Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penelusuran Jejak Keberadaan Tumbuhan Langka di Gunung Ungaran

Salah satu acuan dalam menentukan tumbuhan yang masuk dalam jenis langka dan terancam, adalah menggunakan databased Redlist IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources).

Tiga kategori utama tumbuhan terancam meliputi Rawan (Vulnerable), Genting (Endangered), dan Kritis (Critically Endangered).

Hingga tulisan ini dibuat total tumbuhan Indonesia yang masuk dalam Redlist IUCN berjumlah 856 jenis.

Jumlah ini diprediksi juga akan meningkat seiring dengan kegiatan assessment (penilaian) yang dilakukan oleh stakeholder terkait, seperti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang bekerja sama dengan BGCI (Botanic Gardens Conservation International) dan stakeholder lainnya.

Fakta Indonesia menjadi negara megadiversity dengan tingkat hotspot diversity loss yang tinggi, merupakan kondisi yang tidak bisa dipungkiri.

Dalam laporan BGCI, state of the world’s trees (September 2021) juga menyebutkan, bahwa Indonesia termasuk dalam satu negara yang mempunyai persentase jenis tumbuhan terancam yang cukup tinggi dengan komposisi jenis tumbuhan endemik yang tinggi pula.

Tumbuhan langka Gunung Ungaran
Dalam assessment tumbuhan terancam terkini (2021), ada jenis tumbuhan yang kemungkinan menjadi endemik dan hanya diketahui keberadaannya di Gunung Ungaran, Jawa Tengah.

Jenis tersebut adalah Beilschmiedia lancifolia yang termasuk dalam grup famili Lauraceae. Status konservasi terkininya adalah Kritis (Critically Endangered).

Kondisi tersebut menjelaskan, bahwa jenis tersebut perlu segera untuk dikonservasi dan diselamatkan populasinya.

Oleh karena itu, kegiatan penelitian konservasi terhadap jenis itu perlu segera untuk dilakukan.

Sebelumnya, perlu diketahui juga bahwa pengelolaan Kawasan Gunung Ungaran dilakukan oleh Perum Perhutani.

Dalam hal ini, upaya penelurusan keberadaan jenis tersebut telah dilakukan secara menyeluruh di kawasan Gunung Ungaran oleh Tim LIPI (Rizmoon Nurul Zulkarnaen, Hendra Helmanto, dan Wihermanto dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya) yang bekerja sama dengan stakeholder terkait (Perum Perhutani Divre 1, KPH Kedu Utara, BKPH Ambarawa).

Hasil penelusuran menunjukkan, bahwa keberadaan populasi jenis Beilschmiedia lancifolia tidak ditemukan di berbagai sisi Gunung Ungaran.

Ada beberapa kemungkinan, kenapa jenis tersebut tidak ditemukan kembali Gunung Ungaran.

Pertama, kemungkinan jenis ini sudah punah. Catatan dokumentasi terakhir terkait jenis tersebut hanya ada 1 dokumen, yaitu pada protolog pertama di tahun 1850an oleh Junghun.

Oleh karena itu, penelusuran yang dilakukan saat ini mempunyai tantangan yang tinggi. Jadi, ada kemungkinan ada perubahan yang tinggi dari kondisi bentang lahan atau habitat sangatlah mungkin terjadi (habitat loss).

Kedua, jangkauan assessment di lapangan yang terbatas. Meski sudah dilakukan perwakilan wilayah dari setiap lereng (lereng utara, barat, timur dan selatan), kemungkinan ada wilayah yang belum terjangkau tetap mungkin saja terjadi.

Misalnya di area tebing curam dan tinggi yang tidak mungkin dijangkau. Segala kemungkinan tetap bisa terjadi. Oleh karena itu, jika ingin dilakukan penelusuran kembali, maka perlu memperhatikan wilayah-wilayah sebelumnya.

Tantangan konservasi tumbuhan di Indonesia

Secara umum, potensi ancaman terbesar kepunahan tumbuhan di dunia diakibatkan adanya habitat loss (kehilangan habitat) dan eksploitasi.

Konversi lahan menjadi lahan pertanian dan perkebunan menjadi penyumbang terbesar akan kerusakan habitat.

Ancaman terbesar kedua adalah dari ekploitasi berlebihan, khususnya untuk komoditas kayu.

Belum lagi, dengan isu perubahan iklim yang tidak menentu juga ke depan pasti akan menjadi ancaman yang serius terhadap kelangsungan hidup regenerasi tumbuhan.

Kondisi yang sama juga terjadi di kawasan-kawasan hutan Indonesia. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan luasan hutan menjadi faktor klasik dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA).

Selain itu, ancaman kebakaran lahan hutan juga menjadi permasalahan serius setiap tahunnya, di dalam kawasan hutan-hutan Indonesia.

Oleh karena itu, Pemerintah perlu mengupayakan secara serius dalam kegiatan konservasi tumbuhan.

Tidak lain tujuan mulianya yaitu, mempertahankan dan menyelamatkan tumbuhan asli Indonesia.


Aksi Konservasi

Upaya konservasi tumbuhan asli Indonesia, khususnya jenis-jenis tumbuhan endemik haruslah menjadi prioritas kegiatan konservasi di Indonesia.

Hal ini, tentu sangat berkaitan dengan tantangan habitat loss yang sekarang lebih massive terjadi di belahan-belahan bumi nusantara.

Integrasi stakeholder terkait juga harus saling bersinergi, supaya tumbuhan asli Indonesia tidak menjadi korban.

Sungguh sangat disayangkan, jika ada tumbuhan asli Indonesia punah dan hilang sebelum diketahui manfaatnya.

Pesan agama juga menganjurkan untuk senantiasa berbuat baik kepada alam (peduli alam peduli lingkungan), “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS Al-A’raf 56).

Intinya, dalam aksi-aksi konservasi baik itu kegiatan konservasi secara insitu, maupun eksitu perlu digalakkan. Karena, tidak menutup kemungkinan juga dalam kawasan insitu tidak terkena ancaman kepunahan.

Oleh karena itu, dua kegiatan konservasi ini harus tetap dilakukan. Ibarat dalam bisnis, ada stok yang tersimpan dalam gudang dan warung.

Gudang menjadi kawasan insitunya yang menjadi sumber dan suplai tumbuhan dari hutan. Sedangkan warung, menjadi kawasan eksitunya yang berfungsi menyelamatkan dan mengedukasi akan keberadaan tumbuhan tersebut.

Jika warung kehabisan tumbuhan, maka datang ke gudang. Dan jika gudang juga ternyata minim barang, maka warung juga berkewajiban untuk share stok barang.

Inilah upaya restorasi, yaitu menanam kembali di hutan dari jenis-jenis asli. Intinya sinergitas kegiatan konservasi harus terjaga, karena sama-sama bertujuan untuk menyelamatkan tumbuhan.

Rizmoon Nurul Zulkarnaen, S.Hut., M.Si.

Peneliti Konservasi Tumbuhan Di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pendidikan terakhir di Magister ilmu Biologi Konservasi, Universitas Indonesia.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/23/170500423/penelusuran-jejak-keberadaan-tumbuhan-langka-di-gunung-ungaran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke