KOMPAS.com - Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD adalah kondisi yang mengganggu diawali peristiwa traumatis. Beberapa contoh PTSD adalah kelelahan berperang, mengalami kecelakaan, menyaksikan bencana alam, dan menjadi korban kekerasan.
Kondisi ini merupakan bagian dari gangguan kejiwaan. Pasien dengan PTSD akan mengalami gangguan dalam kesehariannya. Pasien akan terganggu terus menerus oleh ingatan buruk masa lalu.
PTSD berbeda dengan stres
Tidak semua orang yang mengalami kejadian traumatis akan mengalami PTSD. Setelah mengalami peristiwa yang traumatis, seseorang normal untuk merasakan kecemasan, sedih, dan stres. Beberapa diantaranya bahkan mengalami mimpi buruk dan kesulitan tidur di malam hari.
Namun, untuk menentukan perasaan itu PTSD atau stres biasa, perlu dilakukan tes lebih mendalam.
Diagnosis PTSD
Untuk menentukan diagnosis, American Psychiatric Association (APA) telah merilis pedoman diagnosis berjudul Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM). DSM telah beberapa kali dirilis untuk pembaruan macam-macam diagnosis.
DSM edisi terbaru adalah DSM 5 yang dirilis tahun 2013. Pada pedoman ini terdapat 157 diagnosis penyakit mental.
Dalam DSM 5, terdapat beberapa kriteria yang menjadi penilaian untuk diagnosis PTSD.
4. Kriteria D (Perubahan suasana hati yang buruk):
5. Kriteria E (Perubahan gairah dan reaktivitas)
6. Kriteria F (Durasi):
Mengalami gejala kriteria B, C, D, dan E lebih dari 1 bulan.
7. Kriteria G (Signifikan fungsional):
Gejala mempengaruhi hidup, seperti pekerjaan dan kehidupan sosial.
8. Kriteria H (Ekslusi):
Gangguan bukan disebabkan konsumsi obat-obatan atau penyakit lain.
Penilaian diagnosis PTSD
Untuk mendiagnosis PTSD berdasarkan kriteria di atas, maka hasil penilaian harus memenuhi kriteria berikut ini:
https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/22/070000723/kriteria-diagnosis-ptsd-berdasarkan-dsm-5-dan-bedanya-dengan-stres