Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nobel Kedokteran 2020 Diraih 3 Ilmuwan Penemu Virus Hepatitis C

KOMPAS.com - Pemenang Nobel Kedokteran tahun ini telah diumumkan di Stockholm, Swedia pada hari ini (5/10/2020).

Mereka adalah tiga orang peneliti yang menemukan virus hepatitis C, yaitu Harvey J Alter dan Charles M. Rice dari Amerika Serikat, serta Michael Houghton dari Inggris.

Dipaparkan dalam siaran pers resmi, komite Penghargaan Nobel Kedokteran 2020 berkata bahwa sebelum adanya temuan dari Alter, Rice dan Houghton; penemuan virus Hepatitis A dan B telah menjadi langkah yang kritis.

Akan tetapi, mayoritas kasus hepatitis dalam darah tetap tidak terpecahkan.

"Untuk kali pertama dalam sejarah, virus Hepatitis C kini bisa disembuhkan," ujar komite.

"Temuan pemenang penghargaan Nobel Kedokteran 2020 mengungkap penyebab kasus hepatitis kronis yang tersisa, dan membuat penemuan tes darah dan pengobatan hepatitis C menjadi kenyataan yang telah menyelamatkan jutaan nyawa," imbuh mereka.

Bersama dengan medali emas, komite juga menghadiahkan 10 juta Swedish kronor atau sekitar Rp 16,5 miliar kepada ketiga peneliti.

Pada masa pandemi Covid-19 ini, penghargaan Nobel Kedokteran ini menggarisbawahi pentingnya riset medis bagi masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia.

Untuk mengetahui betapa pentingnya temuan hepatitis C, Anda harus mengetahui dulu apa itu hepatitis.

Hepatitis atau peradangan hati adalah sebuah penyakit yang utamanya disebabkan oleh infeksi virus, meskipun konsumsi alkohol yang berlebihan, faktor lingkungan dan penyakit autoimun juga bisa menyebabkannya.

Ada dua jenis hepatitis. Pertama yang disebut sebagai hepatitis A disebabkan oleh perilaku hidup tidak bersih, menular lewat air dan makanan yang terkontaminasi, dan biasanya tidak berdampak panjang pada kesehatan pasien.

Namun, jenis kedua menular lewat darah dan cairan tubuh, serta bisa bersifat kronis dan berujung pada sirosis (terbentuknya jaringan parut pada hati) dan kanker hati.

Hepatitis jenis ini biasanya terlambat diketahui, karena jarang bergejala pada tahap awal, sehingga menyebabkan kesakitan dan kematian yang luar biasa. Data mencatat bahwa hepatitis yang menular lewat darah menyebabkan lebih dari satu juta kematian setiap tahunnya.

Untuk melawan penyakit ini, satu-satunya jalan adalah dengan mengidentifikasikan penyebabnya.

Pada 1960-an, Hepatitis B ditemukan oleh Baruch Blumberg yang meraih Penghargaan Nobel bidang Fisiologi atau Kedokteran pada 1976. Namun, penemuan Hepatitis A dan B rupanya rupanya tidak bisa menjelaskan sisa kasus hepatitis yang menular lewat transfusi darah.

Hal ini disadari oleh Alter yang bersama koleganya kemudian mempelajari dan membuktikan bahwa kasus-kasus yang ia temukan tidak disebabkan oleh Hepatitis A dan B. Penyakit yang kala itu dianggap misterius pun disebut hepatitis "non-A, non-B".

Upaya mengidentifikasikan virus Hepatitis C dilanjutkan oleh Houghton yang mengisolasikan urutan genetik dari virus tersebut dengan membuat sekumpulan potongan DNA dari asam nukleat yang ditemukan pada simpanse yang terinfeksi.

Dengan asumsi bahwa antibodi terhadap virus ini ada pada darah yang diambil dari pasien hepatitis, Houghton dan kolega menggunakan serum pasien untuk mengidentifikasikan klon yang positif. Penelitian lanjutan menemukan bahwa klon tersebut berasal dari sebuah virus RNA baru dalam suku Flavivirus, dan virus RNA baru ini dinamai Hepatitis C.

Usai penemuan itu, pertanyaan yang tersisa adalah: apakah virus Hepatitis C saja bisa menyebabkan hepatitis? Untuk menjawabnya, para peneliti harus menginvestigasi apakah virus ini bisa bereplikasi dan menyebabkan penyakit.

Menggunakan teknik modifikasi genetik, Rice dan kolega membuat sebuah varian RNA dari virus Hepatitis C dan menyuntikkannya ke hati simpanse.

Mereka mendapati bahwa virus Hepatitis C lantas terdeteksi dalam darah simpanse dan menimbulkan perubahan-perubahan patologis yang menyerupai gejala penyakit Hepatitis C kronis pada manusia.

Jelas sudah, virus hepatitis C adalah penyebab kasus-kasus hepatitis yang masih tersisa.

Berkat temuan ketiga peneliti ini, tes darah untuk Hepatitis C berhasil dikembangkan dan penyebaran penyakit ini lewat transfusi darah tidak lagi umum terjadi. Obat antiviral yang melawan hepatitis C juga berhasil ditemukan.

"Untuk kali pertama dalam sejarah, penyakit ini (Hepatitis C) bisa disembuhkan, dan menimbulkan harapan untuk memusnahkan virus Hepatitis C dari populasi dunia," tulis komite Penghargaan Nobel Kedokteran 2020.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/05/180007823/nobel-kedokteran-2020-diraih-3-ilmuwan-penemu-virus-hepatitis-c

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke