Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Suara Dentuman Sering Dikaitkan dengan Benda Jatuh Antariksa, Begini Cara Lapan Menganalisisnya

Di antaranya terjadi di Bali pada 24 Januari 2021 dan Lampung pada 28 Januari 2021.

Kemudian, kejadian dentuman keras juga kembali terjadi di Malang pada Rabu (3/1/2021) tengah malam.

Kendati masyarakat banyak menduga dentuman tersebut berasal dari benda jatuh antariksa, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan bahwa tidak ada catatan asteroid jatuh di Indonesia.

Bagaimana Lapan menganalisis laporan warga terkait jatuhnya benda antariksa?

Dalam laman resmi orbit sains Lapan menuliskan bahwa dalam menganalisis laporan masyarakat terkait jatuhnya benda antariksa, yang dilakukan oleh tim Lapan adalah menganalisis kemungkinan jatuhnya sampah antariksa atau gagalnya peluncuran roket.

Analisis tersebut akan merujuk pada pusat data internasional melalui NEO Earth Close Approaches dengan alamat http://cneos.jpl.nasa.gov/ca/

Selanjutnya, tim bertugas akan melakukan eliminasi (menyingkirkan) kemungkinan sumber dari darat, misalnya ledakan akibat bahan peledak atau jatuhnya kabel listrik teganagan tinggi.

Untuk tindakan eliminasi ini, Lapan akan merujuk laporan kepolisian atau instansi terkait.

Nah, bila dugaan kuat mengarah terhadap benda jatuh antariksa alami atau meteorit, Lapan akan segera menganalisis bukti-bukti pendukungnya untuk menyimpulkan ada tidaknya meteorit jatuh.

"Laporan warga atau media massa segera dianalisis bila ada indikasi benda jatuh antariksa, baik berupa sampah antariksa maupun meteorit," tulis Lapan.

Sebagai informasi, sampah antariksa yang berpotensi membahayakan Indonesia telah dipantau terus menerus oleh Lapan dan dikoordinasikan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Beberapa contoh sampah antariksa yang berpotensi membayakan Indonesia yaitu satelit stasisun antariksa Mir berbobot 30 ton saat jatuh tahun 2001 dan satelit bekas Bepposax berbobot 1,4 ton yang jatuh pada tahun 2003.


Sampah antariksa

Sampah antariksa adalah benda buatan yang mengitari bumi selain satelit yang berfungsi. Sampah ini bisa berupa bekas roket (rocket bodies), serpihan (debris), dan lain-lain.

Umumnya, disebutkan Lapan, satu sampah antariksa jatuh setiap hari sejak awal peluncuran satelit tahun 1957, dan kebanyakan sampah tersebut berupa pecahan roket atau satelit yang habis terbakar di atmosfer.

Nah, dari banyaknya sampah antariksa yang jatuh tersebut hanya sepertiga dari 20 ribuan sampah yang jatuh dan bertahan sampai ke permukaan bumi, karena memiliki ukuran yang cukup besar saat jatuh.

Sejauh ini, ada beberapa sampah antariksa yang dilaporkan masyarakat atau media massa, dan telah berhasil diidentifikasikan oleh Lapan, di antaranya:

1. Bekas roket Rusia di Gorontalo (1981) dan Lampung (1988)

2. Bekas roket China di Bengkulu (2003)

3, Bekas roket Rusia di perairan Flores (2007)

4. Roket Chang Zheng (Long March) Tiongko di Teluk Kramat-Kalimantan Tengah (2021)

Meski Lapan bisa memantau sejak awal lintasan sampah antariksa tersebut, ilmu dan teknologi yang ada saat ini dinyatakan belum mampu memperkirakan secara tepat kapan dan di mana lokasi jatuhnya di permukaan bumi.

Akan tetapi, sering kali benda-benda tersebut jatuh di daerah tak berpenduduk sehingga tidak membahayakan masyarakat.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/02/03/163000823/suara-dentuman-sering-dikaitkan-dengan-benda-jatuh-antariksa-begini-cara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke