Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Ivermectin yang Disebut Obat Ajaib dari Tanah Jepang

KOMPAS.com - Di balik polemik ivermectin sebagai obat Covid-19, ternyata obat antiparasit ini memiliki sejarah yang panjang hingga dijuluki sebagai obat ajaib dari Jepang yang telah berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan miliaran orang di dunia.

Pro dan kontra penggunaan ivermectin sebagai obat Covid-19 yang diyakini dapat menurunkan keparahan dan potensi kematian akibat Covid-19, ivermectin menjadi salah satu penemuan hebat di abad 20.

Seperti dikutip dari jurnal Pubmed, Rabu (7/7/2021), sejarah ivermectin ditemukan pertama kali pada akhir tahun 1970-an.

Obat ini merupakan turunan dari dihidro dari avermectin, yang berasal dari mikroorganisme tunggal yang diisolasi di Institut Kitasato, Tokyo, Jepang.

Awalnya, obat ivermectin diperkenalkan sebagai obat hewan. Obat cacing tersebut dapat membunuh berbagai parasit internal dan eksternal pada ternak komersial, serta hewan pendamping.

Sejarah ditemukannya obat ivermectin yang berasal dari isolasi bakteri tanah dari Jepang ini menjadi senjata ideal dan dianggap sebagai "obat ajaib" yang berperan penting dalam memerangi dua penyakit paling merusak di dunia.

Bahkan, penyakit-penyakit ini telah menjangkiti orang miskin di dunia, terutama di seluruh daerah tropis, selama berabad-abad.

Ivermectin adalah penemuan yang mengubah dunia yang ditemukan oleh Satoshi Omura, seorang ahli mikrobiologi Jepang.

Seperti dilansir dari Britannica, Omura dikenal sebagai penemu produk alami dari bakteri tanah dan penemuannya yang paling penting adalah bakteri Streptomyces avermitilis, dari senyawa anthelmintik avermectin yang diisolasi.

Senyawa turunan dari avermectin, kemudian dikenal sebagai ivermectin menjadi obat cacing utama yang digunakan dalam pengendalian penyakit parasit tertentu pada manusia dan hewan.

Sejarah penemuan ivermectin ini pertama kali berawal pada pertengahan tahun 1960-an. Obat ajaib tersebut berasal dari studi Omura terhadap bakteri tanah yang ada di Jepang.

Omura melakukan penelitian yang berfokus pada isolasi senyawa kimia bioaktif alami yang berasal dari mikroorganisme, terutama bakteri yang hidup di dalam tanah. Ia mengembangkan teknik baru yang memfasilitasi pertumbuhan bakteri tanah dalam kultur laboratorium dan memungkinkan karakterisasi zat yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut.

Di antara penemuan besar pertamanya adalah identifikasi cerulenin pada pertengahan 1970-an, yakni antibiotik yang diproduksi oleh spesies jamur.

Omura menemukan bahwa cerulenin bekerja dengan menghambat biosintesis asam lemak. Senyawa tersebut kemudian menjadi alat penelitian yang penting.

Pada pertengahan tahun 1970-an, Omura berhasil menemukan cara mengembangbiakkan galur baru dari bakteri tanah Streptomyces, termasuk S. avermitilis.

Selanjutnya, Omura mengirimkan kultur S. avermitilis kepada para peneliti di Merck Research Laboratories di Amerika Serikat.

Di laboratorium penelitian tersebut, ekstrak yang dikumpulkan dari kultur organisme. Kemudian ahli parasitologi William Campbell dan rekan mengidentifikasi keluarga senyawa baru yang dikenal sebagai avermectin.

Para peneliti Merck kemudian memodifikasi struktur avermectin, sehingga menghasilkan ivermectin, yang ditemukan aktif melawan mikrofilaria (larva) dari nematoda yang berbentuk seperti benang.

Ivermectin menjadi salah satu agen anthelmintik atau obat anti parasit mematikan dan terpenting di dunia, digunakan untuk mengobati berbagai penyakit parasit terkait mikrofilaria pada manusia dan hewan lainnya.

Pada manusia, obat tersebut terbukti sangat bermanfaat untuk pencegahan Onchocerciasis atau penyakit Robles dan filariasis limfatik (elephantiasis), yang merupakan penyebab utama penyakit yang melemahkan di daerah tropis.

Untuk kontribusi Omura dalam penemuan ivermectin dan avermectin, peneliti asal Jepang ini menerima Hadiah Nobel 2015 untuk Fisiologi atau Kedokteran, bersama dengan parasitolog Amerika kelahiran Irlandia William Campbell dan ilmuwan China, Tu Youyou.

Kini, obat ivermectin yang dikenal sebagai obat cacing ini tengah ramai diperbincangkan publik, terutama di Indonesia, soal potensi penggunaannya sebagai terapi obat Covid-19.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/07/180700223/sejarah-ivermectin-yang-disebut-obat-ajaib-dari-tanah-jepang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke