Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gempa Enggano Berkekuatan M 6,3, Mengapa Guncangannya Lemah?

KOMPAS.com- Gempa bumi mengguncang Pulau Enggano dengan kekuatan M 6,3 pada Rabu (10/2/2021) malam pukul 19.52 WIB. Meski berkekuatan cukup kuat, guncangan gempa Enggano cenderung lemah.

Gempa bumi tersebut terjadi pada kedalaman yang cukup dangkal, namun tidak tidak berdampak merusak.

"Jangankan merusak, bahkan Pulau Enggano yang berlokasi dekat pusat gempa hanya merasakan guncangan dalam skala intensitas III MMI, getaran seperti truk berlalu," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam rilisnya kepada Kompas.com, Kamis (11/2/2021).

Sementara itu, gempa yang dirasakan di Bengkulu dan Kepahiang, guncangannya dirasakan lebih lemah, yakni pada skala II MMI.

Artinya, kata Daryono, getaran gempa bumi hanya dirasakan beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung hanya tampak bergoyang.

Penyebab guncangan gempa Enggano lemah

Lemahnya guncangan gempa Enggano ini, menurut Daryono, tampaknya menarik perhatian masyarakat.

"Lemahnya dampak guncangan Gempa Enggano dengan magnitudo 6,3 disebabkan oleh faktor jarak dan kondisi batuan di zona gempa," ungkap Daryono.

Daryono menjelaskan jika dihitung secara teliti, jarak episenter gempa bumi ke Pulau Enggano yakni sejauh 84 km. Sedangkan jarak episenter gempa ke Kota Bengkulu sejauh 221 km.

Hal ini dianalogikan seolah gempa Enggano bermagnitudo 6,3, terjadi di kedalaman menengah, sehingga wajar apabila guncangan gempa menjadi tidak signifikan.

"Karena percepatan getaran tanah yang terjadi saat gempa sudah mengalami atenuasi atau perlemahan sampai di Pulau Enggano dan Bengkulu," jelas dia.

Di samping faktor jarak yang cukup jauh, Daryono menambahkan bahwa pusat gempa ini terjadi di bidang kontak antar lempeng yang menjalar melalui batuan keras di Pulau Enggano.

Di mana batuan di pulau ini tersusun oleh batuan taji atau prisma akresi (the accretionary prism) yang sangat keras, sehingga dapat mengalami deamplifikasi atau peredaman.

Daryono menjelaskan bahwa selama ini fenomena tersebut sudah lazim, gempa signifikan yang bersumber di zona megathrust Sumatrea relatif mengalami peredaman di Pulau Enggano, Kepulauan Mentawai, Kepulauan Batu, Pulau Nias dan Pulau Simeulue.

"Gempa Enggano tadi malam berpusat di bidang kontak antar Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia tepatnya di Segmen Megathrust Enggano yang memiliki magnitudo tertarget 8,4," kata Daryono.

Segmen Megathrust Enggano sudah melepaskan energinya pada pada 4 Juni 2000 dengan magnitudo 7,9.

Gempa besar saat itu, ungkap Daryono, mengakibatkan 94 orang tewas, lebih dari 1.000 orang luka-luka dan sedikitnya 15.000 rumah rusak berat.

"Gempa ini merusak karena memang magnitudonya yang besar, memiliki kedalaman dangkal, serta lokasi episenternya yang terletak di antara Kota Bengkulu dan Pulau Enggano, sehingga berdampak di Pulau Enggano dan Wilayah Provinsi Bengkulu," jelas dia.

Kendati segmen Megathrust Enggano sudah rilis energi dengan gempa besarnya pada tahun 2000, tetapi tidak boleh mengatakan bahwa segmen ini aman 100 persen.

"Kewaspadaan perlu terus kita tingkatkan dan ke depankan di setiap wilayah dekat sumber gempa potensial, selain itu secara umum gempa memang belum dapat diprediksi," ungkap Daryono.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/02/11/182700723/gempa-enggano-berkekuatan-m-63-mengapa-guncangannya-lemah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke