Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Pfizer Ada Microchip Magnetik

KOMPAS.com - Berita bohong dan salah atau hoaks tentang vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Pfizer yang mengandung microchip magnetik beredar luas di tengah masyarakat dunia.

Kabar ini pun memberikan kekhawatiran karena tak sedikit orang yang kemudian memercayainya. Padahal, fakta dari hoaks vaksin Covid-19 mengandung microchip magnetik adalah tidak benar dan merupakan konten yang menyesatkan.

Sebelumnya, dikutip dari situs resmi Satgas Covid-19 Indonesia yang dipublikasikan pada Jumat (21/5/2021), telah ditegaskan bahwa vaksin Covid-19 mengandung microchip magnetik adalah informasi yang salah atau hoaks.

Hasil periksa fakta Fathia Islamiyatul Syahida, Universitas Pendidikan Indonesia, menyebut bahwa tidak ada microchip magnetik dalam vaksin Covid-19.

Para ahli mengatakan, reaksi magnetis sebagai efek samping vaksin sama sekali tidak berdasar.

Hoaks vaksin Covid-19 yang tersebar luas melalui situs jejaring sosial Facebook yang menggegerkan, yakni yang berjudul Pfizer jab and a magnet experiment! No words left to describe this.

Dalam unggahan itu disebut menunjukkan seorang wanita memperlihatkan lengannya memiliki reaksi magnet setelah menerima vaksin Covid-19 buatan Pfizer.

Wanita itu menunjukkan magnet menempel pada lengan bekas suntikan, sedangkan di lengan lainnya tidak demikian. Dia pun memperingatkan agar tidak melakukan vaksinasi.

Berdasarkan penelusuran, pemeriksa fakta independen internasional, Lead Stories, USA Today, AFP United State dan Facebook.org, telah membantah klaim tersebut berdasarkan hasil penelusuran dan klarifikasi dari institusi resmi di bidang kesehatan.

Seperti dilansir dari AFP, para ahli kedokteran telah mengatakan bahw video itu tidak lebih dari teori konspirasi tentang disinformasi virus Covid-19.

"Tidak, mendapatkan vaksin Covid-19 tidak dapat menyebabkan lengan Anda menjadi magnet. Ini tipuan, jelas dan sederhana," kata Dr Stephen Schrantz, Spesialis Penyakit Menular di University of Chicago Medicine.

Tak hanya vaksin Covid-19 Pfizer yang disebut mengandung microchip magnetik, hoaks lain terkait hal yang sama juga menyerang vaksin AstraZeneca.

Dalam sebuah video yang menunjukkan seorang ayah dan nenek yang menerima suntikan vaksin AstraZeneca dan Pfizer, lalu disampaikan bahwa setelah suntikan lengan ayah dan nenek tersebut dapat tersambung dengan bluetooth.

Unggahan yang beredar melalui Facebook itu pun diunggah oleh akun bernama Rachy Rach, disertai dengan narasi yang menyesatkan soal daya magnet pada lengan ayah dan neneknya setelah disuntik vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Pfizer, kemudian dapat tersambung dengan bluetooth.

Efek vaksin Covid-19 yang dapat menyebabkan badan memiliki daya magnetis dibantah oleh para ahli.

Dr Thomas Hope, peneliti vaksin dan profesor biologi sel dan perkembangan di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestersn menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air serta bahan kimia yang menjaga PH.

"Sehingga tidak ada bahan apapun yang dapat berinteraksi dengan magnet," kata Dr Hope.

Selain itu, otoritas kesehatan di Amerika Serikat dan Kanada telah menegaskan bahwa tidak ada jenis vaksin Covid-19 yang memiliki bahan berbasis logam.

Adapun sebab logam dapat menempel pada lengan bekas suntikan vaksin, seperti yang ditunjukkan dalam video Rachy, dimungkinkan karena kelembapan permukaan kulit, sehingga benda tersebut mampu menempel.

Sedangkan klaim hoaks tentang bluetooth, juga tidak mungkin. Vaksin Covid-19 terdiri dari sejumlah bahan kimia yang tidak bisa mentransmisikan gelombang radioa dari jarak pendek.

Berdasarkan penelurusan dan konfirmasi, dipastikan bahwa video-video yang menunjukkan vaksin Covid-19 AstraZeneca maupun Pfizer mengandung microchip magnetik adalah hoaks dengan kategori konten yang menyesatkan.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/28/130200423/hoaks-vaksin-covid-19-astrazeneca-dan-pfizer-ada-microchip-magnetik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke