Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Program Vaksinasi Indonesia Kenapa Lambat? Ini Jawaban Menkes Budi

KOMPAS.com - Vaksinasi menjadi salah satu dari empat strategi Kementerian Kesehatan untuk melawan lonjakan kasus Covid-19 di tanah air.

Terkait dengan program vaksinasi ini, mungkin banyak masyarakat yang bertanya-tanya kenapa program vaksin di Indonesia lama?

Bukan karena kita tidak memiliki anggaran, tapi suplai vaksinnya.

Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam webinar bertajuk Eskalasi Covid-19 di Indonesia: Basis Ilmiah, Strategi Pengendalian, dan Kebijakan yang diselenggarakan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) pada Minggu (11/7/2021).

Untuk diketahui, kumulatif vaksinasi Covid-19 dosis 1 dan 2 hingga Minggu 11 Juli 2021 pukul 8.00 WIB, sudah mencapai lebih dari 51 juta dosis.

"Saya koreksi sedikit, orang yang sudah divaksin sekarang sudah 37 juta (bukan 36 juta seperti dalam data)," ungkap Budi dalam webinar tersebut.

Sementara itu sasaran vaksinasi di Indonesia adalah 208.265.720 orang.

Dengan cakupan vaksin saat ini, Budi berkata, artinya sudah ada sekitar 20 persen orang yang mendapat vaksin.

Sementara itu, ada sekitar 15 juta orang yang sudah mendapat vaksin lengkap dosis satu dan dua.

Budi mengatakan, pada awal-awal program vaksinasi, selama 8 minggu Indonesia hanya dapat menyuntikkan 10 juta vaksin.

"10 juta berikutnya 4 minggu, 10 juta berikutnya selama 3 minggu, sekarang yang terakhir ini per 12 atau 11 hari kita bisa (menyuntikkan vaksin) 10 juta," kata Budi.

"Jadi sekarang kita nambah 10 juta vaksin setiap 10 atau 11 hari."

Kenapa vaksinasi Covid-19 di Indonesia lambat dan tidak satu juta vaksin per hari?

Budi mengaku, masalah yang dihadapi Indonesia bukan berapa jumlah suntik atau anggarannya tetapi suplai vaksin yang sangat sedikit.

Dia menerangkan, dalam bulan pertama program vaksinasi di awal tahun 2021, vaksin yang didapat Indonesia hanya 3 juta dosis.

"Itu sebabnya saat (vaksin yang dimiliki) 3 juta dosis sebulan, kita stel 100.000 penyuntikan setiap hari," ungkap Budi yang menjabat sebagai Menkes sejak 23 Desember 2020.

"Nah sekarang bisa 30 juta sebulan, makanya kita genjot ke satu juta (vaksin) sehari."

Kemenkes menargetkan vaksinasi 1 juta suntikan per hari dapat dipertahankan di bulan Juli ini.

Target tersebut dapat terpenuhi hanya jika suplai vaksin tersedia.

Pemenuhan vaksinasi di setiap daerah pun berbeda. Budi mengatakan, hal ini ditentukan berdasarkan daerah-daerah yang parah dengan angka kasus Covid-19 tinggi.

Bali dan DKI Jakarta adalah dua daerah yang telah mendapat vaksin dosis pertama lebih dari 60 persen.

Ketersediaan vaksin

Perlu diketahui, Indonesia belum dapat memproduksi vaksin sendiri. Oleh karena itu, kita sangat bergantung pada negara-negara pembuat vaksin.

"Kita terbatasnya bukan karena anggaran, tapi negara-negara penghasil vaksin enggak kasih vaksinnya ke kita. Ini seglobal," kata Budi.

Ada lima negara pembuat vaksin, yakni Inggris, Rusia, AS, India, dan China.

Kelima negara ini jelas lebih mengutamakan vaksinasi untuk masyarakatnya sendiri, ketika sudah selesai baru diberi untuk negara-negara lain.

"Importir terbesar (vaksin) India dan China sekarang. Negara-negara Barat enggak mau menyumbang vaksinnya."

Dalam paparan Budi untuk target vaksinasi harian di dalam kolom 'rilis bulanan', terpampang pada bulan Januari vaksin yang didapat Indonesia hanya 3.000.000 dalam sebulan.

Kemudian pada bulan Juli ini disiapkan 33.585.040 vaksin, sehingga diharapkan target 1 juta vaksin per hari dapat terpenuhi.

Pada kolom kumulatif vaksin selama 6 bulan, ketersediaan vaksin kita totalnya 70.474.300 dosis.

Jika jumlah 70 juta dosis vaksin itu dibagi 6 bulan, kecepatan vaksinasi kita setiap bulan rata-rata hanya sekitar 12 jutaan dosis.

Untuk enam bulan mendatang, Menkes telah menargetkan dapat menyuntikkan lebih dari 300 juta vaksin atau 50 juta dosis dalam satu bulan.

"Kira-kira 1,8 juta per day. Itu makanya kita tes kemarin, bisa enggak 1,5 juta dosis per hari. Ternyata bisa."

Dari penjelasan ini, Budi ingin mengatakan bahwa permasalahan yang kita hadapi kenapa vaksinasi di Tanah Air lambat, bukan karena anggaran atau kesiapan penyuntikan. Tetapi ketersediaan vaksin yang tidak ada.

Dikatakan Budi, Indonesia termasuk beruntung. Karena sebagai negara yang tidak memproduksi vaksin, kita negara ke-11 yang berhasil mendapatkan vaksin dalam jumlah banyak.

"Jadi jika tanpa 5 negara penghasil vaksin, kita nomor 6 di dunia. Ini lobi politiknya super tinggi dan super tegang di seluruh dunia. Jadi mendapatkan vaksin tergantung lobinya kita juga," tutupnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/12/130715823/program-vaksinasi-indonesia-kenapa-lambat-ini-jawaban-menkes-budi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke