yang ditandai keluarnya kotoran buang air besar (BAB) atau tinja encer.

Selain tinja encer, gejala diare yang lain adalah sakit perut, demam, ada darah atau lendir pada tinja, kembung, dan mual.

4. Reaksi alergi

Selain itu, musim penghujan dengan udara yang lebih lembab juga dapat memicu reaksi alergi tubuh, terutama bagi orang-orang yang reaktif terhadap alergi.

Mauludi menjelaskan, alergi muncul sebagai akibat reaksi tubuh terhadap alergen.

Setiap orang memiliki bakat alergen yang berbeda beda. Namun pada umumnya, alergen pada musim penghujan adalah perubahan suhu dan meningkatnya kelembapan udara.

"Pada orang-orang yang sensitif dan memiliki bakat alergi, tubuh menangkap alergen sebagai anomali yang harus segera diatasi," jelas Mauludi.

"Secara cepat, antibodi bereaksi dengan memecah sel mast yang menyebabkan keluarnya histamin. Histamin inilah membuat seseorang menjadi pilek, atau sesak nafas."

Untuk mengecek apakah Anda memiliki bakat alergi, dapat dilakukan dengan skin prick test ke dokter spesialis penyakit dalam sub spesialis alergi imunologi atau ke dokter spesialis kulit & kelamin.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/27/080200423/4-penyakit-yang-berpotensi-meningkat-saat-musim-hujan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke