Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Deforestasi Menyebabkan Serangga Kehilangan Sayap, Kok Bisa?

KOMPAS.com - Deforestasi atau penggundulan hutan membawa banyak imbas bagi makhluk hidup, salah satunya terjadi pada serangga. Para peneliti menemukan, dampak deforestasi dapat menyebabkan serangga kehilangan sayap.

Temuan dari studi ini diperlihatkan dari studi kasus yang dilakukan di Selandia baru.

Mengutip Science Alert, Kamis (26/8/2021) dalam kurun waktu 750 tahun, manusia telah banyak mengubah lanskap alam di Selandia Baru.

Hal tersebut menyebabkan perubahan evolusioner yang cepat di antara spesies tertentu.

Contohnya yang terjadi pada Zelandoperla fenestrata, lalat batu yang hidup di South Island, Selandia Baru.

Spesies itu punya dua fenotipe yang berbeda, satu bersayap dan mampu terbang sedangkan satu lainnya digambarkan tak bisa terbang.

Jenis lalat batu yang tak bisa terbang biasanya ditemukan daerah yang lebih tinggi, di mana jarang ada pohon dan angin kencang dapat dengan mudah meniup serangga ke dalam jurang.

Sementara itu, lalat yang mampu terbang biasanya terlindung di hutan pegunungan.

Akan tetapi, di daerah di mana hutan alpine telah ditebang dan mengalami deforestasi, peneliti menemukan sesuatu yang menarik.

Serangga di ketinggian tersebut yang biasanya bisa terbang, mereka menemukan sayap mereka tidak lagi bisa membuat mereka terbang.

Tampaknya deforestasi yang disebabkan manusia secara tak langsung telah menghilangkan kemampuan serangga ini untuk terbang. Proses itu bahkan terjadi dalam waktu yang sangat singkat.

Hilangnya hutan menurut peneliti telah mengubah cara angin bertiup yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan lalat untuk terbang.

Meski memang mungkin ada faktor selain angin, seperti habitat dan suhu, tetapi peneliti berpendapat hembusan angin yang memainkan peran utamanya.

Pembakaran hutan mulai terjadi setelah kedatangan suku Maori sekitar tahun 1200 M.

Sekarang lebih dari 40 persen hutan yang pernah menutupi South Island ini telah berubah menjadi padang rumput dan semak pakis.

Kita sudah melihat dampak evolusionernya terhadap satwa liar setempat. Lalat batu yang tak bisa terbang kemungkinan hanyalah puncak gunung es.

"Kemungkinan deforestasi yang meluas telah meningkatkan proporsi garis keturunan yang tak bisa terbang di wilayah yang luas di selatan Selandia Baru," tulis peneliti dalam studi mereka.

Tim peneliti khawatir bahwa tanpa sayap, lalat batu tak bisa mencari pasangan di wilayah yang lebih luas.

Ini mungkin dapat berdampak pada kesehatan spesies dalam jangka panjang serta risiko kepunahan serangga. Padahal mereka jelas merupakan pelengkap yang sangat berguna.

Studi dampak deforestasi terhadap kemampuan terbang serangga ini telah dipublikasikan di Biology Letters.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/26/200200423/deforestasi-menyebabkan-serangga-kehilangan-sayap-kok-bisa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke